Nightmare Psychopathic Virus

34 6 2
                                    

Elegi di pagi hari dengan kicauan burung yang mengilhami, angin yang mendesir perlahan menambah suasana sendu nan syahdu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elegi di pagi hari dengan kicauan burung yang mengilhami, angin yang mendesir perlahan menambah suasana sendu nan syahdu. Pagi hari kala itu sangat harmonis dengan mentari yang menggugah laksana sang raja.

Cahaya yang merasuk menuju kamarku melewati lubang-lubang kecil memaksaku untuk membuka mata, kusingkirkan lelahku kala mendengar suara sayup-sayup kota yang mengusik indra pendengaranku.

Pagi itu aku membasuh peluhku, bekas guratan di wajahku saat bermimpi malam penuh delusi, jantungku menderu tak karuan, kacau. Apakah aku baru saja berlarian? Apakah aku baru saja berjalan diatas api? Ribuan pertanyaan muncul bagai topan yang menerjang. Dalam malam sunyi yang kulalui, tak sekeping pun ingatan yang mengarah pada kegelisahanku dan membawanya hingga ke waktu dimana aku terbangun. Kekalutan begitu terasa, namun disisi lainnya masih terasa buram tentang apa yang kurasakan.

Mimpi apa yang baru saja kualami? Entahlah, aku tak mampu mengingatnya, semuanya terasa samar dan transparan. Nampaknya, temaram malam telah memunculkan bunga tidur yang menjarah ketenanganku, mencabik pikiranku, lalu menghujamnya dengan deru kekalutan.

Disudut hatiku, rasa penasaran menyeruak bak rasa lapar yang meminta untuk dijawab. Namun apa daya, jika semuanya hanya jawaban dengan liku teka-teki. Penuh misteri. Oh sungguh, apa yang terjadi?

***

Pada sang mimpi, semula aku tak percaya dan terus mengolah pikirku, darimana bisa aku mendapatkan sebuah laga dalam delusi? Tanyakan itu pada diriku ditengah malam, kenapa aku, dan siapa lawanku saat bermimpi.

Mungkin saat ini aku hanya akan menganggapnya angin lalu dan berpikir sebagai mimpi buruk yang sama dengan malam lainnya. Dan jika bisa, mungkin aku bisa menanyakannya pada sang bulan, ratu malam, tentang bunga tidur apa yang kualami sebagai embel-embel pembuktian atas hasrat dari pertanyaanku.

Cukup dengan itu, hari-hariku berjalan dengan normal tanpa beban, ringan seperti kapas, enteng seperti angin, mengikuti alur tanpa hambatan.

Hari ini, kuawali pagi dengan beradaptasi bersama lamunan, menuju jalan-jalan penuh keramaian hiruk-pikuk kota, tema-tema metal nan futuristik mengisi pandangan mata. Inilah keadaan digital yang menghiasi bumi. Puncak dunia teknologi. Zaman dengan sejuta krisis melanda.

Tiba saatnya ketika benda-benda berbentuk elips mulai berdatangan secara teratur mengikuti rel dibawahnya, benda yang nampak kecil namun penuh akan kecanggihan, kakiku melangkah masuk untuk segera pergi menempa ilmu di dunia yang hampir punah ini. Ditengah kerumunan yang penuh akan anarki, jantungku kembali menderu hebat, mulutku seakan meneriakan sejuta kata yang terbungkam, sedangkan tanganku terasa seperti cambuk yang hendak menyakiti banyak orang. Pertanyaan, hanya itu yang terus terpikirkan dalam benakku.

Tiba-tiba berbagai berita muncul disebuah papan berbentuk kotak pipih dalam transportasi yang kutumpangi, menunjukan berita yang sama selama beberapa hari kebelakang.

UNDERCOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang