Keesokan harinya
Akhirnya Ira bisa kekampus lagi dengan kondisi yang sudah lebih baik. Dia berharap mendapagkan pendonor secapatnya agar terbebas dari semua ini, dan juga dari obat-obatan yang pahit itu.

Ira berangkat sendiri menggunakan motornya hari ini, sebab kakaknya tiba-tiba dipanggil kerumah sakit pagi-pagi sekali karena ada pasien gawat darurat. Diperjalanan tiba-tiba ada yang menjegat Ira, yaitu sekelompok preman yang suka memalak dijalan sepi dekat kampus. Mereka memang sering memalak pengendara motor yang sendirian. Sebenarnya para preman itu hanya sok galak saja, kenyataannya mereka hanya anak yang tinggal dikampung kumuh dekat kota.
Mereka melakukan hal ini karena keterpaksaan saja , sebab mereka tidak berpendidikan tinggi, jadi susah untuk mendapatkan pekerjaan, bahkan hanya untuk tukang bersih-bersih.

Ira menjadi sedikit takut, karena saat ini jalanan sangat sepi, mungkin karena dia berangkat terlalu pagi. Preman itupun terus menggertaknya hingga dia menangis. Dia tidak pernah dibentak siapapun, makanya dia terkejut dan menangis. Para preman itupun mengambil keuntungan darinya.

"Serahin semua barang berharga lo, atau kita-kita bakal ngabisin lo hari ini, dan mayat lo kita buang ke sungai", ucap salah satu dari mereka, yang berambut kribo dengan badan yang lebih kekar diantara semuanya.

"Nah, betul kata boss", ucap yang berbadan kecil serta botak yang ikut maju kedepan. Sementara yang lain hanya menyeringai sambil mengelus-elus dagu mereka.

Ira masih terus menangis, bagaimana tidak, dia sudah berteriak beberapa kali meminta pertolongan, namun tidak ada yang muncul hingga sekarang.

"Teriak sana, ayo teriak, gak akan ada yang dengar lu!", Teriak preman berbadan kekar.

"Huwaaaaaaaaa, huwaaaaaaa", Tangis Ira semakin pecah, saat preman itu menarik jilbabnya, sementara Ira berusaha menahannya.

Lalu tiba-tiba seseorang datang memegang tangan preman itu.

"Lepaskan dia!", Ucapnya dengan sedikit penekanan, suaranya sangat dingin melebihi es, hingga Ira bergidig ngeri, Suaranya lebih seram dari teriakan preman tadi.

"Siapa lu?, Mending pergi dah, sebelum gua sama anak buah gua, ngabisin loh", katanya dengan seringaian jahatnya.

"Lepas!", Ucapnya lagi dengan suara yang lebih keras namun tetap dingin.

"Ohhh, mau main-main lo sama kita-kita, anak ingusan kayak lu mah, kecil", katanya sembari menjentikkan jari.

"Serang!", Ucap preman itu lagi sembari mengisyaratkan kepada anak buahnya untuk maju.

Tak sampai 1 menit, semuanya sudah tergeletak mencium aspal. Sekarang sisa yang berbadan kekar. Diapun menjadi gugup, namun tetap maju untuk harga dirinya. Diapun dihajar hingga babak belur melebihi anak buahnya. Tak butuh waktu lama, merekapun lari terbirit-birit meninggalkan Ira dan orang itu.

"Te-terima kasih", ucap Ira dengan gugup. Lelaki itu hanya mengangguk samar lalu pergi.

Sebenarnya siapa dia?, Ini ketiga kalinya aku melihatnya, aku jadi penasaran. Apa aku cati tau saja. Ah, jangan ngaco.

Batin Ira. Diapun menepuk-nepuk pipinya sebelum akhirnya dia kembali melajukan motornya membelah jalan yang sunyi menuju kampus.

Hari baru, mari kita mulai cari teman!

Teriak Ira dalam batinnya, wajahnya dihiasi senyuman dengan pipinya yang merona. Tanpa ia sadari sepasang mata tengah memperhatikannya dengan senyum devilnya.

****

Ira masuk kekelas dengan perasaan bahagia juga lega. Segera ia duduk dikursinya sembari menarik nafas dalam-dalam lalu dihembuskan.

"Ira?", Sapa seseorang dibelakangnya. Ini memang semester awalnya di universitas. Jadi, belum punya teman satupun. Ira berbalik,

"Iya?", Jawab Ira dengan senyum manisnya.

Hi!, Saya Rahmi", ucapnya sembari mengulurkan tangannya.

"Halo, salam kenal", ucap Ira sembari menjabat tangannya. Sepasang mata diruangan itu terus menatap Ira secara intens. Ira tidak menyadarinya, namun Rahmi melihatnya.

"Sstt, ada yang liatin kamu tuh", bisiknya.

"Hush, jangan ngada-ngada deh", ucapnya juga dengan berbisik. Sebab saat ini dosen sedang menerangkan didepan.

"Serius, aku fotoin yah, sebagai bukti", ucapnya lagi.

Ira hanya membalasnya dengan anggukan. Ternyata Rahmi orang yang cepat bergaul. Bisalah mengimbangi Ira yang notabenenya adalah orang tertutup.

"Mau liat fotonya gak?", Tanya Rahmi.

"Lain kali aja yah", ucap Ira malas.

"Jangan nyessel yah, dia keren loh", Godanya.

"Hmm", jawab Ira sembari mengangguk.

FaidzunWhere stories live. Discover now