HAIII bosen gak sih kalau aku selalu ngomong selamat datang??
tapi aku gak pernah bosen nyambut kalian untuk baca cerita aku!!
TERIMAKASIH atas apresiasinyaaa...
HAYUKKK VOTE DAN COMMENTNYA BANYAKINN...
Selamat membaca semoga sukaak!!
✨✨✨
Sudah hampir sebulan Hazel menjalani rutinitasnya kembali seperti biasa setelah pertengkarannya dengan Raja di rumah sakit tempat Xavera dirawat. Hazel benar-benar melakukan apa yang ia ucapkan. Ia sama sekali tidak menghubungi Raja dan tidak mencari tau tentang lelaki itu meskipun kalau boleh jujur, Hazel sangat merindukan lelaki itu.
Hubunganya dengan Dietro masih berjalan lancar. Lambat laun Hazel mulai menerima keberadaan lelaki itu sebagai pacarnya meskipun hatinya masih belum bisa menempatkan lelaki itu sebagai orang yang ia sayang.
"Kusut banget Haz," bisik Falseta.
Hazel melirik sedikit lalu kembali menatap Pak Oji yang sedang menjelaskan materinya. Hazel menunduk menatap buku catatan yang selalu ia bawa kemanapun. Buku itu pemberian Raja dengan dalih untuk menjadi tempat Hazel berkeluh kesah. Meskipun nyatanya, sudah 2 tahun sejak buku itu diberi, Hazel sama sekali belum menuliskan apapun kecuali namanya sebagai tanda pengenal.
Hazel merasakan sakunya bergetar. Diam-diam ia mengambil ponselnya dan mengerutkan keningnya mendapati nama Safarez. Tumben sekali Abangnya menelepon dirinya jam segini. Karena tidak mau mengganggu jam pelajaran, akhirnya Hazel memilih menolak panggilan itu. Ketika sudah lebih dari tiga kali Safarez kembai meneleponnya, mau tidak mau akhirnya Hazel berdiri dan izin pada Pak Oji untuk keluar mengangkat telepon.
"Halo?" sapa Hazel.
"Pulang Haz,"
Hazel mengerutkan keningnya. "Loh kenapa sih? Ini kan masih jam-"
"Pulang!"
"Bang Farez kenapa-"
"Pulang Tamara Hazel Surendra!"
Hazel menoleh ke depan menatap Arga yang baru saja datang lalu mengangguk mengerti arti tatapan Arga yang tiba-tiba mendatanginya.
"Oke," ucap Hazel lalu mengakhiri panggilannya. Arga berjalan masuk terlebih dahulu untuk izin pada guru yang sedang mengajar disusul Hazel yang berjalan ke mejanya dengan hati yang bertanya-tanya. Apa kesalahan yang ia perbuat sampai Safarez seemosi tadi? Hazel lalu merapikan barang-barangnya.
Hazel menepuk pundak Falseta dan berjalan menuju Pak Oji lalu bersalaman dengan sopan. "Saya izin ya Pak," ucapnya sopan.
Pak Oji mengangguk lalu mempersilakan Hazel berjalan keluar kelas bersama Arga, pengawalnya. Hazel hampir saja memberhentikan langkahnya saat mendengar salah satu perempuan yang merupakan teman kelasnya berucap,
"Susah ya kalau artis berdarah konglomerat. Sekolah jadi seenaknya,"
Hazel mendengus memilih melanjutkan langkahnya tanpa menoleh ke belakang sama sekali. Arga setia mengikutinya. Ketika sampai di mobil, Hazel memajukan badannya mendekati Arga yang menyupir.
"Ada apa?" tanya Hazel. Hazel melihat Arga yang menatapnya lewat kaca spion. Pengawalnya itu menggeleng pelan membuat Hazel mendengus dan memundurkan kembali badannya.
Baru sampai di rumahnya, Hazel menoleh saat Ayahnya yang baru saja turun dari mobil. Keningnya bekerut dan menghampiri Ayahnya.
"Kenapa Yah?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me While You Wait
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Kalau aku bisa kasih kamu satu kekuatan, aku akan memberi kamu kekuatan untuk melihat diri kamu sendiri dari mata aku. Dengan itu kamu akan menyadari betapa spesialnya kamu di hidup aku," Tamara Hazel Surendra, hidup d...