Pertemuan adalah takdir, dan setiap pertemuan selalu membawa kita ke takdir yang lain. ~Isyana Queen Samboja~
****
Suasana SMA Dharma Wangsa sudah begitu ramai. Banyak para siswa dan siswi berjalan memasuki gerbang sekolah.
Dari beberapa murid, bisa dilihat banyak yang membawa mobil dan motor di sana. Mungkin karena SMA Dharma Wangsa merupakan salah satu Sekolah Elite di Jakarta. Hingga akhirnya, hampir semua siswa dan siswinya merupakan anak dari para petinggi dan perkantoran yang memiliki gaji besar. Ya, bisa dikatakan di sana adalah sekolah untuk murid kaya raya.
Dari sekian banyak murid, ada beberapa dari keluarga sederhana. Bahkan ada pula yang bersekolah dengan memakai beasiswa untuk bisa masuk ke sekolah ini. Termasuk, Sadewa salah satunya. Lelaki itu merupakan salah satu murid dari sekian banyak yang masuk melalui jalur undangan dan mendapatkan beasiswa.
Begitulah jika anak pintar dan cerdas. Mereka tak akan kesusahan mencari sekolah, bahkan nanti bisa menjadi kebalikannya. Sekolah yang akan mencari mereka-mereka yang memiliki otak pintar.
🌴🌴🌴
"Gue datang!" teriak Isyana saat memasuki halaman belakang yang menjadi tempat favorit gengnya.
"Huh." Dengus Mega kesal.
"Lama amat, lo?" sungut Della.
"Heh, Tokek. Mobil gue mogok, ya jadinya gue agak telat," cibir Isyana.
Isyana ikut mendudukkan dirinya di kursi yang tersedia di sana. Tanpa babibu lagi, Della dan Mega mulai mendekati sahabatnya itu.
"Heh, Suketi Tokek. Lo pada ngapain sih, nemplokin gue gini!" keluh Isyana.
"Lo janji cerita sama kita perihal si Dewa tadi, 'kan!" ucap Mega.
"Ohh iya, gue lupa hehehe." Isyana cengengesan.
Ketiga gadis itu akhirnya duduk berdempetan, menunggu sang sahabat menceritakan bagaimana kronologi cerita tadi pagi. Kedua gadis itu sudah dibuat penasaran. Bagaimana bisa, lelaki tampan dan banyak digandrungi oleh gadis di Dharma Wangsa tiba-tiba menjadi montir dan memperbaiki mobil sahabatnya itu.
Dengan semangat, Isyana mulai menceritakan kronologi kejadian tadi pagi. Dimulai dari dirinya yang berangkat sekolah dan mobilnya tiba-tiba mati.
Della dan Mega begitu memasang telinga dengan baik untuk mendengar cerita sahabatnya itu.
"Jadi, lo bisa ngelihatin tampang ganteng si Dewa dong?"
"Jelas dong, Suketi. Kenapa, Lo iri?" ejek Isyana.
"Ya jelas gue iri lah. Siapa yang gak mau deket sama, si Dewa. Udah pinter, ganteng, Ketos dan lagi, dia beda dari lelaki yang ada di sini," ujar Mega sambil membayangkan wajah Sadewa di depannya.
"Gak usah dibayangin!" hardik Isyana sambil meremat wajah temannya itu.
"Jahat banget sih. Gue kan bener," gerutu Mega.
"Iya bener, tapi dia milik gue," ungkap Isyana sambil tersenyum sendiri.
"Hilih, sejak kapan lo jadi begini?" ejek Della.
"Sejak ketemu sama si ganteng," ujar Isyana sambil menyatukan kedua tangan di depan dada dan membayangkan wajah Sadewa yang sedang mengulurkan tasnya.
"Gak usah banyak mimpi lo, Gila. Dia itu susah dideketin," cibir Mega.
"Gak ada yang susah kalau sama gue." Isyana menyeringai.
Apa yang dikatakan Isyana memang benar, 'kan? Dia gadis kaya raya dan bisa melakukan segala hal. Apalagi ide gila di otaknya membuatnya begitu bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadewa and Queen (COMPLETED)
Teen Fiction"Sejak dulu, aku membenci gadis yang banyak tingkah dan blak-blakan. Namun sekarang, semua harus kulanggar hanya karenamu." ~Sadewa Bagaskara Lelaki sederhana yang bertemu dengan gadis kaya raya. Dari yang awalnya ilfill menjadi timbul bunga-bunga c...