“Yak! Berhenti menghela napasmu sialan!” teriak kesal seorang wanita pada temannya yang sedari tadi menghela napas panjang terus-menerus. “Kau mengganggu acara menontonku” lanjutnya.
Gadis itu diam tidak menjawab perkataan temannya yang terganggu. Dia sangat frustasi sekarang dan temannya itu benar-benar tidak berguna. Hanya menonton sedari tadi semenjak datang ke apartemennya.
“Ada apa denganmu? Kau terlihat lesu sekali”, Menyebalkan sekali— temannya baru bertanya setelah dua jam dia mengunjungi gadis itu. Benar-benar tidak berguna. Kemana saja matanya sampai baru menyadari ke-frustasiannya.
Gadis itu menghela napas panjang lagi. Dia bisa gila jika memikirkan ini sendiri. “Chungha bantu aku” ucap gadis itu pada temannya yang bernama Chungha.
Chungha mengernyit menatap temannya. Tumben sekali dia meminta bantuannya.
“Ada apa Jane?” tanyanya pada Jennie teman satu kampusnya, yang biasa dipanggil Jane.
Jennie mengacak rambutnya frustasi. Bimbang apakah harus meminta bantuan Chungha atau tidak. Tapi jika dia hanya diam dan tidak meminta bantuan pada temannya bisa-bisa minggu depan Chungha mendapatinya tidak bernyawa lagi.
“Aku harus bagaimana menurutmu?”
Chungha melempar remot digenggamannya pada Jennie. “Bicara yang jelas sialan, kau berbicara tidak jelas seakan sebentar lagi akan mati” dia sungguh kesal pada Jennie. Bagaimana dia bisa membantu jika gadis itu berbicara tidak jelas. Jennie bukan pacarnya jadi dia tidak perlu memutar otak untuk memikirkan ucapan tidak jelas gadis itu.
“Kau benar. Sebentar lagi mungkin aku akan mati” ucap Jennie diiringi desahan frustasi.
Chungha melotot kaget mendengar perkataan Jennie. Dia menghampiri gadis itu yang duduk bersandar sambil memeluk boneka beruangnya dikepala ranjang. Meremas bahu Jennie panik “Katakan apa kata-kata terakhirmu, sebisa mungkin aku mengabulkannya. Maafkan aku se— Yak! Kenapa memukulku?!”
Jennie memukul kepala Chungha dengan boneka dipelukannya. Chungha benar-benar sialan! “Gunakan otak bodohmu bitch! Aku sedang serius” sentaknya kesal pada Chungha.
“Aku juga serius sialan! Kau yang bilang jika akan mati sebentar lagi” Chungha kesal sekali dengan Jennie.
Jennie memukul kepala Chungha sekali lagi, tapi kali ini dengan tangan mulusnya. Jennie tau dia akan mati sebentar lagi maka dari itu dia meminta bantuan Chungha untuk memperpanjang kehidupannya.
“Kau sudah memukulku dua kali! Jika ku adukan pada Suamiku, kau akan habis Jane!” ia bersungut-sungut, kepalanya agak sakit karna dipukul dua kali.
“Aku tidak peduli. Kau harus membantuku agar aku tetap hidup”
Chungha diam, dia mengalah tidak membalas ucapan Jennie. Jika dilanjutkan mungkin perdebatan tak bermutu ini tidak akan selesai. Dia duduk dihadapan Jennie menatapnya dengan intens, menunjukkan bahwa dia sedang serius saat ini. “Baiklah, ada apa denganmu?” ia harus bersabar menghadapi ketidak jelasan gadis didepannya.
“Bantu aku” Jennie menunduk memainkan tangan bonekanya.
Menarik napas perlahan. Chungha harus tetap sabar. Jennie Kim sudah mengulangi perkataan yang sama sedari tadi. “Aku harus membantu bagaimana Jane?” ujarnya lembut pada Jennie sambil mengelus bahu gadis itu pelan.
Jennie mengangkat kepalanya menatap Chungha. Dia menggigit bibir bawahnya ragu, bimbang apakah harus mengatakan ini atau tidak. Chungha mungkin akan sangat kaget jika mendengar permintaannya, tapi Jennie tidak memiliki pilihan lain. Hanya ini jalan yang terpikirkan oleh otak cerdasnya.
“Katakan saja padaku, jangan ragu begitu. Aku pasti akan membantumu” Chungha tau kalau Jennie tengah bimbang saat ini, dia sudah hapal segala tingkah gadis itu.
Jennie menghela napas kesekian kalinya. “Kau jangan kaget dan berteriak ya? Janji?” Jennie menyodorkan jari kelingkingnya pada Chungha. Dia sudah bisa membayangkan bagaimana reaksi Chungha nanti maka dari itu dia mengantisipasinya sekarang.
Chungha heran sekali dengan segala tingkah kekanakan Jennie. Pinky promise yang dilakukan dirinya saat TK agar Ibunya berjanji padanya, kini Jennie melalukan hal kekanakan itu padanya. Begitu juga dengan boneka-boneka Jennie yang dianggap gadis itu temannya. Kekanakan sekali.
Meskipun Jennie memiliki sisi kekanakannya tetapi gadis itu juga memiliki sisi Bad bitch. Sisi liar Jennie Kim dengan tingkah kekanakannya memang agak mengejutkan dirinya diawal pertemanan mereka. Jennie terlihat sombong dan ketus diawal pertemanan mereka. Mulut gadis itu juga terlalu apa adanya sehingga sering disalah artikan banyak orang. Termasuk dirinya dulu.
Chungha mengikuti— dia mengaitkan jari kelingkingnya dengan Jennie, mengikuti apa yang dilakukan gadis itu. “Jadi, katakan padaku! Aku sudah berjanji” ujar Chungha seraya melepaskan kaitan jari mereka.
Jennie menguatkan dirinya untuk mengatakan hal ini. Dia harus maju atau dia akan mati minggu depan karna kelaparan.
“Bantu aku. Carikan aku Sugar Daddy” cicit Jennie pelan yang masih bisa di dengar oleh telinga Chungha dengan baik.
Jennie Kim manusia gila!
Perkataan Jennie membuat Chungha tersedak air liurnya sendiri.*****
Halooo Guys!
Ini cerita pertamaku diwattpad. menerima kritik dan saran agar diriku menjadi lebih baik kedepannya dalam menulis :))) tokoh dalam cerita akan debut secara bertahap.
vote dan komen juga disertakan ya guiiseee
KAMU SEDANG MEMBACA
[Un]Believe
RomanceJennie sangat menyesal saat meminta Chungha untuk mencarikannya Sugar Daddy untuk menunjang kehidupannya yang melarat. "Apapun bisa ku lakukan Ruby. Semua tindakanku tergantung padamu" He said. Warning : [Harsh Word] [Mature Content]