Ting
Sebuah notifikasi pesan masuk. Ia merogoh kantongnya, menekan sandi pada layar handphonenya."Tepat jam 8 malam, kutunggu kau diparkiran direksi. Be on time ya Mungil" Begitu bunyi pesan tersebut.
Jemari mungilnya langsung membalas pesan itu dengan cekatan. "Baik Pak, aku akan segera kesana dalam 25 menit. Latihan kami juga sudah selesai" dengan tersenyum Maya membalas pesan tersebut. "Aaahh apa sebaiknya aku mandi dulu ya ?" Gumam Maya pelan. Ia menciumi aroma tubuhnya terutama dibagian ketek. "Hmm mandi sepertinya solusi terbaik saat ini." Maya melangkah cepat menuju kamar mandi yang berada tak jauh dari ruang latihannya. Sesampainya di kamar mandi, Maya segera membuka tas ranselnya, mengeluarkan perlengkapan mandinya dan baju ganti. Tidak sampai 15 menit, si mungil telah selesai dengan rutinitas mandinya dan telah berpakaian lengkap. Ia menyisir cepat rambutnya yang basah karena sehabis dikeramas, lalu memoleskan bedak dan lipstik bewarna lembut, serta menyemprotkan parfum beraroma ringan di beberapa titik ditubuhnya. Maya menatap sekali lagi pantulannya di cermin, dan tersenyum. 'Aku harus bergegas, jangan sampai membuatnya menunggu.'
Saat Maya keluar dari lift, sosok jangkung itu tengah berdiri bersandar pada dinding mobilnya. Ia menatap Maya sesaat dan tersenyum.
"Waaaahhh... rambutmu basah, Mungil ? Karena keringat ?" Ia menaikkan satu alisnya menggoda Maya.
"Bukan, Pak Masumi. Aku baru selesai mandi dan keramas." Maya sedikit merona menjelaskannya.
"Nyantai saja Mungil, kau tak harus mandi dan keramas hanya untuk menemuiku." Seloroh Masumi seraya membukakan pintu penumpang untuk Maya, "Ayo, naiklah," dan langsung melangkah menuju kursi driver. Masumi segera menyalakan mobilnya dan mereka bergerak meninggalkan Daito.
"Mau kemana kita malam ini ?"
"Terserah Anda saja, Pak."
"Lho, kok terserah aku ?" Masumi memiringkan wajahnya sedikit menatap Maya, lalu kembali fokus menatap jalanan.
"Aku juga bingung mau kemana ?"
"Heeiii... yang mengajakku kencan keluar malam ini kan kau, Mungil. Apa kau tidak punya rencana ?"
"Bukan kencan, Pak Masumi. Kita hanya makan malam. Aku cukup tahu diri tidak mengajak tunangan orang untuk pergi kencan. Jika aku nekat, bisa-bisa besok pagi Anda menemukan diriku tergantung di tiang bendera. " Maya tersenyum, namun juga bergidik ngeri membayangkan apa yang akan menimpa dirinya esok seandainya ada yang menyebar rumor tentang kencan semalam mereka. Maya menelan salivanya dengan susah payah.
Masumi malah terbahak. "Aku bahkan sama sekali tidak keberatan jika memang kau ingin mengajakku kencan." Masumi melempar pandangan menggoda pada Maya. "Lupakan tentang status ku yang tunangan orang." 'Lagian sebentar lagi aku hanyalah mantan tunangannya.' Batin Masumi tanpa beban.
"Mana bisa begitu Pak Masumi. Seluruh jepang juga tahu Anda itu tunangan siapa." Maya mendelik kesal, heran bagaimana Masumi bisa menganggap hal semacam itu sepele.
"Seluruh Jepang juga tahu kau siapa, Mungil."
"Memangnya aku siapa ?"
"Gadis kecil galak yang berani memakiku di depan banyak orang, menggigit dan menamparku. Serta jangan lupa, predikat musuh bebuyutan tersemat erat dijidat kita berdua, hahahhaa..."
"Huh, Anda sangat keterlaluan dan menyebalkan, Pak Masumi."
"Terima kasih pujiannya, Mungil."
"Aku mengatai Anda, Pak, bukan sedang memuji."
"Bahkan makian yang keluar dari mulutmu terdengar seperti pujian ditelingaku"
"Kalo begitu anda perlu ke dokter THT buat memastikan pendengaran anda masih berfungsi dengan baik atau tidak" celutuk Maya sewot.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Love Needs No Reason
RomanceKehadiran Belahan Jiwa di dunia ini terbukti nyata. Namun tak semua manusia bernasib beruntung dapat bertemu dengan belahan jiwanya. Jika kau ditakdirkan bertemu dengan belahan jiwa mu di dunia ini, maka dirimu akan menjadi magnet bagi belahan jiwa...