Jalan (1)

608 34 4
                                    

Hari cerah seperti biasa. Terlebih lagi Ali yang selalu masa bodo dengan hari-hari. Apapun harinya, seperti apapun cuacanya, Ali selalu molor di kelas, menghabiskan waktunya di basement dengan penelitian-penelitiannya yang mustahil dilakukan untuk anak seusianya.

Kini jam pelajaran telah selesai. Semua murid-murid tak terkecuali Raib dan Seli, bergegas pergi meninggalkan kelas.

"Ra, Sel. Kalian tidak lupa, bukan?" Ali menahan langkah Raib dan Seli.

"Tentu saja Tuan Muda Ali. Itu sudah menjadi rutinitas kami." Raib menggandeng Seli kemudian berjalan melalui Ali yang kini tersenyum tipis.

***

Lapangan basket penuh dengan suara riuh penggemar Ali. Raib sesekali menutup kedua telinga nya dengan telapak tangannya, berusaha tidak memedulikan sorakan dari penggemar Ali itu. Namun percuma karena Seli juga ikut-ikutan berteriak histeris saat Ali berhasil mencetak angka.

"Seli! Diamlah! Jangan norak!" Raih melotot pada Seli. Seli hanya tertawa kecil menanggapi Raib, sahabatnya itu. Seli tau, Raib sangat terusik dengan semua keriuhan ini, namun alasannya bukan karena Raib membenci Ali, sebaliknya, Raib menyukai Ali, lantas ketika suara sorakan dari penggemar Ali bergema di lapangan, Raib cemberut, menampakkan wajah tak senang, apalagi saat Ali tersenyum karena suara sorakan penggemarnya.

"Kamu cemburu, Ra?" Seli kini mengalihkan tatapannya dari lapangan basket dan menatap Raib dengan tatapan jahil.

"Aku tidak sudi!" Raib membuang muka. Seli hanya terkekeh. Dalam hati Seli sangat geram dengan tingkah sahabatnya yang satu ini. Seli sangat mengenali sahabatnya ini, terlebih lagi Raib sangat tidak pandai menyembunyikan rasanya pada Ali. Mungkin Raib bisa menyembunyikan rasanya dari Ali, tapi tidak dengan Seli yang selalu peka.

Latihan basket telah selesai. Penggemar Ali saling berebut menyerahkan air minum pada Ali yang kini sedang berjalan ke arah tribun. Ali hanya berjalan lalu melewati mereka seakan mereka tidak ada disana.

"Ra, aku haus." Ali berdiri di depan Raib yang sedang memegang tasnya.

"Ini. Ambil sendiri." Raib menyodorkan tas yang dipegangnya pada Ali. Ali hanya diam tidak berekspresi, lantas duduk di kursi kosong sebelah Raib. Raib melihat tingkah Ali hanya memutar bola matanya dengan malas. Raib pun membuka tas yang dipegangnya kemudian mencari barang yang diinginkan Ali.

"Ini." Sebuah botol air mineral diletakkan Raib di paha Ali yang sedang duduk. Ali yang melihat Raib yang juga menyodorkan dia handuk hanya tersenyum.

"Aku hanya haus, Ra." Ali meneguk air yang diberikan Raib.

"Lap keringatmu, Ali. Kau sangat bau." Raib melempar handuk yang sedari tadi dia pegang. Ali hanya terkekeh melihat Raib yang sekarang sedang melotot pada Seli yang sedang menggodanya.

***

"Ra, ada kakak kelas yang mau ketemu." Salah seorang teman sekelas Raib mendekati Raib yang sedang asyik membaca novel. Raib menoleh ke arah temannya dengan tatapan bingung.

"Siapa?" Seli bertanya dengan rasa penasaran yang tinggi. Dan tentunya jahil.

"Itu kak Kevin, kelas 12 MIPA."

Sontak mulut Seli terbuka lebar dan menatap Raib dengan tatapan tidak percaya. Raib hanya diam tidak merespon. Raib tahu tentang kak Kevin. Kak Kevin kakak kelas yang sangat terkenal karena kepintaran, prestasi, bahkan parasnya. Hanya saja Raib bingung dengan tingkah Seli yang histeris sendiri, memaksa Raib untuk bertemu dengan kak Kevin.

RaSeLiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang