2

25 4 0
                                    

Oke maaf untuk 1 bulannya, hahaha selamat membaca!

Typo bertebaran.
Enjoy guys!

Jangan lupa vote dan komen. ❣









'Dia malaikatku dan dia yang aku cinta. Sayangnya, Ia bagai malaikat kegelapan. Mampu mengubah segala menjadi gelap dan.. hancur.'



Gadis itu memejamkan matanya. Berusaha menetralkan deru nafasnya yang seperti hendak mencabut nyawanya. Sudah berkali-kali ia menepuk dadanya, guna meperlambat detak jantungnya yang berdetak di atas rata-rata. Detak demi detak semakin membuatnya merasakan dunianya menggelap. Air mata yang sedari tadi ia bendung kini lolos dengan begitu mudahnya, membasahi kedua pipinya. 

Ia sakit, namun tak ada yang dapat menolongnya. 

Ia sakit, namun tak ada yang peduli.

Ia kecewa, Ia putus asa. 

Hera memeluk lututnya, menangis tertahan. Bukankah ia harusnya tidak menangis? Ia sudah tau bukan jika Sehun memang mempunyai hubungan gelap bersama sahabatnya? tapi kenapa.. kenapa sekarang rasanya begitu sakit?

Ia kecewa, Sehun terlalu jahat padanya. Bisakah Sehun tak melakukannya di rumah mereka?. Hera membekam bibirnya, berusaha membekam isakannya yang kian tak kuasa ia tahan. Tuhan mengapa kau jahat padaku? bukankah aku selalu bersabar akan kelakuan jahat Sehun selamat ini?

Suara mereka, terdengar jelas, sahut menyahut saling melontarkan kata cinta dan tentu dengan gairah serta nafsu mereka.  Hera memejamkan matanya. Ini sakit, kenapa Sehun bisa membuatnya semakin hancur seperti ini? padahal.. sebelumnya bukankah laki-laki itu sudah merubah sikapnya menjadi lebih baik?

Hera tertawa, sebodoh itu ternyata dirinya. Dengan mudah percaya jika Sehun sudah mulai menerima kehadiranya. Ia menangis pilu, menepuk dadanya dengan keras. Kenapa.. kenapa harus ia yang merasakan kepahitan ini?

Apakah selain Sehun membencinya.. 

Tuhan juga membencinya?

***

Pagi-pagi sekali, Sehun dan Bora telah meninggalkan mansion megah milik Sehun. Ia tak mau Istrinya itu tau jika ia mempunyai hubungan gelap dengan wanita terkasihnya. Bukannya ia takut jika ia akan ketahuan, namun ia takut jika Hera, istrinya itu melakukan hal yang tidak-tidak untuk mencelakai Bora. 

"Sehun-ie.. Aku lapar"Bora memulai percapakan dengan melontarkan rasa laparnya sembari menyentuh perutnya, berlagak jika ia memang lapar. 

Sehun yang sedari tadi menggenggam jemari lentik Bora terkekeh, "Bukankah kau semalam makan dengan cukup banyak?" lelaki itu menyeringai sesekali melirik wajah Bora yang mulai memerah. 

"yak-! i-itu.. ugh ah sudahlah, selalu saja menggodaku!"

Sehun terbahak mendengan gerutu dari kekasihnya ini, menggemaskan. "Tapi memang benar kau selalu terlihat menggoda baby."

"Oh ayolah oppa jangan memancingku, kau sedang menyetir!" Bora mencebikkan bibirnya kesal. Selalu saja Sehun menggodanya dan membuat wajahnya seperti udang rebus. 

"Baiklah, baiklah princessku. Kau lapar kan? ingin memakan seafood atau sushi hm?" Sehun mengelus lembut surai hitam milik Bora, mengelusnya dengan kasih sayang yang tak terbendung.

Bora tersenyum lebar,"Sushi!" Serunya dengan semangat.

"Baiklah Princess permintaanmu akan segera pangeran kabulkan." diakhir katanya, Sehun tertawa ringan.Membuat Bora yang mendengar ucapan Sehun ikut tertawa karena konyolnya ucapan Sehun. Namun, Bora bahagia karena Sehun tidak memperlihatkann sikap konyol atau sikap lembutnya pada siapapun. Termasuk... istrinya. Hera. 

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang