Bab 2 : Anak Yang Tidak Bisa Berbicara 2

530 58 1
                                    


#

Arruna memperhatikan saat anak yang dipanggil Gi itu memasuki toko rotinya.

Anak itu terlihat tampan, sama seperti tadi pagi, padahal untuk anak-anak pada umumnya, seragamnya pasti sudah tidak karuan di jam pulang sekolah.

Di luar seragamnya, ia mengenakan jaket berwarna biru abu-abu yang tidak dikancingkan.

Gi—anak laki-laki itu melangkah ke meja kasir tempat Arruna berada dan menatap Arruna dengan tatapan malu-malu.

Arruna tersenyum.

"Halo apa kabar? Kita bertemu tadi pagi, kau ingat aku?" Tanya Arruna mencoba berbasa-basi.

Gi mengangguk pelan.

Tidak seperti pelanggan lainnya yang langsung menuju konter roti dan mengambil apa yang mereka inginkan, Gi tidak bergerak, ia hanya berdiri di depan meja kasir dan menatap Arruna.

Saat ada pelanggan yang hendak membayar, ia hanya bergeser ke samping dan kembali memperhatikan Arruna melayani pelanggan.

Di satu sisi, Arruna merasa ada keanehan dengan Gi, tapi di sisi lain, ia tidak bisa berbuat apa-apa karena ia harus melayani pelanggan.

Hari ini Alka, pemuda yang biasa membantu ibu dan kakaknya di toko tidak masuk karena sakit. Jadi karena itulah Arruna dan ibunya harus bergantian berjaga di meja kasir bersama Yani, pegawai yang satu lagi.

Beberapa menit kemudian saat antrian selesai, Arruna keluar dari meja kasir dan menghampiri Gi.

"Ada yang bisa tante bantu? Ada yang kau inginkan?" Tanya Arruna.

Gi menatap Arruna sesaat dan kemudian menunjuk ke rak minuman dingin.

Arruna akhirnya paham kalau Gi ingin mengambil susu strawberry tapi tingginya tidak sampai ke rak dimana susu itu berada.

Arruna beranjak mengambilkan susu itu, menscannya dan kemudian memberikannya kepada Gi.

"Ada lagi yang kau inginkan?" Tanya Arruna.

Gi menggeleng dan mengeluarkan uang seratus ribu rupiah dari kantongnya kemudian menyerahkannya pada Arruna.

Arruna terpana menatap lembaran uang itu. Bagaimana bisa seorang anak yang tampaknya masih duduk di bangku kelas satu atau dua Sekolah Dasar sudah diberi uang jajan sebanyak itu?

Arruna memberikan kembalian uang itu kepada Gi dan Gi langsung melangkah ke tempat duduk yang sama dengan yang ditunjukkan oleh ibu dan kakaknya tadi pagi.

"Runa, kau sudah lapar? Mama sudah selesai memanggang roti terakhir pergilah makan."

Arruna berpaling menatap ibunya dan mengangguk.

" Ma, Gi itu....anaknya memang agak aneh ya? Dia sama sekali tidak bersuara saat aku bertanya." Tanya Arruna sambil berbisik.

Ibunya berpaling menatap ke arah anak bernama Gi itu.

"Bukan aneh. Dia tidak bisa berbicara. Dia bukan tuna rungu, dia hanya tidak bisa berbicara." Ucap Nyonya Wina.

Arruna terdiam. Ia paham sekarang kenapa Gi sama sekali tidak mengatakan apa-apa saat ia bertanya.

Arruna beralih menatap Gi dan anak itu tampak menunduk. Susunya masih di hadapannya tidak tersentuh sama sekali.

Arruna perlahan menghampiri meja tempat Gi berada.

"Boleh...tante duduk disini?" Tanya Arruna.

Gi mengangguk.

Arruna duduk di hadapan Gi. Matanya sekilas melirik jam dinding yang sudah menunjukkan jam makan siang.

EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang