part 2

19 9 1
                                    

2
Aku terbangun mendapati jiwaku kembali berpindah dimensi, hal ini sudah sering terjadi padaku. Aku hafal sekali hal ini cuma terjadi sesekali ketika aku tidur dan hanya berlangsung 5 menit. Namun entah kenapa semangin aku bertambah umur kejadian ini semakin jarang terjadi dan semuanya tampak tak begitu jelas.

Kali ini jiwaku berada di sebuah jalan, ramai akan anak SD yang buru buru keluar sekolah untuk pulang. Anak laki laki waktu itu ia juga di antara kerumunan ini, aku mencoba mendekat kearahnya dan beberapa kali tubuhku bertabrakan dengan anak anak SD lainya.

Akhirnya aku bisa mendekatinya, lagi lagi ia di ganggu teman temannya, aku kasihan melihat tubuh kecilnya hrus membawa 2 tas sekaligus. Aku mencoba membantu dengan mengangkat tas tersebut tapi percuma ketika aku menyoba menyentuh tas tersebut aku seperti menyentuh angin, aku tak bisa menyentuhnya.

Dengan tekat kuat aku mencoba lagi untuk menyentuh tas tersebut, tiba tiba anak laki laki itu berhenti berjalan hal asil tangan ku menyentuh punggungnya. Tunggu, apa baru saja menyentuk punggungnya? Aku mencoba meraba kepala anak itu dan ternyata memang benar aku bisa menyentuhnya!

Anak laki laki itu menoleh, "kakak ngapain sih megang megang aku?" Tanyanya kesal.

"Maaf ya, tadi kakak nggak sengaja hehe.." jawabku sambil mengusap kepalaku yang tak gatal.

Aku mensejajarkan langkah lebar milikku dengan langkah mungilnya, sambil terus melihat wajah kesalnya.

Tiba tiba temannya si pemilik tas itu  berbalik, "sini!" Ia merampas tas merah itu dengan kasar, miris sekali rasanya melihat anak anak seumur ini sudah bisa berbuat jahat kepada teman sebayanya.

Setelah memberikan tas tersebut anak laki laki di sampingku ini berbelok ke sebuah gang, dan aku terus mengikutinya.

"Kakak ngapain sih ngikutin aku terus?!" Ujarnya kesal dagunya di gerak gerakan ke kiri dan ke kanan. Kalau di ingat ingat aku pernah seperti ini ketika kecil lucu sekali.

"Rumah kakak dekat sini jadi kita bareng aja pulangnya." Aku tersenyum manis sambil mengusap rambutnya yang halus.

"Yaudah deh.. eh iya kakak kanapa pakai baju tidur? Kan masih siang." Ia kembali melangkah.

"Ouh ini, kakak males ganti baju hehe."

"Nanti kena marah loh sama mamanya kakak."

"Hehehehe. Adek namanya siapa?"

"Bunda manggil aku Aa." Aa adalah kata dalam bahasa Sunda yang artinya Abang, pasti dia anak pertama, pikirku.

Baru saja aku hendak menanyakan hal lain tapi aku sudah sadarkan diri, tergeletak di atas kasur dengan nafas tersengal sengal.

Ketika jiwaku berpindah dimensi tubuhku mengalami efek sampingnya, nafasku menjadi lebih lambat, dan begitu pula dengan detak jantungku. Hal hasil setiap bangun aku seperti baru keluar dari air mengap mengap berusaha untuk meraup oksigen sebanyak mungkin.
Di satu sisi aku menikmati kemampuanku yang satu ini, namun di lain sisi aku tak nyaman harus terbangun seperti ini.

Ku lihat jam di sudut kamarku, "ah masih jam 1 malam." Gumamku.

Pikiranku kembali melayang akan anak laki laki itu, apa dia tak risih dengan ku yang tiba tiba muncul lalu tiba tiba menghilang semoga saja tidak.
Aku kembali melanjutkan tidurku, dan kali ini tak berpindah dimensi lagi, syukurlah.

***
Aku tengah menyapu kelas dengan Eca dan beberapa teman lainya tengah menyiram bunga dan membuang sampah, hari ini jadwal kami piket kelas.

"Lia, habis ini temani aku ke toko buku bentar ya, ada yang mau di beli." Eca yang sudah selesai menyapu bagiannya ikutan menyapu bagianku.

Aku melihat kerahnya sebentar,"oke deh." Jawabku singkat.

Setelah selesai piket kelas kami langsung menuju toko buku yang di maksud oleh Eca. Ia mau membeli notebook ternyata, temanku satu ini emang hobby mencatat hal hal penting ke dalam notebooknya, maklum ia sedikit pelupa jadi harus butuh catatan, meski begitu ia anak yang cukup anpintar dan selalu masuk 10 besar.

"Nih buat kamu." Eca menyodorkan sketbook ke arahku, "sketbook kamu habiskan, ini aku beliin yang baru."

"Duh ca, aku ngerepotin kamu terus." Aku sedikit segan dengan perlakuan Eca, ia berasal dari keluarga berkecukupan sehingga ia sering membelikan aku sesuatu.

"Ih dasar ambil aja, aku suka liat gambar gamabar kamu, anggap aja ini bayaran  dari aku buat kamu." Ia makin menyodorkan sketbook itu.

"Iyah deh." Aku mengambil sketbook itu dari tangannya.
Setelah dari toko buku ini kami bergegas pulang karena langit sudah mendung dan siap siap mengeluarkan seluruh air yang ia kandung.

memoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang