chapter 2

609 73 6
                                        

"Harry?"

Tanya Draco dengan alis mengkerut..

"Hnm." Jawabnya ringan

*Orang ini nggak bisa bicara apa?* Batin draco sebal.

"Kalian sudah saling kenal?" Tanya ibu nyonya Malfoy dan nyonya Potter bersamaan.

"Iya/ya" jawab mereka serempak.

"Wahh baguslahh, kalau begitu mari kita tentukan tanggal nya." Ucap nyonya Malfoy kegirangan.

"Tanggal apa ma?" Tanya Draco penasaran.

"Pernikahan kalian." Ucap mereka semua serempak.

"HAhhh?!" Teriak Draco terkejut, dan sedetik berikutnya ia pingsan di tempat.

"Draco, sayang." Panggil Narcissa sambil menepuk-nepuk pipi Draco khawatir.

"Harry, bawa Draco ke kamarnya." Ujar James.

"Ya ayah."

Harry berjalan ke arah Draco, ia menyelipkan tangannya di bawah lutut dan dibelakang leher Draco.

"Kamar Draco di sebelah mana?"

"Di lantai 3, belok kiri, paling ujung, pintu berwarna putih." Ujar Lucius

"Oke."

.
.
.

Kriet!

Dengan pelan Harry membuka pintu kamar milik Draco, tapi pada saat ia sudah masuk ia mendengar seseorang mengunci pintu dari luar.

Cklek! Harry langsung memegang gagang pintu dan benar saja ia dikunci dari luar, siapa lagi pelakunya kalau bukan orang tuanya.

"Hahh, ada-ada saja." Ujar Harry pasrah melihat kelakuan orang tuanya yang seperti anak-anak.

Buk!

"Akh sial." Gerutu Harry, ia tak sengaja menginjak tali sepatunya dan tersandung ke kasur dengan Draco yang masih setia di gendongannya. Tampak pria itu Masih setia berada di alam mimpinya dan tak merasa terganggu sama sekali.

Harry berdiri dan membukakan jas Draco serta sabuk, sepatu, dan kaos kakinya. Stelah merasa semuanya sudah beres ia juga turut melepaskan sepatu, kaos kakinya, jas, dan sabuknya, ia melempar semuanya ke sembarang arah membuat kamar itu terlihat bak kapal pecah.

Ia berbaring di samping Draco, Harry menatap wajah Draco intest sambil mengelus pipinya dan sang empu tidak terganggu sama sekali malahan ia bergeser mendekat ke arah Harry dan menenggelamkan kepalanya di dada bidang Harry untuk mencari kehangatan, Harry terkekeh geli melihat kelakuan Calon ISTRINYA ini, ia membalas pelukan Draco dan menciumi pucuk kepala Draco.

"Mimpi indah." Ucapnya sambil menghirup dalam-dalam aroma vanila dari Draco, dan tak lama ia pun ikut terjatuh ke dalam alam mimpi.

.
.
.
.

"Cit...cit....cit..."bunyi burung di pagi hari memberitahu kan ke semua orang bahwa sang bulan sudah digantikan oleh sang matahari, perlahan matahari menyinari kamar yang terdapat 2 anak Adam yang saling berpelukan di atas kasur empuk oversize, terlihat pria berambut pirang lebih dahulu bangun dari pada pria di sampingnya.

Draco mengerjap-ngerjapkan matanya malas karena sinar matahari yang tembus melalui celah-celah kecil gorden kamar nya, ia merasakan sebuah beban berada di perutnya, ia mendengar suara dengkuran halus dan juga ia merasakan nafas hangat di lehernya dari samping kanannya. Ia menoleh ke kanan dan...

1....Draco masih bingung siapa orang yang ada di sampingnya ini.

2.....Draco mulai mengingat-ingat.

BECAUSE OF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang