MBIMS 3

20 7 26
                                    

Seorang lelaki yang berada dijalan ibu kota itu sedang menunggu lampu lalu lintas yang masih bewarna merah, sesekali ia menatap jam tangan nya yang menunjukan pukul 17:30 itu dengan perasaan gusar.

Ya! Lelaki itu ada Arlan. Ia memang selalu pulang terlambat, karna sehabis pulang sekolah Arlan tidak langsung pulang ke rumahnya, melainkan nongkrong dulu disalah satu cafe langganannya bersama sahabat-sahabatnya itu. Berbeda dengan Fiona dan Arleta yang sudah pulang sejak jam 3 siang tadi.

Setelah beberapa menit menunggu, lampu lalu lintas itu berubah menjadi warna hijau, Arlan langsung bergegas menjalankan motornya melewati hembusan angin sore yang sangat sejuk.

Tak berselang lama Arlan pun sampai didepan pagar rumahnya yang menjulang tinggi. Arlan melepaskan helm full facenya lalu ia memanggil Pak Karyo Satpam rumahnya itu untuk segera membuka kan pagar nya.

"Pak karyo, Tolong bukain pager nya dong! Arlan mau masuk ni!!" Teriak Arlan agar terdengar oleh Pak Karyo.

Tak ada balasan dari Pak Karyo membuat Arlan menghembuskan nafas berat.

"Gue rasa Pak Karyo lagi ngedugem didalem pos nya dah, makanya dia ga denger gue berkoar-koar disini minta dibukain pager," Ujarnya bermonolog sendiri seraya tertawa kecil, lalu ia menekan-nekan tombol klakson motornya.

Tin! Tin! Tin!

"Pak Karyo! Bukain page--" Ucapannya terhenti karna terbukanya pagar rumah.

Pak Karyo menatap Arlan dengan rasa bersalah "Maaf ya Den Arlan, Pak Karyo kelamaan buka pager nya,"

Arlan mengangguk seraya tertawa "Santai aje Pak, btw tadi Pak Karyo lagi nge DJ  ya didalem? Sampe ga denger Arlan teriak-teriak," Ledek Arlan.

Pak Karyo menyengir "Den Arlan tau aja haha, sekali lagi maafin bapak ya den,"

"Iya santuy aje Pak, yaudah Arlan masuk duluan ya,"

Pak Karyo mengangguk "Iya den silahkan, Pak karyo juga mau tutup pagernya dulu,"

Arlan mengangguk dan langsung memasuki perkarangan rumahnya itu, kemudian ia turun dari motornya dan segera berjalan masuk kedalam. Saat membuka pintu ia bernafas lega karna rumahnya dalam keadaan sepi, sepertinya Mama dan adiknya sedang berada di kamarnya masing-masing. Ini Kesempatan yang bagus untuk Arlan menghindar dari jeweran maut mamanya karna ia pulang terlambat.

"Alhamdulillah sepi," Ucapnya dengan tersenyum lebar.

Arlan segera mempercepat langkahnya menuju kamar, Saat ia hendak menaiki anak tangga tiba tiba...

"Aa-aaa sakittt," Arlan meringis kesakitan karna telinganya dijewer oleh seseorang, siapa lagi kalau bukan mamanya.

"Bagus yaa, jam segini baru pulang. Kebiasaan kamu Arlan!" Jesika
Menjewer telinga Arlan lebih keras lagi.

"Aaaa-aa sakit ma, ampun ampun."

"Bodo! Mama ga mau lepasin, biarin aja kamu kesakitan."

"Astagfirullah Ma, sumpah dah ini sakit banget telinga Arlan." Arlan sudah tidak tahan dengan jeweran jesika, Telinganya terasa sangat perih dan panas.

Jesika yang merasa kasihan akhirnya melepaskan jewerannya tersebut, lalu ia menatap anak laki-lakinya itu dengan tatapan tajam.

Arlan mengusap-usap telinganya yang terasa perih "Ya allah sakit banget jeweran mama, Lebih sakit dibanding ditinggal mantan,"

Seketika jesika tertawa mendengar ucapan anak laki-lakinya itu "Kamu ini bener-bener ya, paling bisa bikin mama ga jadi marah sama kamu."

Arlan tertawa "Iyalah Arlan gitu loh, udah ah Arlan mau ke kamar dulu. Mau mandi dan solat, dadah." Arlan langsung berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Boyfriend Is My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang