1

6 2 1
                                    

" Mama ? " Tanya Elaine-lebih tepatnya Brielle dengan malu-malu. Wanita yang Ia sebut 'mama' tadi terkejut hingga hampir terjatuh. Raut wajahnya yang semula khawatir, kini menjadi sumringah. Ternyata, tebakan Elaine benar, wanita yang ada di hadapannya adalah ibu tiri Brielle, Delphine Dominique. Bertepatan dengan itu, masuklah Anastasie dan Arnette. Mereka terlihat kelelahan dengan nafas yang tersendat-sendat. 

" Anne, Arnie, Brie tidak amnesia! Dia bahkan memanggilku mama! " Pamer Delphine dengan mimik wajah terharu. Anastasie dan Arnette yang terlihat iri dengan ibunya, mendekati Brielle dan bertanya dengan lantang, " Briee, kau ingat aku kan? " .

" Eum, Kak Anastasie? Kak Arnette ? " Jawab Brie dengan wajah polosnya. Anastasie dan Arnette yang mendengar itu, merasa terharu. Mereka berempat berpelukan, layaknya keluarga yang saling menyayangi dan melindungi. Brie merasakan sensasi yang aneh, tetapi Ia tidak keberatan.  Kehangatan keluarga. Hal yang selama ini tidak dapat Ia rasakan selama menjadi Elaine.

Brie tersadar, spoiler yang tak sengaja Ia baca sesaat sebelum terhempas ke dunia novel ini. Tokoh Brielle yang membenci keluarga tirinya karena merasa dibodohi dan di akhir, dugaannya salah. Brielle yang berubah ini, berencana tidak akan menyia-nyiakan keluarganya dan melindungi mereka dari kecerobohan dirinya yang asli.

Setelah berbagi kehangatan dan kasih sayang beberapa saat, Delphine memanggilkan Brie beberapa maid untuk bersiap. Banyak sekali yang Brie fikirkan agar 'alur' cerita ini tidak membawanya ke kegagalan yang berat. Sembari dibersihkan badannya, Brie berfikir bagaimana caranya Ia menghindari teror surat yang akhirnya bisa membutakan nurani main character ini. Ia belum sempat membaca chapter yang menunjukkan kejadian Brielle menerima surat anonim.

" Relaks saja Lady, jangan terlalu serius berfikir. " Seorang maid yang sedang mencuci rambut Brie menyadari raut wajah Brie yang terlihat seperti sedang memikirkan caranya membayar hutang. Brie menengok dan memperhatikan maid yang barusan berbicara. Kalau diperhatikan lebih lanjut, penampilan maid ini mengingatkan Brie dengan salah satu tokoh penting di dalam novel. 

" Ah, Lizette? " Tebak Brie .

" Ya, Lady? " Jawab maid itu. Benar saja tebakan Brielle, nama maid itu adalah Lizette. Di dalam novel 'Cinderella,Your Shoes!' , Lizette adalah seorang yang setia dan bahkan mau merelakan nyawanya untuk melindungi Brielle. 

" Tidak jadi,deh. " Brie menggeleng dan berfikir kembali. Begitu banyak yang menyayangi Brielle tetapi berkat kecerobohan pemeran utama itu, semuanya hilang dengan menyedihkan.

---

Brie menyudahi mandinya dan kini akan memilih gaun apa yang akan dipakai. Masih dengan kimono mandinya, Ia membuka sebuah ruangan lagi dan melihat deretan gaun dan segala pernak-pernik nya tersimpan rapih di sana. Hanya satu yang membuat matanya sakit. 

Oh My God, Brielle, kenapa gaun-gaun mu terlihat seperti kostum halloween semua?! Lihat renda-renda dan pitanya yang super heboh! Ugh..

Brie yang baru ini hanya menelan ludah dan menahan kesal melihat pilihan-pilihan gaun yang terjejer sangat bukan seleranya. Hingga saat Ia berjalan ke sudut ruangan, terlihat gaun siang berwarna peach yang sangat sederhana dengan sedikit perhiasan. Dengan antusias, Ia meminta Lizette untuk mengambil gaun itu. Lizette terlihat sedikit bingung ketika melihat Lady Brielle meminta gaun yang sangat polos. 

