Malam dingin berkabut menyelimuti kota Tokyo. Sesosok bayangan jangkung tengah menatap serius lautan malam dari jendela besar tepat dibelakang meja kerjanya. Sang bola api telah sedari tadi kembali ke peraduan semenjak beberapa jam yang lalu. Namun sosok kokoh itu seolah tak peduli dengan waktu yang terus bergulir semakin pekat ditelan gelap. Hening telah merajai area singgasananya, tapi ia masih tenggelam dalam angannya seperti ada yang menahan kakinya untuk tak segera beranjak dan hanya sibuk memandangi kerlipan bintang kota Tokyo dalam pekatnya malam.
Melirik sekilas jam di pergelangan tangan, sosok pemilik wajah rupawan itu mendesah 'haaaahhh... sudah jam 22. 50 saja. Kenapa waktu begitu cepat berlalu' lirihnya. Menghempaskan nafasnya lelah, Ia menarik tirai panjang berwarna biru tosca dengan sedikit hiasan warna dark grey di tengah tirai tersebut untuk menutupi jendela besar ruangannya. Melangkah mendekati meja kerja, Ia mengambil laptop dan segera keluar sebelum terlebih dahulu mengambil mantel panjang yang tergantung di rak samping pintu ruangannya dan menutup pintu tersebut.
TING... Pintu lift terbuka. Seorang lelaki tua segera menghampiri pria yang baru saja keluar dari dalam lift dengan sedikit tergopoh. Lelaki tua itu sama sekali tak heran bahwa orang yang keluar dari lift pastilah satu-satunya pria yang telah ditunggunya sedari tadi. Bagaimana tidak, Ia sudah sangat mengenal pria dihadapannya ini - pria yang dikenal sebagai maniak kerja dan kaku. Hanya pria ini yang sanggup bertahan diruangan kerjanya hingga malam mencekik waktu.
" Tuan, biar saya yang membawakan " dengan sopan lelaki kisaran 50an itu mengulurkan tangan menunggu tas majikannya.
Tampak berpikir sejenak, pria kaku tersebut menatap lelaki tua dihadapannya yang merupakan driver pribadinya. "Entah kenapa tiba-tiba aku sangat ingin menyetir sendiri malam ini. Maafkan aku Pak Kubo, seharusnya tidak membuatmu menunggu hingga larut begini" Ia merasa tak enak hati pada drivernya.
"Ti--tidak apa-apa Tuan. Saya mengerti. Ada saat tertentu kita ingin sendiri", tersenyum paham pada majikannya, Ia menyerahkan kunci mobil. Membungkukkan badan pada pria di depannya, Ia bermaksud hendak pergi. Namun suara sang atasan menghentikan langkah Kubo.
"Besok kau libur. Ada kerjaan yang harus ku urus di luar. Aku akan menyetir sendiri, jadi kau bisa bebas menghabiskan weekend mu tanpa gangguan dari ku. Aku mungkin akan masuk kantor lagi selasa atau rabu, tergantung seberapa cepat aku bisa menyelesaikan pekerjaanku. Jadi, nikmati liburmu yang sangat jarang terjadi ini Pak Kubo" tersenyum, pria itu menepuk pelan bahu drivernya yang terlihat kaget.
"Se--serius Tuan, saya boleh libur besok ? Sampe selasa atau bahkan rabu ?!" Atasannya hanya tersenyum melihat kebahagiaan terpancar jelas dimata lelaki setengah baya itu seraya mengangguk pelan. "Baiklah. Hati-hati di jalan Tuan. Kabari saya kapanpun Anda butuh. Saya pamit kalo begitu" sekali lagi si lelaki tua membungkukkan badan dan segera berlalu.
Sosok jangkung itu baru saja berjalan 8 atau 9 langkah meninggalkan tempat dimana Ia barusan bertemu Kubo. Kemudian telinganya mendengar bunyi TING. Penasaran, Ia pun menoleh memutar badan perlahan melihat siapa yang keluar dari lift tersebut.
DEG !!!
Baik si pria yang tengah menatap dari luar lift maupun seorang gadis yang baru saja keluar dari dalam lift, sama-sama kaget bukan kepalang. Mereka sama-sama berdiri kaku, mematung seolah waktu berhenti disekitar mereka. Sang gadis berharap bisa menghilang detik itu juga agar Ia tak perlu bertegur sapa dengan pria yang saat ini berdiri beberapa meter dihadapannya. Ia dapat merasakan, pria itu sedang menatapnya lekat. Dengan langkah ragu berusaha terlihat tenang meski takut kini menyapa, membuat tubuh mungilnya semakin ciut dalam naungan tatapan tajam laksana raja hutan yang sedang menunggu mangsa, tapi mau tak mau Ia tetap harus melewati pria itu karena hanya 1 pintu keluar yang bisa Ia lalui saat ini, yaitu pintu yang berada tepat dibelakang tubuh pria yang menjulang tinggi menutupi jalan keluarnya.
'Astagaaa, kenapa aku harus bertemu dia saat ini ?!' Batin sang gadis panik meskipun dia terus melangkah dan semakin dekat dengan posisi dimana pria gagah itu berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Love Needs No Reason
RomanceKehadiran Belahan Jiwa di dunia ini terbukti nyata. Namun tak semua manusia bernasib beruntung dapat bertemu dengan belahan jiwanya. Jika kau ditakdirkan bertemu dengan belahan jiwa mu di dunia ini, maka dirimu akan menjadi magnet bagi belahan jiwa...