My Ahjussi and I -p.2-

32 7 2
                                    

cklek, suara pintu mobil terbuka

Kim Myungsoo mendudukan dirinya didepan kemudi

"oeh, ahjussi lihatlah, bukankah wajah ini terlalu tampan untuk menjadi seorang buronan, wah sayang sekali, padahal bisa saja orang ini menjadi seorang aktor" ucap Jiyeon memandangi gamabar wajah target baru mereka

"cih, aku bahkan lebih tampan dari orang itu" Myungsoo menjawab dan mengernyitkan dahinya tak suka

"ini, ahjussi lihatlah sendri, sepertinya orang ini bahkan usianya tak jauh beda darimu ahjussi Kim" Jiyeon menyerahkan amplop coklat itu

deg,.
Kim myungsoo menegang, wajah ini begitu familiar, bahkan beberapa kali menyambangi mimpi buruknya, wajah yang kembali membuatnya membuka memori sepuluh tahun lalu, Ji Chanwook, tangan kanan Park Jungyeong, ayah Park Jiyeon

srek srek

Myungsoo merobek gambar namja itu dan melemparkannya asal ke kursi belakang

"aku akan menghubungi Hyunsik, dan memberitahunya kita tidak akan mengambil misi ini" Menyungsoo berkata dan mulai menjalankan mobil, wajah datar itu sama sekali tak mendeskripsikan susana hatinya yang begitu bergejolak, dalam benaknya ia terus bertanya, mengapa? mengapa masa lalu kelam yang berusaha ia kubur dan ia bayar mulai kembali mengusik hidup tenangnya yang susah payah ia kembali bangun, Park Jiyeon tak boleh tahu bahwa Ji Chanwook adalah anak buah ayahnya, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam Myungsoo menyadari bahwa ia tak siap jika Park Jiyeon mengetahiu kisah hidupnya dan memandangnya penuh kebencian

"yak ahjussi, mengapa kau merobeknya, ini adalah misi yang bagus, bahkan para polisi itu membayar kita sangat banyak untuk misi ini" Jiyeon memcerca dan mengacak-ngacak surai hitam pendeknya tak lupa beberap decahan bahkan terdengar dari bibirnya, menandakan bahwa ia sangat tak setuju dengan keputusan sepihak orang disebelahnya, yang sudah ia anggap, anggap... entahlah ia bahakan tak tahu memposisikan sebagai siapa namja Kim disebelahnya ini, Nyaman dan Aman, itulah yang paling tepat gambaran seorang Kim Myungsoo untuknya tanpa ada lebel apapun, sejak usinya menginjak 18 tahun, Park Jiyeon tak mau lagi menganggap Kim Myunsoo sebagai paman atau bahkan ayah, euwwh, tidak akan ia menggap Myunsoo demikian!!, baginya Myungsoo lebih dari itu, malaikat tak bersayap yang menyelamatinya dari lubang kegelapan yang rasanya telah menyedot seluruh jiwa dan raganya, setelah kematian sang appa yang hingga kini belum ia relakan, hidupnya selalu di selimuti awan kelam, dan dendam yang mendalam, hingga Kim Myungsoo datang dengan segala yang ada pada dirinya, yang membuatnya merasa aman dan nyaman, tak peduli sedatar apa dan sedingin apa myunsoo dimata orang lain, bagi Jiyeon, Myungsoo adalah kehangatan, anehnya sejak setahun terakhir Jiyeon merasakan perasaan aneh jika terlalu lama memandang ahjussinya ini, ia bahkan baru menyadari bahwa si ahjusi Kim ini sangat tampan, pantas saja banyak yeoja yang memandangnya dimanapun ia berada,. hmm, omong-omong sekarang Park Jiyeon sedang sangat kesal dibuatnya

"Jiyeon-ah, apa sebaiknya kita tinggalkan pekerjaan ini, sepertinya aku mulai lelah mengejar para pemjahat itu" sura berat itu mengalun didalam mobil setelah beberapa menit terlewati dengan keheningan

"kenapa ahjussi?, bukankah ini pekejaan yang menyenangkan, aku bahkan merasa ini adalah pekerjaan yang sangat keren, selain imbalan yang banyak, kita juga dapat membantu mengurangi jumlah orang jahat, kau tahu ahjussi, aku paling membenci kejahatan, ayahku mati tertembak, bahkan bau anyir darahnya masih ku ingat betul baunya, betapa aku menyalahkan diriku semdiri, mengapa aku tak melakukan apapun saat itu untuk menolong ayahku, aku benci diriku yang seperti ini, tapi aku tidak akan pernah merasa tenang hingga aku berhasil menembakan peluru di tempat yang sama pada orang yang telah membunuh ayahku" Park Jiyeon menekan suaranya berusaha mengontrol emosi yang akan selalu timbul setiap kali mengingat tragedi sepuluh tahun silam, baginya ayahnya adalah pria yang baik, lembut dan paling memahaminya, sejak lahir Park Jiyeon tidak mengenal ibunya, karena sang ibu meninggal lima jam setelah melahirkannya, ya.. Park Jungyeong si bandar narkoba berdarah dingin itu, nyatanya sangat menyayangi putri semata wayangnya,  ia bahkan menyumbunyikan segala fakta akan dirinya yang merupakan buronan paling dicari di tanah gingseng saat itu

Kim Myungsoo, tak tahu lagi bagaimana perasaannya saat ini, cekalan pada setir mobilnya mengerat membuat telapak tangannya tampak memutih karna ia menggenggamnya seolah ingin menghancurkannya, suasana hatinya menggemuruh mendengar kalimat-kalimat yang dilontarkan Jiyeon, kepalanya seolah ingin meledak, mulutnya ingin bertirak, namun semua ia tahan, rasa takut mulai menyelimuti dirinya, lebih dari apapun, fakta bahwa Jiyeon suatu hari akan mengetahui bahwa ia yang menembak mati ayahnya dan bahwa ayahnya adalah seorang penjahat dan kemudian meninggalkannya sendirian, benar-benar membuatnya ketakutan

"Jiyeon-ah bukankah ini keterlaluan, kau bahakan tidak tahu siapa yang telah membunuh ayahmu, lalu bagaimana caramu membalas dendam, apakah aku sudah sia-sia membesarkanmu sehingga kau menjadi yeoja pendendam seperti ini, aku bahkan tak yakin kau bisa menembaknya jika kau bertemu orang itu" agaknya Myungsoo mulai kehilangan kontrol akan dirinya, terdengar dari suaranya yang mulai meninggi

"ahjussi, tidakkah kau merasa kau lebih keterlaluan, labih dari siapapun yang ada di dunia ini, kaulah yang paling mengetahui kisahku, kau tidak perlu meragukanku kemampuan, kemampuan menembakku sudah sangat baik, aku tidak akan pernah berhenti sampai kapanpun walaupun aku harus mati aku bahkan akan mengjarnya sampai keneraka sekalipun" tak kalah dengan Myungsoo, Jiyeonpun meneriaki jawabannya dengan airmata yang sudah mengalir di wajah indahnya dan nafas yang tersenggal-senggal menunjukan betapa ia marah dan kecewa

"Park Jiyeon!!!" Kim Myungsoo kembali berteriak

untuk beberapa detik dua insan ini saling memandang dengan kilatan amarah pada retina kelam meraka, untuk pertama kalinya Kim Myungsoo meninggikan suaranya kepada Jiyeon, dan untuk pertama kalinya pula Jiyeon merasa begitu kecewa kepada Myungsoo

Malam itu, sisa perjalanan ke apartemen mereka di selimuti susana mencekam, sepi.. tak ada kalimat yang dilontarkan, dan perasaan tak tenang dirasa keduanya

tbc
-----------

sorry ya klo banyak typo

Selamat Menjalankan Ibadah Puasa bagi semua yang menjalankan, semoga amal ibadah kita diterima Allah swt, semangat dan selalu jaga kesehatan

sampai jumpa di halaman selanjutnya

My Ahjussi and IWhere stories live. Discover now