Tak lama, Brie siap dengan gaun yang ringan dan rambut yang diikat menjadi satu. Ia memandangi bayangan di cermin dan mengagumi satu per satu bagian tubuh nya. Pupil biru yang sangat jernih, bulu mata yang lentik , hidung yang sesuai dengan proporsi wajahnya, dan bentuk bibir yang pas. Sangat meyakinkan dia bahwa benar jika keluarganya menyembunyikan Brielle dari dunia luar. 

Cantik sekali.. 

---

" Aduh, kayaknya aku rela saja meninggal karena diabetes.. " Ucap Brie pelan dan menepuk perutnya pertanda kenyang. Hidangan pagi itu benar-benar memanjakan lidah, terlebih untuk Brie yang selama ini hidup sendiri dan lebih sering memakan ramen instan daripada masakan rumah. 

" Brie, kamu makan dengan lahap sekali hari ini? Apakah karena sebentar lagi adalah debut mu? " Tanya Anastasie sambil mengelus rambut Brie. 

" Tidak usah datang ke pesta kerajaan! Di sana akan ada banyak sekali orang jahat, terutama 'mereka' .  " Ujar Delphine dengan nada yang tegas dan dingin. Ia menengok ke arah Brie untuk memastikan apakah anak bungsu nya itu terlihat kecewa atau sedih. Siapa itu 'mereka'? Batin Brie.

" Ma, bagaimana jika kita mengadakan pesta sendiri di sini? Pesta yang serba mewah dan gemerlap hanya untuk Brie! " Usul Arnette. Ucapan Arnette barusan membuat Brie yang sedang meminum teh, tiba-tiba tersedak.

" Yang anggarannya melebihi pesta kerajaan! " Tambah Anastasie.

" Ohok! Uh.. " Brie tersedak untuk kedua kalinya, namun kali ini adalah klimaks nya. 

Delphine terlihat mengangguk-angguk seakan sedang menimbang usul kedua putrinya. Brie yang melihat ibu tirinya mengangguk-angguk setuju, segera menyanggah, " Ti-tidak perlu sampai seperti itu! " . Brie memegang tangan ibu tirinya dan matanya berkaca-kaca.

Diskusi mengenai debut sosial Brielle berlanjut setelah sarapan. Anastasie dan Arnette yang keras kepala ingin mengadakan pesta mewah pribadi dan sanggahan dari tangan kanan Delphine yang berkata bahwa anggaran pesta kerajaan sama dengan menjual separuh dari seluruh bangunan milik keluarga Dominique. Brie hanya melihat mereka berdebat sambil menikmati teh pahit. 

" Apakah aku benar-benar tidak bisa ke sana walau satu menit saja ? Aku bisa menyamar. " Ucap Brie tiba-tiba. Membuat seluruh peserta debat di ruang makan itu menoleh.

" Brie,uh.. Aku tidak ingin mengingatkanmu ini, tapi, apa kau lupa 10 tahun lalu? Kau sudah didandani sangat berbeda oleh Papa, tetap saja masih ada yang mengenali mata biru mu. " Ingat Anastasie. Brie tertegun mendengarnya.  Di bayangannya, terlihat adegan sadis penculikan dan pencongkelan mata yang membuat tubuhnya merinding. 

" Baiklah baiklah, aku tidak masalah jika diadakan pesta pribadi. Sederhana saja, aku hanya ingin .. Dessert! Yang banyak! " Brie memberi konklusi dan penyelesaian masalah pada 'debat' kali ini dengan senyuman. Ibu, kakak , dan penasehat keuangan Delphine merasa lega atas keputusan Brie. Semua orang kembali ke kesibukan masing-masing. Delphine yang sedang mengurus pengeluaran keluarga Dominique, Anastasie yang belajar dengan guru privat dan Arnette yang entah melakukan apa di kebun pribadi Dominique. 

Kini Brie sendirian di kamarnya. Ia sedikit demi sedikit mengerti kesuntukan Brielle di novel, di usianya yang sudah dewasa,18 tahun, Ia tidak melakukan apa-apa. Tetapi kengerian dunia luar terlalu bahaya untuk penampilan Brielle yang fragile. Ia tidak tahu bagaimana caranya agar Ia bisa berkontak langsung dengan dunia luar dan mengubah nasib sial yang akan segera datang. 

Aku butuh bantuan orang lain...

-tbc-







Cinderella wa Damasarenai ( Cinderella Tak Akan Tertipu )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang