Menyatakan Perasaan

126 25 15
                                    

Tak ada yang tahu, hati ini akan berlabuh pada siapa, kapan dan di mana. Namun, yang perlu kalian tahu, hati manusia tak ada yang tahu kapan terbalik. Maka dari itu, jangan pernah berharap apapun selain pada pemilik hatimu. ~Sadewa Bagaskara~

****

Setelah kejadian itu, sikap Sadewa sedikit berubah pada Isyana. Meski dia cenderung tetap cuek, namun lelaki itu seakan tak begitu risih lagi dengan sikap bar-bar Isyana. 

Bahkan sering Pandawa makan siang di kantin bersama tiga gadis bar-bar itu. Seakan sikap agresif yang dulunya tak disukai Sadewa, sekarang menjadi berkurang. 

Jika bertanya siapa Pandawa? Pandawa adalah singkatan dari Juna, Bima, Pandu dan Sadewa. Merrka berempat memang sepakat untuk menyingkat panggilan keempatnya agar lebih simpel.

Sepertinya, setelah tahu sifat asli Isyana, kehidupan keluarganya dan beberapa hal lainnya. Membuat Sadewa bisa menarik kesimpulan, jika sikap Isyana di sekolah hanya untuk menarik perhatian teman dan kedua orang tuanya.

Sadewa juga tetap mengajari Isyana melalui les privat yang mereka lakukan. Bahkan keduanya tak hanya belajar di rumah Isyana. Kadang keduanya menyewa ruangan VIP restoran atau di Cafe yang sudah dibooking terlebih dahulu oleh Isyana.

Kemarin pun, Isyana sampai mengajak kedua sahabatnya, Della dan Mega untuk les bersama pada Dewa. Tentu saja, hal itu langsung disetujui oleh kedua gadis itu. Karena apa? Melihat wajah Dewa dari dekat, termasuk satu rezeki yang tak bisa mereka tolak.

Hari ini, Sadewa berencana melakukan les privat dengan Isyana di rumahnya. Alasan utama, karena sang adik, Zeevana juga memiliki beberapa materi matematika yang belum gadis itu kuasai.

"Jadi gue nanti ke rumah elo?" tanya Isyana yang saat ini duduk di samping kursi Sadewa.

Lelaki itu mengangguk.

"Tapi…," Isyana menggantung.

Ini adalah hal pertama kali, Isyana mengunjungi rumah teman lelakinya. Sadewa sendiri tahu betul, jika Isyana mungkin gugup dan dia gadis yang ucapannya terkadang langsung tanpa rem. 

Namun mau dikata apa lagi? Dia juga membutuhkan les ini untuk merubah dirinya sendiri.

Isyana masih ingat betul nasihat Sadewa beberapa hari yang lalu.

Saat itu, Isyana sedang membaca di perpustakaan bersama Sadewa. Kedua orang itu saling belajar dan mencatat pelajaran yang didapat dari buku itu.

Tiba-tiba suara Sadewa yang berat memecah keheningan.

"Queen!" 

"Hmm," sahut Isyana saat dia asyik mencatat.

"Lo gak harus bertingkah kayak gini." 

Isyana menghentikan gerakan tangannya, lalu dia menatap wajah Sadewa yang berada di sampingnya.

"Maksud lo apaan, Wa?" tanya Isyana bingung.

"Lo gak harus bertingkah sok nakal, hanya untuk mencari perhatian kedua orang tua lo." 

Isyana masih diam, dia menunggu ucapan selanjutnya yang keluar dari bibir Sadewa.

"Lo cukup jadi Queen yang apa adanya dan membuktikan bahwa lo itu, bisa jadi anak yang patut dibanggakan," ucap Sadewa dengan sorot mata serius.

"Belajar yang rajin dan lo pasti bisa membuktikan itu. Gue jamin kedua orang tua lo bakalan perhatian dan bangga sama elo," sambung Sadewa.

Sejak saat itu, Isyana mulai merubah sikap buruknya. Seperti dia yang biasanya tidur di kelas. Maka sekarang, Isyana lebih berusaha mengikuti pelajaran dengan baik. Yang biasanya bolos kelas, dia berusaha bertahan di kelas, meski saat itu guru pengajarnya adalah guru yang tidak dia sukai.

Sadewa and Queen (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang