15_Jantan?

763 74 0
                                    

Pengecut lah jadi jantan!

_Kacamata Mertua_

Semenjak balik dari kampus, gue masih aja nangis di kamar sendirian. Bukan karena lebay atau apa, ya! Gue nangis, karena Rizwan berhasil liat aurat gue. Dia berhasil robek baju bagian bahu, sampai bahu dan bagian tulang selangka gue keliatan, meskipun dikit.

"Brengsek emang si Rizwan! Gue benci pernah jatuh cinta sama dia!" jerit gue nendang-nendang udara.

"Ya Allah Teteh, udah atuh jangan nangis terus," kata Emak nyamperin gue terus dipeluk.

"Mak... Rizwan emang brengsek, ya! Dia lecehin Azura!" jerit gue nangis kenceng di pelukan Emak tercintah.

Emak usap-usap kepala gue yang enggak pake jilbab, "Sudah atuh Teteh, malu nangis jejeritan ke denger sama tetangga."

"Emak gimana sih? Teteh tuh sakit hati karena Rizwan berhasil liat aurat Teteh, Mak," kata gue menjelaskan.

"Emak tahu, Teh, Emak juga sakit hati karena Rizwan lecehin kamu. Tapi semua sudah terjadi, mulai sekarang Teteh harus lebih berhati-hati lagi, ya," Emak kasih penjelasan.

Masih dengan tangisan gue, gue pun mengelap ingus yang menghalangi saluran napas di hidung gue. "Maafin Azura ya, Mak, Azura dorong Abi satu langkah menuju neraka. Maaf, Mak." Gue bersembunyi di pelukan Emak.

"Enggak, Teh, Abi juga sudah memaafkan itu. Teteh sekarang istirahat, ya, ulah nangis lagi, nanti kepalanya pusing." Emak usap wajah penuh air mata gue, "Istirahat, ya."

(Jangan)

Gue ngangguk dan segera membaringkan tubuh gue, kemudian Emak pergi keluar dari kamar. Tahu, 'kan alasan bombay gue nangis? Kalau anak perempuan sudah baligh, terus tampak auratnya dan terlihat oleh yang bukan mahram, itu sama aja kayak kita dorong Ayah dan saudara laki-laki kita menuju neraka.

Hanya itu. Bukan karena gue lebay, tapi itu semua terserah penilaian kalian. Kalian berhak menilai tentang sikap gue, apakah terlalu lebay atau memang itu benar.

_Kacamata Mertua_

Ternyata kabar Rizwan yang sudah melecehkan gue itu sudah menyebar cepat di kampus. Bahkan Pak Gunawan aja sampai minta maaf karena meminta gue datang ke kampus sepagi itu dan berakhirlah kejadian kemarin.

"Tidak, Pak, musibah kemarin bukan kesalahan Bapak. Itu sudah menjadi qadarullah, Pak, jadi Bapak tidak perlu meminta maaf kepada saya, Pak."

Sekarang gue sedang enak makan batagor bareng Chand di kantin. Oh iya, gue juga udah minta maaf sama Rista karena enggak jadi dateng temuin dia, tanpa gue kasih tahu alesan yang sebenarnya.

"Badan gue kurang fit, mana baru pulang lewat isya lagi, Ta. Jadi gue enggak dateng dulu tadi, maaf, ya."

Astagfirullah, kebohongan gue terlalu banyak sampai gue bener-bener pintar dalam hal berbohong. Jangan ditiru ya, ukhty akhy.

"Gue pikir lo enggak akan masuk karena masih trauma, Ra," kata Chan yang lebih milih memperhatikan gue yang makan batagor.

Gue telen dulu batagor yang gue kunyah sebelum menjawab Chan. "Gue enggak mau ambil pusing musibah kemarin, alhamdulillah gue udah lebih baik dan trauma juga enggak terlalu besar."

"Rizwan sebrengsek itu, ya," komentar Chan.

Gue ngangguk setuju, "Tapi gue tahu, kok, dia itu masih punya hati dan belas kas--"

𝙼𝙰𝙽𝚃𝚄-𝙰𝚋𝚕𝚎✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang