MBIMS 2

33 14 28
                                    

"Lan, Main ke kelasnya Daffin, Daniel sama Reyhan yok." Ajak Arkan seraya menepuk bahu Arlan pelan

Arkan Ramana Dergawan, Lelaki yang menjadi sahabat Arlan sejak kecil, Arkan adalah kakak kandung Arleta.

"Kelas mereka bertiga dimana si? Gue lupa." Cengir Arlan

"11 IPA 2," Kata Arkan sambil mengendorkan dasi yang menggantung di lehernya

"Gue masih kesel anjir! Waktu kelas 10 kita ber-6 sekelas, Tapi sekarang malah beda kelas. Daffin, Daniel sama Reyhan kelas 11 IPA 2 sedangkan kita bertiga kelas 11 IPA 1." Ujar Ranzi sewot sambil menghentak-hentakan kakinya ke lantai

Regazka Ranzi, Salah satu sahabat Arlan dan Arkan. Ranzi baru saja bertemu dengan keduanya di SMA SANJAYA saat kelas 10, sama seperti Daffin, Daniel dan Reyhan.

Arlan dan Arkan menatap Ranzi dengan tatapan jijik "Alay bego," Ucap mereka bersamaan

"Abisnya gue kesel nyet! Daffin, Daniel sama Reyhan ga sekelas lagi sama kita."

Arkan berdecak "Yang penting masih satu sekolah."

"Iya juga ya." Cengir Ranzi

"Yaudah ayo! Kita Cuss ke kelas 11 IPA 2." Lanjut Ranzi sambil merangkulkan tangannya di bahu Arlan dan juga Arkan, mereka berjalan menuju kelas 11 IPA 2 sambil bercanda ria.

Arlan, Arkan dan Ranzi memasuki kelas 11 IPA 2, Disana mereka melihat hanya ada 3 murid laki-laki yaitu Daffin, Daniel dan Reyhan sedang memainkan ponselnya masing-masing.

"DANIEL!! AKU DATANG MENEMUIMU SAYANG!!." Teriak Ranzi tiba-tiba membuat semuanya terkejut luar biasa

Daniel tersenyum lebar "OH SAYANGKU KEMARILAH! AKU SANGAT MERINDUKANMU!!." Balas Daniel tak mau kalah

Ya begitulah mereka berdua kalau sudah bertemu! Seperti sepasang kekasih sedang dilanda rindu, Diantara mereka ber-6 hanya Daniel dan Ranzi lah yang paling gesrek otaknya.

Ranzi menghampiri meja Daniel dengan gaya super alaynya, lalu duduk di bangku kosong samping Daniel dan langsung memeluk Daniel erat.

"M-monyet! Gue s-sesek na-nafas, lo m-meluk guenya kekencangan njir!." Ujar Daniel terbata-bata seraya mencoba melepaskan dirinya dari pelukan Ranzi, Bukannya melepaskan justru Ranzi semakin mengeratkan pelukannya pada Daniel.

"Ra-ranzi lepasin g-gue! Gue s-sesek nafas b-bego!."

Reyhan yang melihatnya merasa iba pada Daniel lalu ia bangkit menghampiri Daniel dan Ranzi "Zi lepasin bego! Anak monyet bisa mati itu," Reyhan menarik tubuh Ranzi agar melepaskan pelukannya pada Daniel

Daniel menghela nafas lega karena terlepas dari pelukan Ranzi yang mematikan itu, kemudian ia menatap Reyhan dengan tatapan tajam "Sembarangan lo kalo ngomong! Gue bukan anak monyet, tapi anak ma-"

"Anak macan," Sela Arlan seraya tersenyum mengejek.

Semuanya tertawa, kecuali Daffin. Daniel mengerucutkan bibirnya lalu menoleh kearah Arlan dan menatapnya tajam "JAHAT KAMU MAS! AKU MAU KITA PISANG!!"

"PISAH WOY BUKAN PISANG!" Ucap mereka bersamaan.

Daniel mendelik "Cot lo semua! Terserah gue lah mau ngomong apaan,"

"Dih betis kudanil marah," Cibir Daffin.

"Diem lo bang-" Ucapan Daniel terhenti melihat wajah datar milik Daffin.

Bisa dijelaskan Daffin Shaquille Gauzan memiliki sifat yang berbeda dari kelima sahabat-sahabatnya, ia cenderung lebih cuek, dingin, dan tegas.

"Bang? Bangsat maksud lo?" tanya Daffin dengan sebelah alis terangkat.

Daniel menelan salivanya "B-bukan, maksud g-gue a-anu i-itu-"

"Lo gagap?" Potong Daffin.

"Enggak! Udah ah gue males sama kalian, lo semua pada nyebelin!" Daniel berdiri dan berjalan menuju pintu kelas.

"Niel, lo mau kemana?" tanya Reyhan.

Daniel berhenti lalu menoleh ke belakang "Nal, Niel, Nal, Niel, emangnya gue kudanil! Kalo manggil gue tu yang bener. Nama gue udah bagus-bagus Daniel Syahreza, tapi di panggilnya malah Niel!." Oceh Daniel membuat semuanya tertawa terbahak-bahak melihat wajahnya yang emosi.

"Iya-iya gue minta maaf," Cengir Reyhan "Btw lo mau kemana dah?"

"Kantin, gue dehidrasi karna ngebacot terus."

Reyhan terkekeh "Gue ikut,"

"Eh, gue nitip Jus alpu-" Belum sempat Ranzi menyelesaikan kalimatnya, Daniel dan Reyhan sudah berlari sangat kencang menuju kantin.

"Anjir, sahabat laknat!" Cibir Ranzi.

Arlan dan Arkan terkekeh "Kasian deh lo,"

              ***

"Gue mau nambah satu porsi bakso lagi ah!" Ujar Fiona antusias.

"Gue juga!" Timpal Arleta yang masih mengunyah baksonya.

Mereka menatap Fiona dan Arleta dengan heran, pasalnya Fiona dan Arleta sudah menghabiskan dua porsi bakso sekaligus dan sekarang ingin menambah satu porsi bakso lagi.

"Lo berdua laper atau doyan?" Tanya Tiffany seraya tertawa kecil.

"Dua-duanya," Ujar Fiona dan Arleta bersamaan.

Kenzo terkekeh "Yaudah lo berdua tunggu disini, biar gue aja yang pesenin baksonya,"

Fiona menggeleng cepat "Gausah, gue sama Arleta bisa pesen sendiri kok,"

"Oh oke," Kenzo tersenyum manis.

Fiona membalas senyuman Kenzo lalu ia menoleh ke arah Arleta "Let, ayo pesen bakso lagi."

Arleta mengangguk antusias "Ayo-ayo, gue udah ga sabar mau makan bakso lagi!"

Raisa tertawa seraya menggeleng-gelengkan kepalanya "Dasar perut karung lo berdua," Ledek Raisa.

"Bodo!...Bleee." Fiona dan Arleta menjulurkan lidahnya ke arah Raisa, lalu pergi memesan satu porsi bakso lagi.

"Mereka berdua kompak bener ya, dari tadi ngomongnya barengan terus, udah kaya anak kembar." Naufal menatap Fiona dan Arleta yang sedang memesan bakso itu, ia takjub dengan kekompakan keduanya.

Selesai memesan bakso Fiona mengambil ponsel yang ada disakunya.

"Fi, nanti malem gue nginep dirumah lo ya?" tanya Arleta.

Fiona mendongak "Asiapp,"

             ~oOo~

Bel pulang sudah berbunyi sedari tadi, kini Fiona dan Arleta sudah berada di dalam mobil milik Papinya Arleta yang ingin menuju rumah Fiona.

Sesampainya dirumah Fiona, keduanya melihat Jesika~mamanya Fiona sedang menonton tv diruang tamu.

"Assalamualaikum mama!" Fiona menyalami jesika lalu menciumnya.

"Assalamualaikum mama" cengir Arleta seraya menyalami jesika.

Jesika tersenyum manis "Waalaikumsallam, Arleta mau nginep disini ya?"

"Mama tau aja"

"Iya dong, mama gitu loh. Kamu udah izin sama mamih kamu kan? Kalo mau nginep disini" tanya jesika

"Udah dong ma"

Fiona menarik tangan Arleta "Ma,Fiona sama Arleta kekamar ya. Bye!" Fiona berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

"Fi, pelan-pelan dong entar gue jatoh,"

Jesika menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku Fiona anaknya itu.

My Boyfriend Is My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang