05 | FIN

506 77 27
                                    

Ia menunduk ditempatnya sepanjang waktu. Menangis tanpa suara selama berhari-hari dikelilingi hamparan mainan anak laki-laki yang tergeletak berhamburan di lantai kamar itu.

"Bagaimana bisa ada seorang yang sangat jahat seperti itu?"

Bagaimana bisa suaminya sendiri menjauhkannya dari sang putra dan terus mengatakan bahwa putra mereka telah tiada tepat hampir seminggu yang lalu?

Kepalanya yang menunduk menggeleng pelan sebab pikirannya kembali terbayang akan ingatannya dimana suaminya itu membawanya paksa menuju kesebuah makam kecil ditempat pemakaman umum. Sebuah makam dengan dataran tanah berumput buatan yang masih terlihat sangat baru dimana nisannya terpampang jelas nama sang putra. Soeun tidak percaya, dia yakin bahwa dia hanya berhalusinasi saja waktu itu, membuat Taehyung malah marah dan terus memaksanya untuk membuka mata menerima kepergian putra kesayangannya Kim Taehwan.

"Soeun, buka pintunya sayang!"

Soeun tertawa miris untuk sesaat. Ia menoleh dan memakukan tatapan malasnya kearah pintu yang terkunci di sebelah sana. Rasanya telinga Soeun sudah cukup lelah mendengar berbagai gertakan, gebrakan dan teriakan Taehyung yang terus-terusan mengusik waktu kesendiriannya.

"Kau belum makan sejak dua hari! Kumohon buka pintunya!" Gebrakan kembali melayang nyaris saja menghancurkan engsel pintu.

Soeun tidak peduli, ia mengabaikan semua itu dan beralih menunduk lagi seraya melirik kedua benda yang tengah ia genggam di masing-masing tangannya secara bergantian. Sebuah mendali kemenangan Taekwondo milik Taehwan berada di tangan kirinya dan sebilah pisau tajam berada di tangan kanannya.

Jika apa yang dikatakan Kim Taehyung memang benar, maka dalam kepala Soeun mulai melayang akan fantasi kehidupannya yang suram tanpa sang putra.

Jadi...

Untuk apa dia hidup?

Sebelumnya dia akan sangat berterimakasih sebesar mungkin kepada suaminya Kim Taehyung. Sebab karena cinta besar pria itu, dirinya bisa dengan sehat mengandung putra pertamanya dan mebesarkannya dengan kasih sayang hingga lima tahun.

Soeun juga akan berterimakasih kepada Tuhan karena sudah berbaik hati mengirim sosok seperti Kim Taehyung di dalam kehidupannya dan ikut serta menghadirkan si mungil tampan Kim Taehwan ditengah-tengah kehangatan keluarga kecil mereka.

Tapi apa gunanya semua itu sekarang? Taehyung akhir-akhir ini selalu membentaknya perihal Taehwan. Itu artinya Taehyung sudah tak lagi mencintainya bahkan dia tega sekali menyakitinya. Dan putranya....

Soeun perlahan-lahan menaikkan pandangannya, ia menyorot marah entah menatap kearah mana. Mendali yang berada di genggaman tangan kirinya ia lempar secara kasar ke daun pintu disebelahnya membuat Taehyung yang masih berdiri dibaliknya tersentak kaget.

"Sayang?!"

....putranya sudah tiada. Tapi Soeun masih sangat jelas mengingat bagaimana saat Taehyung menarik paksa Taehwan dari pelukannya dan membawanya menghilang entah kemana. Taehyung membawa Taehwan pergi darinya sampai saat ini ia tidak tahu bagaimana keadannya.

"Dia hanyalah boneka, Soeun! Sadarlah!"

"Boneka? Benarkah?"

Maka Soeun sudah memilih jalannya sendiri.

Mata pisau itu ia melayang dengan gesitnya menggarisi tepak tangannya yang putih nan mulus hingga mencipratkan banyak darah yang keluar dari sana dan mengotori pakaiannya.

Soeun menghembuskan nafas susah payah, ia melemaskan genggamannya pada pisau itu dan setelahnya ia menunduk semakin dalam seirama dengan kedua matanya yang mengatup pelan.

The Dollife ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang