Memoria - 10

122 31 4
                                    

Dalam suatu kenangan yang terjadi pada kehidupannya pasti ada sebuah hal yang membuat dirinya berterimakasih kepada seseorang, itulah yang terjadi pada (name). Ada suatu hal yang tidak akan pernah dia sadari jika Akari tidak menyinggungnya bahkan membahasnya secara mendalam. (Fullname) sangat lemah dengan hal yang dinamakan perasaan maupun hal semacamnya. Akari tidak berkata secara langsung, dia mencoba untuk membuatnya mengerti apa yang dia maksud melalui sebuah cerita yang sudah sedemikian dia modifikasi untuk mendapatkan inti dari apa yang dia bahas dalam pembicaraan mereka.

"Anggap saja dua orang tersebut memiliki kepribadian yang sangat berbeda. Orang ke-satu, dia memiliki kepribadian yang lembut namun hanya untuk orang-orang tertentu. Sedangkan orang ke-dua, dia memiliki kepribadian yang tidak memperdulikan hal yang menurutnya tidak penting terkecuali orang terdekatnya. Lalu, orang ke-satu ini memiliki perasaan yang dinamakan suka pada orang ke-dua. Tetapi orang ke-dua ini terlalu lemah untuk menyadari hal tersebut, bahkan orang ke-dua ini secara tidak sadar membuka privasinya kepada orang ke-satu dan berperilaku lembut, ah kita abaikan dengan sikap kasarnya yang tidak dapat menahan emosi kesalnya."

"Intinya?"

Akari tersenyum, "Menurutmu, apakah orang ke-dua itu membuka hatinya secara tidak dia sadari?"

(Name) mengerutkan kedua alisnya mendengarkan kalimat pertanyaan yang Akari ucapkan sebelum menjawabnya, "Aku rasa dia menyukainya. Apa kamu menyinggungku dengan Ichiro?"

"Aku tidak mengatakan itu kamu dengan Ichiro, loh."

Akari tertawa sedangkan (name) mengerutkan kedua alisnya bingung dengan tanggapan Akari namun Akari segera dia hentikan ketika dia mengucapkan sebuah pertanyaan, "Jika Ichiro dekat denganku apa kamu marah?"

Pertanyaan yang Akari ucapkan membuat (name) menghentikan pergerakannya meminum minuman yang mereka pesan, jeda beberapa detik sebelum (name) menjawab dengan kalimat jawaban bahwa dia tidak bisa melarang hal tersebut sembari mengalihkan perhatiannya. Akari hanya tersenyum dan melanjutkan kalimat pertanyaannya selanjutnya, "Jika Ichiro menjadi kekasih perempuan lain, bagaimana?"

(Name) terdiam untuk beberapa detik sebelum memanggil nama Akari yang mendapatkan respon deheman panjang, "Kenapa secara tiba-tiba kamu menggunakan nama Ichiro?"

"Hanya sebagai nama perumpamaan, aku tidak ingin menggunakan nama Hifumi dan Samatoki, hehe."

(Name) menghela napasnya mendengar jawaban yang diucapkan Akari, salah satu tangannya beralih mengusap leher bagian belakangnya, "Dadaku berdenyut sakit mendengarnya, aku tidak tahu kenapa tapi aku rasa kamu cukup berpengalaman dengan itu."

"Hei, (name). Ini pertanyaan yang akan menentukan perasaanmu! Jadi jawab dengan sejujurnya, oke?"

(Name) hanya menganggukkan kepalanya pelan dan menunggu pertanyaan yang akan diucapkan oleh Akari, "Jika Yamada Ichiro mengungkapkan perasaannya kepadamu, ada dua opsi yang aku pikirkan tapi melihat dari wajahmu aku jadi mengetahui apa yang akan kamu pilih. Bayangkan saja terlebih dahulu dan berharap, kalau memang bukan takdirnya jangan salahkan aku."

"Bukankah itu yang dinamakan pemberi harapan palsu?!"

"Hehe."

"Bukan, hehe! Dasar menjatuhkan perasaan orang saja!"

Akari tertawa lebar sebelum mengatakan sebuah kalimat, "Sebentar lagi, aku berharap hal baik akan datang kepadamu. Aku temanmu jadi hal wajar jika aku berkata seperti ini, kan?"

"Tentu saja. Terimakasih, Akari."

"Ah, satu lagi! Yamada Ichiro itu menyukaimu loh, (Name). Selamat memikirkan perasaanmu, hehe."

•••••

Memoria

Yamada Ichiro x Reader

AkariAFuku

•••••

[✅] Memoria [Yamada Ichiro x Reader] [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang