Setiap orang pasti bisa berubah jika dia berniat merubah. Semua bisa didapat jika kita berusaha. Karena nasib kita akan berubah di tangan kita sendiri. ~Sadewa Bagaskara~
****
Hari Minggu menjadi hari paling sibuk untuk seorang Sadewa Bagaskara. Pasalnya hari ini, Sadewa akan melihat tanah yang sudah dia beli dari hasil uang pembayaran les privat selama ini dan uang tabungannya.
Sadewa bersyukur karena dia memiliki tabungan lebih. Hingga akhirnya dia bisa membeli tanah milik sahabatnya Bima.
"Lo serius?" tanya Sadewa tak yakin.
Pasalnya, sahabatnya saat ini memberikan harga jual tanah kepadanya dengan harga miring. Sadewa sudah merasa sungkan dan malu ketika Bima seperti ini padanya.
"Gue serius. Toh kemarin gue udah bilang sama bokap, kalau tanah itu dibeli sama elo."
Sadewa bisa menangkap wajah serius dari temannya itu. Akhirnya dengan mantap. Keduanya bersalaman sebagai tanda bahwa Sadewa setuju membeli tanah tersebut.
Dengan cepat, lelaki itu mengirim uang ke rekening Bima saat itu juga. Dia tak ingin berhutang untuk saat ini. Ya meski jujur, uang tabungannya langsung berkurang banyak. Namun, dia percaya bahwa usahanya ini akan menghasilkan.
Setelah urusan tanah dan surat-suratnya selesai diurus dan dibantu oleh Papanya Bima. Akhirnya Sadewa segera mendatangi lokasi itu.
Dia mendatangi tempat tanah itu bersama ketiga sahabatnya. Sadewa terbelalak kaget ketika melihat jika itu bukan hanya lahan kosong. Melainkan tanah itu dulu bekas toko milik saudara Bima.
"Lo gila ya, Bim!" murka Sadewa.
Bima menoleh dengan mengernyitkan alisnya.
"Maksud lo apa'an?"
"Lo jual dengan harga murah ke gue, dan ini bukan tanah doang tapi ada bangunannya," ucap Sadewa kesal.
"Gue tau, tapi emang bokap gue yang nyuruh ngejual dengan harga segitu sama elo," jawab Bima enteng.
"Apa lo bilang masalah gue ke bokap lo?"
Bima menggeleng. Akhirnya Sadewa menyerah. Dia tak ingin memaksa Bima mengatakannya lagi.
Perlahan Sadewa memilih masuk ke dalam. Toko itu ternyata bersih. Bahkan lantainya sudah termasuk keramik. Sepertinya dia hanya butuh dekorasi ulang dan mendesain beberapa tempat.
"Tempat ini cocok, Wa," ucap Pandu dengan mata mengedar.
"Lu bener, Ndu. Rumah ini udah cucok dibikin Cafe. Yang pasti lo harus desain ulang," sambung Juna.
Sadewa mengangguk membenarkan. Dia juga semakin masuk ke dalam dan melihat seluruh keadaan toko itu yang memang sudah siap dipakai. Hanya saja, mungkin desain dinding dan interior harus dibikin se-anak muda mungkin.
🌴🌴🌴
Selama satu bulan penuh, pengerjaan desain interior itu selesai. Tentu saja hal itu membuat Sadewa bahagia. Namun di sisi lain, dirinya harus merasa sedih karena kekasihnya harus menjalani home schooling atas permintaan Mahesa.
Sadewa tak memaksa. Bahkan lelaki itu seperti pasrah akan apa yang ia jalani saat ini. Tujuannya saat ini yaitu Kafenya selesai dan segera dibuka. Karena menurut Dewa, jika Kafenya sudah berjalan. Maka dia bisa dengan cepat bertemu dengan gadisnya itu.
"Gimana sama ujiannya hari ini?" tanya Juna ketika mereka sudah duduk di kursi depan kelas XII A.
"Gila, soalnya serem-serem uyy," celoteh Bima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadewa and Queen (COMPLETED)
Fiksi Remaja"Sejak dulu, aku membenci gadis yang banyak tingkah dan blak-blakan. Namun sekarang, semua harus kulanggar hanya karenamu." ~Sadewa Bagaskara Lelaki sederhana yang bertemu dengan gadis kaya raya. Dari yang awalnya ilfill menjadi timbul bunga-bunga c...