My Ahjusi and I

85 12 3
                                    

Seol, 2010

"semuanya, target sudah dikepung, jalankan misi sesuai rencana, dan tetap bersiaga"

Suara tegas dari alat komunikasi yang terpasang pada telinga menggema disetiap awak polisi yang malam ini bertugas mengepung markas bandar narkoba terbesar di Seoul

"sial, kita terkepung, selamatkan barang-barang yang dapat kalian selamatkan, dan kita berkumpul di markas pusat tengah malam nanti, lindungi diri kalian" teriak seorang tangan kanan sang bandar seraya berlari menyelamatkan diri dan tak lupa sesekali melawan dan melemparkan tembakan kepada siapa saja polisi yang menghalangi langkahnya untuk menyelamatkan diri

Dorr dorr

Larinya terhenti oleh tembakan yang tepat mngenai kaki kirinya

"sial, sila, benar-benar sial", memukuli lututnya yang terluka, dan melanjutkan larinya dengan tertatih

"sial, kita kehilangan salah satu tersangka, lanjutkan pencarian kalian, sepertinya bos besar mereka masih didalam" ucap sang Ajun Komisaris/Kapten yang baru saja berhasil menembak tersangka

Tap tap tap

Dengan langkah tegas dan tetap waspada, serta pistol yang sedari tadi di pegangya erat, mata elangnya terus menyusuri tiap ruangan yang ia lalui, insting tajamnya mengatakn si tersangka utama berada dilam rungan  berpintu coklat di hadapannya

"jangan bergerak, anda sudah kami kepung" ucapnya tegas dan lantang, setelah membuka pintu di hadapannya, tak lupa mengancungkan senapannya lurus kedepan, kearah sang bandar narkoba yang memang sudah menjadi incarannya selama ini

"Park jungyoeng, kau tidak akan bisa melarikin diri kemanapun, berdiri di tempatmu, dan jangn bergerak"

Sang bandar berdiri tegak di hadapan kapten gagah itu, tak lupa mengangkat kedua tangannya, namun ada yang berbeda dari raut wajahnya. Sang kapten tahu betul bagaimana karakter boronannya, ia terkenal berdarah dingin, tak punya belas kasihan, kejam dan segala sifat menakutkan lainnya yang membuat ia ditakuti semua anak buahnya, namun tidak saat ini. Buronan kejam itu terlihat ketakutan, kedua tangannya yang diangkat ke udara terlihat bergetar, hingga akhirnya ia menurunkan tangnnya dan menunduk

Dorr dorr dorr

Banyak tembakan di lepaskan sang kapten bentuk refleksnya dan juga pertahanan diri, ia mencurigai Park jungyeong akan mengambil senjata untuk melawannya, tapi kemudian...

"appa, apaa,. hiks,.. appa bangun.."

Suara tangisan gadis kecil berkuncir dua, menggema di seluruh sudut ruangan, membuat sang kapten melemas dan menurunkan senjatanya yang sedari tadi ia angakat dengan posisi tegap

10 years later

Malam ini, dua orang itu terlihat berjalan berdamping, dua manusia berbeda generasi itu terlihat kompak mulai dari cara berjalan, warna pakaian bahkan gaya rambut merekapun hampir sama, walaupun satu dari mereka adalah seorang perempuan, tatapan dingin tak pernah lepas dari dua pasang retina gelap mereka

"Jiyeonah kau sudah mempelajari semua data yang ku berikan dua hari yang lalu bukan?, misi kali ini harus berjalan dengan mulus dan berakhir dengan keberhasilan, dan jika itu terjadi maka aku akan membuatkan ramen dengan telur setengah matang kesukaannmu" ucap sang laki-laki dewasa, namja ini walaupun terlihat sangat dingin dan tak pernah tersenyum, namun pada kenyataannya ia akan bersikap hangat dan akan banyak bicara pada sang yeoja yang lebih muda dihadapannya itu

"assa, deal,.. aku akan melakukan eksekusi dengan sangat lembut ahjussi, kau cukup duduk saja dan menyaksikanku dengan tenang, jangan lupa berikan aba-aba saat waktunya tiba" jawabJiyeon bersemangat, Jiyeon hanya akan seriang ini bila bersama ahjussinya

"ok, let's go"

Merekapun kembali berjalan beriringan memasuki gang-gang sempit dan berhenti didepan pintu yang berhalangan teralis, setelah malukukan negosiasi akhirnya sang penjaga pintu mempersilahkan mereka masuk, target mereka malam ini adalah, tempat perjudian ilegal yang merangkap menjadi tempat prostitusi, setelah sang klien memberikan data target tiga hari yang lalu, disinilah mereka berada, dua hari penelurusan TKP dan mempelajari data-data yang mereka miliki, dua sejoli beda usia inipun akhirnya siap melaksankan misi mereka

Kim Myungsoo, setelah hari-hari penuh mimpi buruk yang ia laluli setelah misi terbesar dalam karir kepolisiannya ia lewati dengan keberhsilan, tak pernah barang semalampun tidur nyenyak ia rasakan, suara tangisan dan wajah yeoja kecil berkuncir dua selalu menyambangi lelapnya, hingga akhrinya tujuh hari ia lewati dengan tidak tenang, rasa bersalah yang mengakar dalam hatinya selalu mengusik ketenangan, hingga pada hari ke delapan iapun merasa cukup, dan mengambil keputusan terbesar dalam hidupnya

Tak pernah dalam 27 tahun hidupnya ia membayangkan akan merawat seorang anak kecil apalagi sebelum ia menikah, terlebih lagi anak itu adalah putri tunggal dari seorang tersangka, yang sialnya mati ditangannya sendiri, Park Jiyeon, sejak hari itu resmi tinggal bersamanya tanpa status apapun, ia hanya mengangkatnya untuk tinggal bersamanya, setidaknya itu yang dapat ia lakukan untuk menebus rasa bersalah yang mulai mengusik hari-hari tenangnya, tak ada niatan sama sekali untuk menyebut dirinya ayah angkat, beruntung ia mempunayi "orang dalam" yang dapat membantunya mempermudah agar Jiyeon bisa tinggal bersamanya, yeoja malang ini, dikatahui tak memiliki saiapapun di dunia ini, ia hanya sebatang kara, dan ironisnya Myungsoopun begitu

Sebulan setelah mengangkat Jiyeon, dan mengajak tinggal bersamanya, Myungsoo memutuskan menanggalkan seragam kebesarannya, pangkat yang ia dapatkan atas kerja kerasnya selama ini ia tanggalkan, dengan pertimbangn yang sangat matang, Myungsoo tidak ingin banyak orang tahu tentang latar belakang Park jiyeon, cukup rekan-rekan terdekatnnya saja yang dulu melakukan misi bersamanya yang tahu, sehingga menjadi low profile adalah jalan hidupnya selanjutnya, iapun memutuskan menjadi ditektif swasta, yang akan membantu mantan relasinya di kepolisian, dan juga klien yang ingin memakai jasanya, ditektif Kim, begitulah orang kini memanggilnya

Kim myungsoo memberikan aba-aba, dengan menepuk dadanya dua kali, dan mengayunkan tangannya

Malam itu misi mereka kembali berhasil, para tersangka, mereka bawa ke dermaga dan menyerahkan kepada polisi teman Myungsoo saat dulu bekerja dikantor kepolisian yang sama

"ok baiklah Kim, kerja bagus, dan ini bayaranmu" Hyunsik melemparkan amplop cokalat kearah Myungsoo, langkahnya terhenti ketika retinanya menangkap presensi seorang yeoja

"Kim, bukankah ia yeoja kecil itu?, ia pasti menderita selama ini, jagalah ia, dan usahakan ia tidak tahu tentang riwayat ayahnya, itu pasti akan membuat hidupnya semakin menyedihkan" ucap Hyunsik. Malam itu sepuluh tahun yang lalu, Hyunsik turut serta dalam misi penyerbuan markas bandar narkoba, Park jungyeong

"........................." tidak ada jawaban dari Myungsoo, namun tatapannya beralih kearah Jiyeon yang sedang berdiri menghadap laut, derai angin  menyibak rambut pendeknya yang hitam, ia terlihat begitu tenang, pandangan Myungsoo melembut, namun kegelisah mulai menyelimuti hatinya

"bagaimana jika Jiyeon tahu akulah org yang selama ini ia cari?!, orang yang menembak mati ayahnya" ucap Myungsoo dalam hati

"baiklah Kim, ini misimu selanjutnya, aku pergi dulu, dan jaga yeoja itu baik-baik, ia terlihat tenang namun juga rapuh" Hyunsik berlalu sambil menepuk punggung kawan lamanya tak lupa iapun menyerahkan ampliop besar berwarna coklat berisikan data diri seorang pelaku kriminal yang akan menjadi target Myungsoo selanjutnya

TBC

yeay, cerita baru, sorry klo banyak typo :D

My Ahjussi and IWhere stories live. Discover now