Semoga ilmu yang kudapatkan, bisa bermanfaat bagi semua orang. ~Sadewa Bagaskara~
****
Sadewa mengetuk pintu kelasnya, ketika melihat guru yang mengajar sudah memasuki ruang kelas.
"Maaf Bu, saya telat. Saya baru selesai dari Ruang Osis," ucap Sadewa sambil menunduk hormat.
Guru bernama Bu Ira itu, mengijinkan Sadewa masuk dan duduk di kursi miliknya.
Saat Bu Ira hendak menerangkan pelajaran. Tiba-tiba ketukan pintu lagi membuat Bu Ira mengurungkan niatnya.
"Oh Pak Adi. Silahkan masuk!"
Pak Adi mengucapkan terima kasih, lalu segera mengambil alih untuk menyampaikan tujuannya.
Sadewa yang saat itu hendak mengeluarkan bukunya menjadi urung. Ketika mendengar beberapa kata dari Kepala Sekolahnya.
Dengan segera dia mendongakkan kepalanya, matanya menyipit ketika melihat gadis yang sangat ia kenal berada di depan sana.
"Untuk apa dia pindah?" kata itu ada dibenak Sadewa.
Tapi seorang Sadewa tetaplah Sadewa. Dia tak menggubris. Setelah sesi perkenalan dan Kepala Sekolah pergi. Bu Ira meminta gadis yang tak lain Isyana itu, duduk di kursi samping meja Sadewa.
Bu Ira mulai melanjutkan pelajaran setelah melihat Isyana duduk di kursinya. Sadewa begitu teliti dan fokus menatap papan tulis dan penjelasan guru kesayangannya. Apalagi pelajaran Bu Ira adalah Matematika. Dia begitu mencintai pelajaran ini, hingga tak ingin sedikitpun pelajaran itu terlewati dari matanya.
Tanpa Sadewa tahu, bahwa sejak tadi ada seorang gadis yang selalu memperhatikannya dalam diam.
🌴🌴🌴
"Akhirnya pelajaran ini selesai juga," celetuk Bima sambil menyandarkan punggungnya.
"Lo bener banget. Bikin ngantuk matematika," sahut Juna.
"Kenapa gak pelajaran matematika diilangin yak?" tambah Pandu.
"Kalau matematika diilangin, lo, lo pada gak bakal bisa ngitung duit."
Skakmat.
Ketiga lelaki itu langsung terdiam. Ada benarnya yang dikatakan oleh Sadewa. Mereka tak akan bisa memegang duit jika tak tau angka.
Dalam keterdiaman keempatnya. Suara seorang gadis mengejutkan mereka.
"Hai, gue boleh gabung?"
Keempatnya segera menatap gadis yang duduk di samping kursi Sadewa.
"Boleh," sahut Juna senang.
Siapa yang bisa menolak seorang gadis cantik untuk berdekatan dengan mereka. Dengan senang, Isyana mendekat dan menarik kursinya.
"Kalian sedang bahas apa?" tanya Isyana.
"Gak ada sih. Kita lagi bahas matematika aja," jawab Pandu.
"Ohhh." Isyana mengangguk.
"Lo seneng pelajaran itu?" tanya Bima kepo.
Isyana menggeleng, "gue malah males kalau udah ngitung."
"Wah kita sama." Bima mengajak Isyana bersalaman dan gadis itu menerimanya.
Ketika Isyana mulai akrab dengan Juna, Bima dan Pandu. Tapi tidak dengan Sadewa, lelaki itu hanya diam dan menatap tak suka dengan gadis yang begitu SKSD dan agresif seperti Isyana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadewa and Queen (COMPLETED)
Teen Fiction"Sejak dulu, aku membenci gadis yang banyak tingkah dan blak-blakan. Namun sekarang, semua harus kulanggar hanya karenamu." ~Sadewa Bagaskara Lelaki sederhana yang bertemu dengan gadis kaya raya. Dari yang awalnya ilfill menjadi timbul bunga-bunga c...