CHAPTER SEVENTEEN.

81 15 0
                                    

"Kita bisa ambil setting di sebelah sana buat menangkap efek lebih dramatis" Kean memberikan saran. Menunjuk ke sisi barat area villa tempat kami menginap.

Teman-teman satu kelompok ku mengangguk.

"Va jangan bawa itu dong, kan berat" celetuk Kean. Saat atensinya kembali padaku.

Aku melirik kamera Camcorder ditangan kananku. Mengerjap-ngerjapkan mata beberapa kali.

"Kamu kan Penulis masa bawa beginian sih" Kean melangkah mendekat.

"E tapi aku kan mau......"

Ucapan ku terputus karena Keevan muncul dari belakang, meraih kamera tersebut dan memanggulnya di atas bahu kanannya.

Semua orang terdiam seketika.

Pasalnya pemuda itu hanya mengenakan tanpa lengan warna putih, kemeja yang tadi ia kenakan, diikat mengelilingi pinggangnya. Ada kacamata hitam seharga separuh sepeda motor matic bertengger di atas hidungnya.

"Hari ini aku aja yang jadi Kameramen kedua, boleh kan Mas Pembina" menoleh ke sisi kiri. Tempat Jai yang sejak tadi hanya memandangi kami sambil menghela nafas panjang bolak-balik.

"Sesukamu sajalah" celetuknya. Sambil memutar bola mata.

Astaga. Ini baru hari pertama. Kami baru saja tiba di villa tempat orientasi diadakan. Dan kedua pemuda kembar tidak identik ini sejak tadi terus saja berulah.

Mengikuti ku. Berada di sekitarku. Sejujurnya aku merasa risih. Belum lagi anak-anak lain jadi memberiku perhatian dengan cara aneh.

Jujur aku butuh Shirley sekarang.

"Va, kamu bisa ke sini, bantuin aku bentar" Ichal melambaikan tangan padaku. Mendadak dia juga merangkap jadi Perias.

Aku mengangguk. Berlari dari halaman belakang villa menuju teras tengah. Semua tim telah mendapatkan titik lokasi masing-masing untuk syuting. Juga jam sendiri-sendiri, itu sebabnya kami tak akan saling bertubrukan. Dan kebetulan timku mendapat jatah pertama.

Ichal memintaku membantunya menjadi Asisten Perias. Dia tengah mendandani Artis kami, Karina. Sejujurnya aku merasa senang bisa melakukan sesuatu serta pergi meninggalkan si kembar. Berada dekat mereka berdua entah kenapa membuat dadaku terasa sesak. Belum lagi keributan yang suka mereka buat. Aku bahkan tak mengira Kean bisa bertingkah kekanakan.

"Eh Va aku penasaran deh, kamu ada hubungan apa sih sama si Keevan?" tanya Ichal. Sambil membaurkan foundation warna satu tingkat di atas kulit asli Karina.

"Kami cuma teman kok" jawabku.

Memegangi bedak foundation. Berdiri dekat Ichal. Di samping Karina yang duduk di sebuah kursi kayu tinggi.

Karina seketika terbahak, masih memejamkan mata. begitu juga Ichal.

"Va, kamu bego apa gimana sih. Nggak mungkinlah kalian nggak ada apa-apa. Kamu mungkin iya, tapi dia, jelas-jelas nggaklah" celetuk Karina.

Hatiku seketika mencelos. Begitu kentara ya memangnya?.

"Serius nggak ada apa-apa" aku mencoba meyakinkan diri sendiri. Berusaha tidak mengingat pengakuan Keevan beberapa hari lalu padaku.

"Ya udah deh iya. Kalau kamu ngotot. Tapi kalau dia nembak kamu gimana?" tanya Ichal. Kini sibuk membaurkan eye shadow warna nude muda pada area kelopak mata Karina.

Aku membeku.

"Terus kalau Kean juga nembak kamu gimana?" Karina ikut bertanya.

"Kok Kean sih?".

Ichal melirikku. "Nah. Kamu ada rasa ya sama Kean?".

Aku buru-buru menggeleng. "Nggak seriusan. Kami bertiga cuma teman".

"Teman in your dream kali Va. Mungkin kamu bisa menyangkal semuanya sekarang tapi nggak bisa terus-terusan" tukas Ichal.

Karina tiba-tiba membuka matanya, membuat Ichal kaget. Menegakkan punggung, ia sedikit memajukan tubuhnya.

"Va, mau aku kasih saran nggak?" Tukasnya. Menatap tepat di kedua netraku.

Aku menelan saliva. Mendekat.

"Aku dulu pernah berada diposisimu kayak sekarang. Denial almost about everything. And you know what happened? In the last I lost everything. Aku nggak cuma kehilangan orang yang aku cintai tapi juga sahabat terbaikku" kata Karina.

Ada kesenduan bisa kutangkap dalam sorot matanya. Air mukanya berubah menjadi sedih. Namun hanya sekilas. Sebab detik berikutnya dia kembali tersenyum ceria, meski kesannya agak dipaksakan.

"Tapi itu udah masa lalu. Jadi, sebelum masa laluku yang menyakitkan itu terjadi padamu aku memberitahu kamu supaya bisa bersikap lebih jujur, tegas serta adil. Bukan hanya pada dirimu sendiri, namun jug ke mereka. Aku tahu kok Va, dalam hati kamu sudah mulai merasakan perasaan nggak biasa ke salah satu dari mereka. Jadi, sebaiknya cepat nyatakan sebelum segalanya terlambat".

Ucapan Karina tak cuma menyihir ku, tapi juga Ichal. Pemuda itu bahkan sampai bertepuk tangan.

"Woah! Artis kita curhat saudara-saudara".

Karina tertawa. "Apaan sih. Masa lalu woy!".

Aku ikut tersenyum. Tapi dalam benakku berpikir.

Saat akhirnya kami menyelesaikan riasan Karina, syuting sudah akan dimulai.

Aku menyuruh Ichal dan Karina pergi duluan dan akan membereskan peralatan make up milik mereka lebih dulu.

Mendadak, merasakan kehadiran seseorang. Memutar badan. Dia berdiri di sana. Di ambang pintu teras belakang. Kedua tangan dimasukkan dalam saku. Nyengir bagai orang bodoh padaku.

Entah kenapa aku menjadi gelisah.

"Mmm, ntar malem kalau sudah longgar aku mau bicara sama kamu" kataku. Entah kenapa susah melihat wajahnya.

"Soal?".

"Nanti. Aku kasih tahu. Kamu bisa kan?".

Pemuda itu mengangguk. Air mukanya dipenuhi semangat.

"Va, kok kamu masih di sini sih. Ayok!" Kak Bobby mendadak muncul di belakang pemuda tersebut.

"Ah iya" kataku.

Tersadar. Ada tugas lain masih harus kulakukan. Sungguh, si kembar Kerhl benar-benar sukses mengacaukan fokusku sepanjang hari ini.

Aku berpamitan pada pemuda tersebut, mengekori Kak Bobby. Tanganku berada di atas dada, detak jantungku sedikit tak normal.

Semoga keputusanku untuk bicara padanya malam ini sudah tepat.

Dan aku bakal mengikuti saran Karina.

Sebab entah sejak kapan, aku menjadi begitu terikat pada si kembar. Aku menyayangi mereka tanpa ku sadari. Dan aku juga tidak mau kehilangan seorang sahabat serta orang yang ku cintai lagi.

Karina benar. Aku bakal menyelesaikan semua yang belum usai sebelum kami pulang ke Surabaya lagi.

Baik itu masalahku saat ini, ataupun trauma masa laluku.

########

Huhuhu sori ya kalau bab ini sedikit. Karena saya ngetik dalam kondisi nggak enak badan. Semoga bab berikutnya bisa lebih panjang. Tinggalin jejak ya teman2. Warm and Regards.

[COMPLETED]#1.SHADOW EVIL: NEW SHADOW CIRCLE SERIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang