04

304 61 18
                                    

Taehyung memilih untuk mendengarkan berbagai penuturan pastor itu beberapa hari yang lalu. Membuatnya tak bisah memilih banyak dan langsung mengambil keputusan untuk mengambil cuti bekerja selama beberapa hari kedepan. Dan pada tiga hari belakangan, jadwal tidur juga waktu beristirahatnya benar-benar tidak beraturan.

Setiap harinya ia harus terjaga demi menghindari hal yang sangat tidak ingin ia sesali nantinya. Sepanjang hari dan malam ia selalu merasa was-was memeriksa jam pasir yang beberapa hari lalu pastor itu berikan.

Leguhan kurang nyaman Taehyung loloskan saat hendak beranjak terduduk dari tidurannya di sofa yang jelas tidak terasa nyaman sama sekali, membuat sekujur tubuhnya terasa remuk dan kaku. Setidaknya tidurnya kali ini bisa sedikit leluasa untuk mengistirahatkan kedua matanya yang benar-benar sudah lelah untuk terbuka sepanjang malam.

Sibuk dengan acara memijit bahunya pelan, Taehyung tersadar. Ia sedikit membolakan matanya singkat dan dengan cepat membalik tabung jam pasir yang entah sudah berapa lama mengosong.

Taehyung menghelahkan nafas gusar. Ia mengusap wajah bantalnya kasar dan mengucek-ngucek matanya yang areanya sudah mulai menghitam. Samar-samar ia mendengar suara lembut Soeun dari arah dapur.

Taehyung bangkit, merapikan kaos polos oblong yang nampak berantakan ditubuhnya lebih dulu lalu melanjutkan dengan berjalan lemas menghampiri keberadaan sang istri. Langkahnya seketika terpaku diambang tembok yang menjadi pemisah ruang keluarga dengan ruang makan sekaligus dapur di rumah itu.

Taehyung menerawang datar suasana di sekelilingnya, debu-debu bertebaran dimana-mana, barang-barang berserakan, mainan milik Taehwan juga ikut berserakan kesana kemari dan terakhir tatapannya jatuh menatap tumpukan cucian piring sejak tiga hari lalu yang masih tergeletak kotor diwastafel.

Tidak bisa Taehyung bayangkan sebelumnya bagaimana rumahnya saat ini benar-benar berantakan dan semenjijikan ini.

Taehyung menghelah nafas lelah, ia berpaling dengan gerakan pelan mengamati Soeun yang bahkan tidak meliriknya sama sekali. Biasanya jika sebelum ia bangun, Soeunnya yang cantik akan berkutat di dapur membuatkannya sarapan—terkadang jika memang sedang ingin, Soeunnya akan menggodanya dan berakhir dengan mereka yang bercinta singkat dipagi hari—menyiapkan pakaian kantornya, mengecup bibirnya saat ia berpamitan untuk berangkat ke kantor dan setelahnya memandikan Taehwan untuk dia antar ke Taman Kanak-kanak dengan berjalan kaki. Tapi... Taehyung tersenyum miris. Semuanya telah berubah secara drastis selama kehadiran boneka sialan itu di dalam kehidupan mereka. Sejak putranya kecelakaan dari atas tangga membuat tubuhnya yang rapuh berguling-guling menggenaskan dari sana.

Dengan Soeun yang terus bersikap seperti ini, Taehyung serasa hidup menyendiri tanpa ada sosok yang begitu ia cintai disini.

Soeun sibuk dengan berbagai gumaman gemasnya saat menyuapi sereal gandum kesukaan Taehwan ke mulut boneka dipangkuannya.

"Buka mulutmu sayang. Aaa!"

Soeun menyendok sereal itu dan membuat gestur candaan dengan melayangkan sendok bayi ditangannya seperti pergerakan sebuah penerbangan pesawat.

Taehyung terus mengamati, sontak bergedik tak suka saat sereal yang Soeun suapkan itu malah jatuh berserakan ditubuh benda mati dipangkuannya dan mengotori area mulutnya yang dijahit melengkung menyerupai senyuman lebar.

"Putra ibu yang tampan, aaa!"

Lagi?

Taehyung kembali melangkahkan kakinya yang sempat terpaku diambang tembok sana. Menghembuskan nafas lelah, iapun menarik salah satu kursi tepat dihadapan Soeun. Pria itu terdiam selama beberapa saat seraya mengamati setiap pergerakan wanita didepannya, taehyung lagi-lagi menarik nafas mencoba menguatkan diri.

The Dollife ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang