"Aku pulang." Albert berjalan masuk setelah menggantungkan topi dan memasukan tongkat ke tempatnya.
Albert memasuki ruang santai, dia melihat Loius sedang menuangkan teh ke cangkir. Untuk kali ini dia menatap intens adik bungsunya, Albert tidak bergerak dari tempatnya berpijak sampai akhirnya panggilan kecil dari Louis menyadarkan lamunan Albert.
"Kak Albert juga mau minum teh hangat? Udara di kota akhir-akhir ini dingin," ucap Louis lembut pada Albert sembari membenarkan letak kacamatanya.
"A--ah iya, maaf tadi aku melamun." Albert bergerak dari posisi ke sofa, dia duduk bersebelahan dengan adik perempuan tirinya.
Selagi menunggu tehnya dituangkan oleh Louis dia memperhatikan pemilik mata crimson yang menyala dan surai kuning langsat yang menutupi punggungnya. Dia memperhatikan gerak-gerik adiknya, sesekali dia memperhatikan manik crimson adik perempuannya.
Tatapannya berpindah ke bibir mungil sang Lord of Crime. Bibir yang nampak seksi setiap kali bibir cangkir menempel dengan bibirnya.
Tanpa sadar Albert mengecap, membayangkan dirinya merasakan bibir pink menggoda itu.
Manik crimson itu berpindah ke manik Albert. "Kakak, kenapa melihatku seperti itu? Apakah ada sesuatu di wajahku?"
Cepat-cepat Albert menggeleng, bisa-bisa dia memikirkan hal mesum dengan adik perempuannya.
"Engga ... bukan apa-apa."
Lord of Crime bermarga Moriarty itu menaruh cangkirnya ke meja, lalu William menengok ke Albert. "Hmmm?" Seringai tajam khas miliknya menghiasi paras cantiknya. "Apakah kakakku tidak memikirkan hal mesum tentangku?"
Kedua pasang manik sekarang saling menatap.
Louis yang masih berada disitu, berniat untuk keluar dari ruangan dan melarang Moran dan Fred masuk.
"Hm?" Gadis Moriarty itu mendekatkan wajahnya pada Albert. "Benarkah? Wajah kakak merah."
"Eh?" Albert salah tingkah. "Mana mungkin aku berpikiran hal seperti itu pada adikku."
Semakin lama wajah Wiliam dekat dengan milik Albert, dua pasang manik saling bertatapan intens.
Chu, Lord of Crime mengecup bibir kakaknya tanpa izin terlebih dahulu.
Lidah William keluar sedikit, menyapu bibir mungilnya.
"Manis," bisiknya.
"A--apa ... yang...." Albert terkejut dengan kecupan di bibirnya, kecupan itu terasa sangat nyata dan membuatnya ketagihan. Albert menyentuh bibirnya, dia menatap William dengan tatapan tak percaya.
"Itu 'kan yang diinginkan oleh kakak? Kakak tidak bisa menyembunyikannya dariku, raut wajah kakak mengatakan segalanya."
Albert membuang muka, dan tangannya mengangkat cangkir di depannya, menyesap tehnya. William sendiri memperhatikan wajah kaku kakaknya yang sedang minum teh.
"Kak, Liam boleh merasakannya lagi tidak? Liam ketagihan, bibir kakak amat manis."
Albert menyemburkan teh dari hidungnya karena kaget berlanjut dengan batuk ringan. William memasang wajah tak bersalah setelah Albert menatap tajam ke arahnya.
"Apakah kakak tidak ingin merasakannya lagi?"
Albert menaruh cangkir ke meja kasar, lalu dia berdiri dari sofa dan Albert pergi begitu saja dari ruangan dengan rona merah di pipinya.
William terkikik geli, dia tidak pernah bosan menjahili Albert.
KAMU SEDANG MEMBACA
Albert And William |Moriarty The FANFICTION|
Hayran KurguAku suka pair AlbeWill, makanya bikin buku ini, Sherlock hanya menjadi pelakor antara mereka Rate: T ples ples OOC parah gila Sherlock dan William akan sering menjadi korban genderbend Pair: mungkin lebih ke SheWill, AlbeWill atau She>>>Will<<<Albe ...