01

1K 100 31
                                    

Aku mau buat cerita genre misteri yang ringan-ringan aja hehe.

Happy reading💜

.

.

.

Seorang wanita berambut cokelat terang menagis pilu sembari melipat kedua tangannya tepat disebelah keranda peti mati milik sang anak yang sekitar tiga jam lalu telah berpulang disebabkan terjadinya kecelakaan disebuah tangga rumahnya.

Anak lelaki berpipi tembem yang selalu tertawa ceria dan mulutnya yang selalu cerewet itu kini terbujur kaku di dalam peti mati yang tepat berada di tengah-tengah podium di hadapan patung sang Tuhan di sebuah Gereja.

Suara tangis wanita berambut cokelat terang itu masih terus menggemah meliputi akan sarat gumpalan kekecewaan, kesedihan dan kemarahan akan ketidakadilannya sang Tuhan Yang Maha Kuasa.

Hatinya merasa kecewa, seolah ia merasa tidak ada Tuhan disini. Ia merasa kenapa Tuhan setega itu kepada anak kecil yang bahkan masih berusia lima tahun? Orang-orang mengatakan, Tuhan sangat menyayangi hambanya dan mengambilnya tanpa ada satupun yang tahu. Tapi kali ini, Tuhan telah mengambil seratus persen sumber kehidupannya.

Wanita itu mengepalkan tangannya dan mengebrak pelan peti itu penuh emosi, membuat semua mata sekeluarganya yang hadir guna memperingati kematian anak itu menatapnya nanar dan sedih.

"Tenanglah Soeun, kumohon," tangan besar seorang pria menyentuh kedua bahunya dan berakhir mengelusnya mencoba menyalurkan sedikit gumpalan ketenangan disana.

Namun hal itu tidak direspon hangat oleh Soeun. Sontak wanita itu mengangkat kepalanya selepas mendengar penuturan sang suami. Dengan kasar ia menoleh kesamping dimana suaminya itu kini ikut merendahkan diri disebelahnya.

"Taehwan anak kita, Kim Taehyung!"

Mata Soeun memerah dan membengkak karena terus-terusan menangis sejak dua jam lalu. Ia menghempaskan pelukan Taehyung pada bahunya dan kembali menoleh memfokuskan tatapannya menatap mayat Taehwan yang terlihat begitu damai dan semakin tampan dibaluti oleh tuxedo mini mengikuti ukuran tubuhnya yang mungil dan berisi. Bunga-bunga mawar bermacam warna juga ikut serta dalam memperindah penampilan balita lelaki itu saat ini.

Soeun tersenyum getar, bulu mata lentik Taehwan temurun dari ayahnya, bibirnya yang mungil kembali mengingatkan Soeun bagaimana saat bibir itu terus mencium pipinya dan waktu ia belum sebesar sekarang, bibir itu selalu membuatnya meringis kesakitan saat tengah menyusui. Dan pipinya yang lembut, putra satu-satunya yang selalu menjadi kebanggaannya dan Taehyung, kini tertidur dengan pulasnya tanpa bernafas.

"Maafkan ibu, sayang."

Taehyung menghembuskan nafas perlahan, ia tentu sama berdukanya dengan Soeun dan tidak akan pernah mempercayai bahwa hari ini adalah hari terakhir baginya untuk melihat sang putra yang begitu ia cintai. Tapi tetap saja, mereka tidak seharusnya menjadi egois dan menghambat acara sakral Kim Taehwan.

Taehyung kembali berusaha membuat Soeun berdiri, membujuknya dengan bisikan-bisikan sayang seraya menenangkan dirinya, "Sayang, sudah. Biarkan Taehwan beristirahat."

Soeun menggeleng, ia menghempaskannya lagi dan kembali menangis. Tangannya bergetar hebat saat bergerak mengelus permukaan dingin pipi Taehwan yang sudah ditaburi oleh bedak tipis beraroma khas bayi.

"I-ini salahku, seharusnya a-aku tidak membiarkannya bermain sendirian dan malah sibuk di dapur."

Isak tangis Soeun semakin lama membuat hati Taehyung berdenyut perih. Pria itu tidak ingin kematian Taehwan malah membuat wanita yang sangat dicintainya itu ikut terjerumus dan membuatnya jatuh sakit karena kesedihan ini.

The Dollife ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang