1

40 5 5
                                    

Warning!!
Typo bertebaran
Enjoy Guys!




'Diamku bukanlah hal yang bisa kau anggap remeh. Aku diam, hanya untuk menutupi luka di hati yang kian menganga lebar'







Bukan hal yang lumrah lagi bagi gadis beriris abu itu jika ia hanya akan kembali sendirian pada jam makan malam. Hanya dia yang akan menikmati makanan buatannya sendiri.

Tidak ada, tidak ada pujian atau senyuman dari sang suami untuk mencicipi makanannya. Mungkin itu akan menjadi mimpinya yang menyakitkan. Ya, karena pasti hanya akan terjadi di dalam mimpinya.

Namun, entah apa yang terjadi, takdir mungkin sedang berbaik hati untuk memberikannya sedikit semangat atau secercah cahaya bahwa dia bisa memiliki hati suaminya itu.

Malam ini, suaminya duduk tepat di sampingnya dan mencicipi makanan buatannya. Dan sialnya, bibir tipis itu tak henti-hentinya melengkung memancarkan kebahagiaan. Meski ia takut, iris abunya berkali-kali melirik suami tampannya itu.Dalam hati ia berdoa semoga ini bukanlah mimpi.

Oh Sehun, lelaki yang umurnya terpaut dua tahun di atasnya itu tampak menikmati makanan buatan istrinya. Tidak buruk, komentarnya dalam hati. Sebenarnya, ia pun tak akan menyangka jika ia akan makan malam dengan istrinya itu.

Karena, dua tahun pernikahan mereka, Sehun sama sekali tidak pernah mau untuk memakan apapun yang istrinya buat. Ia lebih baik makan malam di restoran seafood didekat kantornya. Atau lebih baik dari itu dia akan memilih makan di kantin kantornya.

Hanya saja, perkataan salah satu teman keparatnya itu membuatnya berpikir 200 kali dari tujuan awalnya. Jahat, memang jahat karna selama dua tahun ini ia tak pernah mau untuk berkomunikasi dengan istrinya berlama-lama. ia hanya akan berbicara pada istrinya itu jika ada hal yang penting.Bahkan menyentuhnya saja ia enggan.

Oh Hera, gadis yang telah menjadi istri seorang Oh Sehun itu hanya bisa menelan pil kepahitan dalam hidupnya. Bahkan bodohnya ia masih bertahan di dalam hubungan pernikahannya yang terucap di atas kebohongan.

Sehun tak mencintainya. Bahkan Sehun membenci Hera. Sangat.

Hera menuangkan air putih untuk Sehun saat di rasa Sehun telah menyelesaikan acara makannya. Lelaki itu menerima dengan anggukan, lalu meneguknya dengan perlahan.

"Gomapta•," ucap Sehun sembari meletakkan gelas itu kembali pada tempatnya.

Hera mengangguk masih dengan senyum yang terpampang bahagia di mata Sehun. Sebahagia itukah Hera? Hey dia hanya memakan masakannya. Tidak lebih dari itu. Namun, bagi Hera, itu adalah sebuah peluang untuknya. Dan perlu kalian tau, hati Hera berdetak tak karuan saat Sehun balas menatapnya meski terhitung 5 detik.

Sehun berdiri dari duduknya, lelaki itu melonggarkan dasinya yang seperti mencekiknya itu. Lalu Sehun pergi tanpa sepatah katapun.

Hera menatap punggung kekar Sehun yang kian melangkah menjauhi dirinya. Sebelum Sehun benar-benar memasuki kamar pribadi Sehun, Hera mengintrupsi langkah tegas lelaki itu.

" Um ... Sehun-ssi," Hera kembali tersenyum saat Sehun ternyata mengehentikan langkahnya pada anak tangga terakhir teratas. Laki-laki itu hanya menoleh menatap Hera di bawah sana.

Dan bodohnya Hera menjadi gugup karna tatapan Sehun. "Apa kau keberatan jika aku membuatkanmu bekal? A-aku dengar kau sering terlambat makan si---"

Sehun memotong dengan cepat, "boleh." Kemudian lelaki itu melanjutkan langkahnya yang terhenti untuk segera menuju kamarnya.

Hera yang mendengar jawaban Sehun sontak memegang pinggiran meja makan dengan erat. Debuman di dalam hatinya semakin tak karuan. Seperti hendak menghancurkan dirinya karna terlalu berdetak sangat cepat. Hari ini adalah hari keberuntungan gadis itu. Dan ia harus menandainya sebagai hari paling membahagiakan.

Sedangkan Sehun, kembali memikirkan jawaban yang sempat ia lontarkan beberapa menit yang lalu.

"Ah sial. Kenapa aku malah menjawab seperti itu?" gumamnya menyesali ucapannya. Namun, entahlah, Sehun merasa hatinya berdesir saat melihat reaksi Hera yang nampak terkejut dengan jawabannya.

Memang benar adanya, jika cinta itu buta. Bahkan cinta benar-benar membutakan Hera. Gadis polos yang kini sedang menatap bahagia foto pernikahannya. Ia berharap, senyuman Sehun kala itu bukanlah kebohongan. Coba saja jika Sehun benar-benar bahagia bersamanya, tidak mungkin ia menderita seperti ini. Namun, takdir membuat hidupnya terombang ambing. Membuatnya harus bertahan pada perasaan yang kian menyakiti dirinya sendiri tanpa ampun.

Gadis itu masih bisa tersenyum, masih bisa berlagak seolah ia baik-baik saja. Padahal, jauh di dalam lubuk hatinya ia meronta. Ia ingin kebahagiaan.

Hera menghela nafas dengan perlahan, "kapan kau akan mencintaiku Sehun?" monolognya masih dengan menatap wajah Sehun pada bingkai foto pernikahan mereka. Kemudian ia terkekeh karna teringat sesuatu.

Mungkin saja, Sehun tak akan pernah membalas cintanya. Menyakitkan. Dan lebih menyakitkannya lagi, ia tau apa penyebab lelaki itu tak akan membalas cintanya.

Hanya satu. Sehun tidak bisa mencintai Hera karna Sehun mencintai sahabatnya sendiri.

🐾🐾🐾

Siang itu Hera benar-benar datang membawa kotak bekal untuk Sehun. Hera kini sedang duduk di dalam ruang pribadi milik Sehun, ia menunggu suaminya itu selesai meeting. Cukup membosankan karena hampir 30 menit ia menunggu Sehun.

Sehun masuk keruangannya bersama Kai, sahabat sejak kecil Sehun. Suaminya tampak terkejut dengan kehadiran Hera yang berada di dalam ruang kerjanya.Sebelum ia bertanya, obsidiannya telah menangkap 2 buah kotak bekal berwarna biru muda dan pink. Ah, jadi gadis itu benar-benar membuatkannya bekal.pikirnya.

Hera membungkuk hormat pada Sehun dan Kai,"maaf mengganggu.. aku datang membawakanmu bekal."

Terdengar jika Kai sedang bersiul menggoda. Bukan.. bukan untuk Hera, Namun untuk Sehun yang berusaha menatap arah lain karna siulan menyebalkan dari bibir sahabat laknatnya itu. Sebenarnya Hera tidak mengganggu, Namun waktunya sangat tidak tepat karena Kai sedang bersamanya. karena hal itu membuatnya seperti kalah telak dari Kai.

"Ya, terimakasih untuk bekalnya. Sekarang pulanglah." Sehun kembali beranjak dari tempat berdiri untuk menuju pada kursi kebesaran miliknya. Ia tak mengindahkan tatapan berbinar dari Hera yang mendengar ucapan suaminya itu. Yang tadi berterimakasih apakah benar Sehun?. Dirinya masih belum mempercayainya jika Sehun bisa mengucapkan terimakasih padanya.

Kai mendengus mendengar ucapan Sehun. Tidak bisakah temannya itu berucap dengan senyum?. Tidakkah ia lihat jika Hera sedang menatapnyapenuh harap. Dasar Sehun brengsek, maki Kai dalam hati.

"Tunggu sebentar dude, apa tidak sebaiknya jika Hera tidak pulang? yah maksudku," Kai menjeda kalimatnya, Iris coklatnya bersitatap dengan obsidian milik Sehun yang sedang menatapnya tajam. Sial, apalagi rencana manusia hitam ini.

Kai melanjutkan kalimatnya dengan senyum penuh arti, "berhubung kau sedang sibuk, ada baiknya Hera menyuapimu." Kai menyeringai diakhir kalimatnya.

Hera sedikit terkejut dengan ucapan Kai. Bukannya ia tidak mau, namun jika seperti itu bukankah dia akan berdekatan dengan Sehun?. Ia tak dapat membayangkan bagaimana ia gugupnya saat sedang menyuapi Sehun. Karena Hera biasanya akan gugup jika Sehun hanya meliriknya.

"Benar begitu Hera?" Kai merangkul pundak Hera dengan cukup mesra. Ia sengaja melakukannya, hanya ingin melihat--

"Bisakah kau menjauhkan tanganmu dari Istriku Kim?" Sehun mengintrupsi tajam.

--reaksi dari singa putih di hadapannya itu. Dan lagi-lagi Kai menyeringai. Kena kau Albino, Kai tertawa dalam hati. "Aku hanya merangkulnya sebagai adik Sehun. tidak lebih" Jelas Kai yang kini menatap Sehun remeh. Secepat itukah Sehun tertebak olehnya?

Dan beberapa detik berikutnya Sehun menyadari ucapannya. Ia menatap Hera yang sedari tadi menatapnya. Menelisik wajah Hera. Obsidian itu seperti sedang mencari sesuatu pada iris Abu milik Hera.

Benarkah ia tadi...








sedang cemburu?

























Yeyyy.. part 1 akhirnya lanjutt..

gimana readers? next apa engga? maaf kalo banyak typonya ya!

happy Reading!!

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang