05 • Bunga lily putih

40 7 0
                                    

Alya diam mematung ketika seorang lelaki yang tidak ia kenali tiba-tiba memeluknya dengan erat. Dan satu lagi, Alya kebingungan ketika lelaki ini menyebut namanya dengan lengkap.

Wangi parfum ternama yang menempel di hoodie hitam itu menusuk indra penciumannya dan terasa familiar. Tanpa disadari Alya memejamkan matanya perlahan.

"Maaf gue sempet menghilang."

Alya terkejut, ia tersadar dan langsung mendorong lelaki itu menjauh, "lo siapa?"

Lelaki itu diam sejenak menatap Alya. "Gavin Bhagaskara"

Detak jantung Alya terasa berhenti, keringat turun deras dari keningnya. Alya berusaha tidak percaya dengan ucapan lelaki dihadapannya ini. "Enggak, gak mungkin." Alya mencoba meyakinkan dirinya. Ia tidak mungkin mengharapkan seseorang yg sudah tiada itu hidup kembali.

"Maaf gue dateng secara tiba-tiba dan bikin lo terkejut kaya sekarang."

"Dih, ngarang lo ya." Alya sangat ingin memaki orang dihadapannya ini sekarang juga.

Seseorang yang mengaku dirinya sebagai Gavin itu menyibak rambutnya menunjukkan bekas jahitan di dahi yang sudah kering. Luka di dahi itu sama persis dengan kejadian beberapa tahun lalu saat Alya pergi bersama Gavin, tetangganya yang ia sukai. Untuk merayakan ulang tahunnya yang ke lima belas.

Flashback on

"Katanya view di sekitar sini bagus, apalagi danaunya."

"Ah basi banget, banyak nyamuk udah malem gini," ujar Alya yang menepuk daun telinganya karna merasa nyamuk-nyamuk itu berdenging.

Gavin menarik tangan Alya menuju danau yang ia maksud "tinggal ikut aja kenapa sih," ujar Gavin.

Sesampainya di sana, Alya takjub melihat sebuah danau kecil yang tenang dikelilingi pepohonan yang rindang. Tapi tetap saja ia gengsi untuk mengakui kalau danau itu indah "Tuh kan! Banyak nyamuk." Alya memukul betisnya dengan pelan bekas gigitan nyamuk.

"Hahaha, darah lo manis kali, buktinya gue ga digigit." Gavin tertawa melihat Alya menggaruk kaki dan tangannya yang gatal.

"Berarti lo pait!"

"Kan yang manis lo doang."

Alya ingin merutuki dirinya sendiri, bisa-bisanya jatung Alya berdegup hanya karna ucapan receh Gavin. "Iyalah, gue gitu loh," sahut Alya yang berusaha menetralkan jantungnya.

"Pernah kepikiran gak kalo kita berdua pacaran?"

Pertanyaan itu keluar dengan tiba-tiba dari mulut seseorang yang Alya sukai. Namun Alya menggeleng.

Gavin memperhatikan wajah tetangganya sekilas, lalu kembali menatap danau. "Sama sih, gue juga sebenarnya hahaha." Gavin tertawa terbahak-bahak. "Serius banget mukanya."

"Gak jelas lo!" Alya melempar sebuah batu kecil ke arah Gavin.

"Halah, gak jelas gini juga kalo gue tinggal lo nangis darah," ujar Gavin dengan enteng. "Lagian mana ada orang yang mau ditelfon tengah malem minta temenin keluar kaya gini tiba-tiba, disuruh ini-itu mau selain gue. Hidup lo berasa bergantung ke gue banget."

"Oh terus lo keberatan?"

"Sedikit." Gavin menyengir yang dibalas tatapan sinis oleh Alya. "Laper gak sih?" tanya Gavin sambil memegangi perutnya yang rata.

"Ngga, tapi gue pengen hot greentea."

"Di sini mana ada greentea!" Gavin menoyor kepala Alya.

Are You Okay? [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang