La La Lost You

7 1 0
                                    

Bola mata mereka bergerak, melirik satu sama lain dan menginterupsi seakan menuduh. Tak ada sedikit pun suara yang muncul di ruangan tersebut. Mereka tak mengatakan apa pun atau mungkin mengakui sesuatu. Mata Yangyang berkedip cepat, ia menatap Mark yang berdiri di dekat jendela. Untuk pertama kalinya tirai ruang lantai lima terbuka lebar. Cahaya matahari baru saja diizinkan masuk ke dalam ruangan tersebut oleh pemiliknya.

Mark menatap Yangyang. Ditatapnya salah satu temannya itu dengan tajam. Memiliki ekspresi paling tenang membuat Mark menaruh rasa curiga padanya. "Kau mencurigaiku? Aku tahu itu." Yangyang tertawa kecil, ia berjalan mendekati Mark. "Korban yang kauincar terlalu banyak, kau harusnya bersyukur karena Jaehyun mengurangi pekerjaanmu," kata Yangyang santai.

Pukulan kencang dilayangkan Mark ke pipi Yangyang. Sontak membuat teman-temannya yang lain terkejut. "Itu benar kau, bukan?" tanya Mark pada Yangyang masih berada di lantai. Yangyang mengusap pipinya, ia masih mengukir senyum tak berarti. "Kaubilang tidak ingin bergabung tapi justru membunuh Jaehyun, apa maumu?" Mark menarik lengan bajunya. Ia masih menatap Yangyang tajam. Yangyang berdiri perlahan, menatap Mark dengan tenang.

"Aku hanya membantu mengakhirinya."

Kemudian Yangyang pergi dari ruangan tersebut. Perhatian tertuju pada Yangyang, ia pergi begitu saja tanpa mengatakan apa pun. Yangyang tak bereaksi berlebihan, ia sangat muak membantu kejahatan teman-temannya. Lucas sedang berdiri di dekat pintu, ia menatap Yangyang. Mata mereka beradu namun tak mengeluarkan sepatah kata pun.

Suasana kembali mencekam. Mark sangat kesal saat tahu rencananya tak berjalan baik. Seharusnya hari ini ia membunuh Pastor Kim sebelum Haejin menemui pria tersebut. Sayangnya Jaehyun mendahului kematian Pastor Kim semalam. Tak ada kematian Jaehyun di daftar Mark, ia sangat kesal karena Yangyang berbuat demikian tanpa menunggu keputusannya.

"Lalu, kita harus bagaimana?" Yuta meraih jaket kulit yang tergantung di salah satu dinding, dikenakannya jaket tersebut. Ia sudah siap untuk pergi karena hari ini ia memiliki banyak pekerjaan. Yuta meraih helm miliknya dari atas meja. "Kita percepat saja, dengan begitu polisi tidak punya alasan mencurigai Mark," tukas Chenle yang sedari tadi hanya bermain game. Mark mengangguk pasrah, keputusannya tidak akan berguna hari ini. Rencananya sudah sangat berantakan.

"Kita berangkat, Yuta!"

-

Pastor Kim tengah merapikan tumpukan Alkitab miliknya di atas meja. Ia mengenakan kemeja berwarna hitam dengan celana panjang yang senada. Ia baru saja selesai memimpin ibadat arwah untuk Jaehyun. Tampak raut kesedihan Sungchan yang tak luput dari wajahnya. Bahkan Sungchan tak ingin keluar dari gereja.

Pastor Kim keluar dari ruangannya dan menemui Sungchan. Anak itu duduk di barisan paling depan, ia tengah berdoa dengan isakan tangis kencang. "Kau tidak memakamkannya?" tanya Pastor Kim seraya memberikan sapu tangannya kepada Sungchan. Sungchan menggeleng, "Aku tidak sanggup melakukannya."

Sungchan dan Jaehyun merupakan dua bersaudara yang bekerja di kepolisian. Selama lima tahun mereka selalu bekerja bersama-sama. Mungkin sejak kematian Mark Lee tiga tahun lalu, hubungan mereka sedikit merenggang meski tetap bersama-sama. Haejin dan Paman Taeil sangat mengandalkan keduanya karena mereka memiliki hubungan yang cukup baik. Tepatnya, saat sekolah dahulu Haejin merupakan adik kelas dari Jaehyun.

"Semalam Jaehyun masih bekerja di kantor, aku meninggalkannya karena aku harus membantu keluarga Renjun. Saat aku kembali, ada ambulans di depan kantor. Katanya tak ada saksi, CCTV pun sedang tidak beroperasi malam itu. Aku benar-benar bingung, Pastor." Sungchan menghela napas, tenggorokannya terluka karena banyak menangis. Ia menceritakan segalanya pada Pastor Kim sebelum ia diminta pergi dari gereja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Devil Inside Him | MARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang