"Gue capek kayaknya, Ra."
_Kacamata Mertua_
Semenjak gue ke-gep Umi Hannah loncat-loncat di atas ranjang. Gue bener-bener enggak ada muka lagi bertatap dengan beliau, termasuk saat minggu lalu keluarga Pak Rama dateng ke rumah.
Buat apa mereka datang? Tentunya melamar gue untuk menjadi istri dari Pangeran satu-satunya di keluarga Aldebaran. Pak Rama.
Gue melamun dengan ditemenin satu cangkir coklat panas, hujan sedang mengguyur di malam-malam itu. Ah iya, soal Darista, sahabat gue itu sudah siuman dan dia hanya perlu memulihkan saja.
Soal Rizwan? Ternyata apa yang Chan omongin satu minggu lalu bener adanya. Bahkan, ada yang terang-terangan minta tanggung jawab Rizwan buat dinikahin. Lagi dan lagi Rizwan buat anak orang hamil.
Stop soal Rizwan dan Rista. Sekarang kisah gue dan Pak Rama. Sebenernya, malam dimana keluarga Pak Rama melamar gue secara resmi, tanpa diketahui siapapun Pak Rama lamar gue lagi secara pribadi.
Gue senyum-senyum sendiri waktu inget malam itu. Alasan Pak Rama bener-bener kayak anak abg yang baru aja jatuh cinta. Aish, gemesin pokoknya Pak Rama.
"Kamu minta izin buat apa, Rama?"
Pak Rama garuk keningnya sebentar, "Rama mau ngobrol berdua aja, anggap aja kalau ini kayak kencan, Bi."
"Kencan? Buat umur kamu yang mau kepala tiga udah enggak pantes kencan begitu, Ram." Umi Hannah patahin gelora muda Pak Rama.
"Bagaimana, Abi?" Pak Rama tanya Abi ternyata.
Waktu itu Abi ngizinin Pak Rama ajak gue keluar, enggak jauh-jauh amat, kok. Cuma di taman komplek aja. Toh, rumah Pak Rama sama gue masih satu komplek, cuma beda blok aja, sih.
"Kenapa Bapak ajak saya keluar, Pak?" Sumpah! Gue rasanya mau kabur aja, gue bener-bener gugup berdua sama Pak Rama.
Enggak berdua banget, soalnya masih banyak anak muda yang malmingan.
"Emh.. terima kasih, Azura."
Gue bener, 'kan? Pak Rama gemesin, ih!
"Untuk?"
Pak Rama natap mata gue, enggak lama, karena kita sama-sama cepet ngalihin mata kita. Gue sampe nahan senyum waktu itu, karena takut Pak Rama makin malu.
Hey! Liat, dong! Telinganya ampe merah terus merambat ke pipi beliau. Gumush.
"Kamu mau menerima saya."
Gue ngangguk sambil jawab iya.
Tiba-tiba aja, Pak Rama jongkok dengan satu lutut jadi penopang tubuhnya. Gue kaget? Pasti, dong. Jantung gue semakin berdegup kencang banget, sampe gue juga bisa denger detakan itu.
Ah, jangan lupain mata anak muda yang menyorot kita berdua. Kemudian, ada cahaya dari lampu kecil tumblr yang terpasang sampe membentuk satu kalimat.
'Will you marry me, Azura R?'
Azura, R?
Gue juga dikejutkan dengan lampu yang membentuk love di sekitar gue dan Pak Rama. Ya Allah, umatmu ini lemah dalam segala hal. Apalagi keimanan.
"Azura, saya ingin melamar kamu secara pribadi. Saya tahu jika saya tidak romantis, tetapi saya ingin membuat kenangan di masa tua saya, Azura. Kamu tahu bukan jika umur saya tidak muda lagi, itulah sebabnya saya ingin membuat sesuatu untuk masa tua saya." Pak Rama narik napas panjangnya, kemudian mendongak biat liat gue. "Will you marry me, Azura Ramadhan?"
What?! Ra--ramadhan?
Gue masih senyum-senyum ingat kenangan malam itu. Dan ya, malam itu menjadi kenangan manis buat gue pribadi dan juga buat Pak Rama.
"Azura Ramadhan."
Aish, gue tutup muka gue dengan tangan, tiba-tiba aja muka gue panas dan bibir gue berkedut mau senyum. Gue kembali perhatiin cincin yang melingkar di jari manis gue, enggak ribet sih ukirannya, cuma sebatas nama Ms. Ramadhan aja di dalem.
Sewaktu gue lagi perhatiin cincin dari Pak Rama, ponsel gue berdering dan ternyata ada pesan masuk dari Rista. Gue tersentak dan segera ambil ponsel.
"Rista?"
Gue buka pesan dari Rista.
Rista
Apa kabar lo, Ra? Gue pengen banget ketemu sama lo. Masih mau, 'kan lo temuin gue?
Gue garuk-garuk kepala baca pesan dari Rista. Masih mau nemuin dia? Maksudnya? Gue, 'kan emang selalu pantau dia selama dia di rumah sakit. Langsung aja gue tekan ikon telpon.
Tut tut tut
"Assalaamualaikum."
"Waalaikumussalam."
"Azura... gue rindu sama lo."
Suara Rista bener-bener serak, dan itu buat gue khawatir, sih. "Gue juga rindu sama lo, Ta. Oh iya, besok kalau ada waktu gue temuin lo, ya."
"Gue capek kayaknya, Ra."
"Heuh?" Gue garukin kening, "Maksud lo apa, Ta?"
"Gue capek sama hidup yang gue jalanin, Ra. Hidup gue terlalu banyak kebodohan dan sandiwara. Termasuk lo korban salah satunya, Ra."
"Gue bener-bener enggak paham. Ini pembicaraan kita itu tentang apa, sih?"
"Tentang kita, Ra."
"Kita?"
"Gue yang mulai capek sama hidup gue, dan lo salah satu korban dari kebodohan hidup gue, Ra." Gue denger Rista narik napasnya, "Gue minta maaf ya, Ra."
"Gue udah maafin lo, Ta. Gue udah nemu kebahagiaan gue sekarang, jadi lo enggak usah ngomong yang aneh-aneh, ya."
"Gue seneng kalau lo udah maafin gue, makasih ya, Ra."
"Lo tetep semangat, ya. Lo harus inget sama janin di rahim lo, Ta. Oh iya, nanti setelah bayi itu lahir, gue bakalan ikut ngurusnya, ya."
"Anggap bayi ini anak lo sendiri ya, Ra. Janji sama gue, Ra."
"Gue janji. Gue bakalan anggap anak itu anak gue sendiri."
"Gue tenang kalau udah denger semuanya dari lo, Ra. Cuma ini sih yang gue mau denger dari lo. Maaf ya ganggu waktu lo, Ra."
"Enggak sama sekali. Oh iya, besok gue kalau ada waktu jenguk lo, kok."
"Makasih, Ra. Gue tutup ya, mau istirahat. Malam, Ra, assalaamualaikum."
"Istirahat yang banyak, malam juga, Ta. Waalaikumussalam."
Sumpah! Gue enggak paham apa yang diomongin Rista sebelumnya, tapi gue akan selalu dukung lo, Ta. Lo sahabat gue, dan kita harus selalu ada, juga kita berdua bakalan jadi Ibu untuk anak lo, Ta.
Baik-baik ya, Rista. Cepet pulih juga, supaya kita bisa ganti waktu yang terbuang dengan ngelakuin hal yang menyenangkan berdua.
Karena mata gue mulai berat, gue pun memutuskan untuk cepet-cepet tidur dan mengistirahatkan tubuh gue yang sudah lelah. Enggak cuma tubuh yang lelah, tapi pikiran juga, sih. Hehe.
_Sekian_
VOTE.
![](https://img.wattpad.com/cover/247163490-288-k530822.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙼𝙰𝙽𝚃𝚄-𝙰𝚋𝚕𝚎✔
Teen Fiction(Romance-Comedy) [AZURA POV] 🔎 Kata Enyak, "Pados itu mantu-able pisan, Ra. Kamu mending sama Pados aja, daripada sama pacar enggak jelasmu itu." Bener, sih. Siapa yang enggak terpesona dan jatuh cinta sama Doi kalau pertama liat bibirnya aja udah...