Suasana rumah itu sepi, bagaimana tidak, sejak 6 hari lalu, Ranya kehilangan dua orang yang disayanginya sekaligus.
Nenek dan Kakeknya,
Sejak 5 tahun lalu mereka lah yang telah mengurus dirinya dan Lukman,
Meninggal karena keterlambatan dilarikan kerumah sakit dan terkendala nya situasi, membuat tim medis tak sempat menyelamatkan nyawa keduanya,
Kecelakaan itu diakibatkan insiden tabrakan beruntun yang diduga diakibatkan sopir bis tersebut mengantuk.
Ranya, gadis 16 tahun surai sebahu dan manik cokelat gelap itu duduk disamping Sang Ayah, setelah bertukar cerita dengannya setelah sekian lama tidak bertemu.
Sang Ayah, masih dalam perasaan menyesalnya yang tidak dapat menemui dan menemani kedua orangtuanya pada keadaan kritis,
Benda pipih di atas meja itu bergetar, menampakkan nama Baskara dan foto profilnya yang narsis dalam panggilan Whatsapp,
Membuat sang Ayah, -Satriya Adipramana melirik tajam ke arah benda itu.
Ranya meneguk ludahnya susah payah, lantas ia mematikan panggilan tersebut.
"kenapa ngga diangkat telepon nya?"
"hm, engga, paling nanyain proposal buat pensi" bohong Ranya mencoba menetralkan nada bicaranya seraya mengalihkan pandangan.
"Baskara itu siapa? Ayah liat-liat dia sering nelfon kamu"
Ranya menggeleng, "Baskara itu cuma temen Anya, Yah, ngga lebih"
Satriya pun terkekeh pelan, "loh, emang Ayah ada bilang kamu punya hubungan lebih sama dia? ngga kan?"
skak mat, mampus.
"ya terserah, Ayah juga udah berapa kali nasehatin kamu buat jangan pacaran, diluar sana banyak laki-laki yang brengsek"
"Minggu depan Ayah sudah harus balik ke Balikpapan, kamu sama Mas, maunya gimana?"
"Tetap di sini atau mau pindah balik ke Jakarta lagi?, kalian memang udah besar, ya tapi juga harus di pantau, disana Tante Sandra bisa sesekali ngontrol kalian, kalau disini siapa yang bisa? ngga ada kan"
Jujur, Ranya bingung disatu sisi ia tak siap jika harus meninggalkan kota ini, rumah Nenek dan Kakek serta kenangan didalamnya, teman-teman, pelanggan bisnis kecil yang baru ia bangun, dan tentunya, Baskara.
Namun disisi lain, ia juga merindukan Jakarta, teman-teman dan kenangan masa kecilnya, serta makam Sang Ibunda yang sudah lama tak ia kunjungi.
"nanti Anya pikirin lagi, sekalian diskusi sama Mas" jawab Ranya.
Lukman datang dan duduk disamping adiknya, "apaan nih nyebut-nyebut Mas?"
"gimana Mas, udah matang persiapan nya?" tanya Satriya.
"wohooo, udahh dong, setelah hampir satu tahun berlalu aku sekarang udah siap nih jadi maba almamater kuning di universitas impian,-
-lagian disini juga udah ngga ada siapa-siapa, urusin deh pindahan nya Anya, Yah, minggu depan gas kita balik ke Jakarta!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Dari Hagi untuk Ranya ft. hwangshin
Fanfiction"Hagi sama Ranya itu sama-sama denial, kalo ditanya serius juga mana mau ngaku" •millenial ft. hwangshin •school and family life •sangat lokal •bahasa semi baku •humor recehan •warn!: harsh word, adegan dan pembicaraan yang tak patut dicontoh •rat...