7

964 118 20
                                    

Hanya dimakan.

Tanpa ekspresi.

Tidak bilang apa-apa.

Senyum juga tidak.

Pikir Lisa jengkel sambil mencuci piring. Ingin rasanya dia membanting piring bekas pria aneh yang sayangnya kaya itu. Aneh? Tentu saja. Sepertinya Jiyong bisa membeli kertas bahkan dengan pabrik-pabriknya sekalian tapi apa? Pria itu malah mencoret-coret di badannya.

"Apa kau memang selalu menggerutu saat bekerja?"

Lisa mengernyit dan berbalik mendapati Jiyong yang sudah berpakaian rapi sedang menatapnya aneh di dekat kulkas.

"Apa kau seorang model kulkas Jiyong-ssi?" tanya Lisa tanpa bisa menyembunyikan wajah kesalnya. Lisa dibesarkan oleh ibunya tercinta dengan tata krama yang baik dan benar. Dan menurutnya, memuji masakan orang lain setelah memakannya adalah hal yang baik dan benar.

"Sudah mengenaliku?" tanya Jiyong dengan senyum simpul khasnya.

"Hah?"

"Ck! Apa gadis ini hidup di zaman batu?" gerutu Jiyong pelan sambil memincingkan mata, "sudahlah! Lupakan. Ayo cepat. Ikut aku."

"Kemana?"

"Ikut saja. 10 menit. Aku akan menunggu di ruang tamu selama 10 menit."

Jiyong pergi begitu saja setelahnya. Meninggalkan seorang Lalisa yang melongo lalu melempar sarbet yang digunakannya untuk melap piring sambil mengumpat.

"Astaga! Mama, ini Lisa yang dibesarkan terlalu baik apa dia yang memang tidak punya sopan santun? Seenaknya saja!"

* * * * * *

"Aku menyuruhmu bersiap-siap selama 10 menit dan sepertinya kau hanya menghabiskan 10 menit mu untuk mencuci tangan." Sindir Jiyong pada gadis di sampingnya. Penampilan Lisa bahkan tidak berubah sama sekali sejak terakhir kali dia melihat gadis itu di dapur.

Dia pergi dengan seorang Superstar! Catat Superstar!

Maki Jiyong dalam hati. Ini pertama kalinya dia pergi bersama gadis yang bahkan tidak memakai parfume.

"Maafkan aku Jiyong-ssi. Tapi aku hanya membawa diri ke apartemen mu." Jawab Lisa kesal.

"Siapa yang suruh?" Kilah Jiyong, enggan mengakui kesalahannya lalu memutar kemudinya kearah butik langganannya. Memarkir mobil tepat didepan pintu bangunan tersebut. Lalu menatap Lisa yang sedang memerhatikan butik didepannya dengan mulut menganga.

"Apa? Tidak pernah ketempat high class?"

"Iya," Sahut gadis itu polos.

Apa kabar hati Jiyong? G-Dragon memang punya mulut yang pedas tapi yang sedang pergi berbelanja ini Kwon Jiyong. Ucapan yang hanya diniatkan becanda malah menjadi hinaan.

"Kita akan kesana?" cicit Lisa. Mata besarnya mengedip lucu dengan bibir berlipat.

Manis. Sangat. Dan dia melukai perasaan gadis itu. Batin Jiyong.

Mengangguk kaku. Pria itu menghela napas lalu berucap "Dengar, aku tidak bermaksud.... "

"Kajja!" sela Lisa dengan senyum lebar. Lalu keluar dari mobil dan memutar kearah pintu Jiyong, membukakannya dengan senyum yang masih terpantri.

Sementara Jiyong yang awalnya terdiam selama 3 detik akhirnya tersenyum. "Ya. Kajja." Sahutnya datar.

Ah. Apa yang kupikirkan? Dia berbeda? Sungguh ada gadis yang tidak kenal G-Dragon? Dia pasti sedang berakting agar bisa dekat denganku. Ya, hanya itu. Akting.

Lihat bagaimana antusiasnya dia. Jiyong melirik gadis yang mengikutinya. Terlihat Lisa sangat senang bahkan hanya dengan memasuki butik yang hanya berisi brand terkenal itu.

Bisa-bisanya kau tertipu, Jiyongie. Gadis ini hanya ingin ini darimu. Dia sama saja dengan yang lainnya. Sebentar lagi dia pasti akan merengek sambil menunjuk sana-sini.

Jiyong kecewa? Tentu saja. Mainannya yang awalnya terlihat sangat menarik ternyata hanya imitasi. Dan Jiyong membenci apapun itu yang berlabel imitasi. Entah itu baju, perhiasan, pertemanan, atau bahkan hubungan. Jiyong tidak suka.

"Pilihlah." kata Jiyong sambil mengibaskan tangannya acuh ketika mereka sudah memasuki butik tersebut. "Pilihlah. Terserah dengan harganya."

Membawa perasaannya yang sedang kalut, Jiyong berjalan menuju toilet yang sudah di hapal tempatnya itu. Mengacuhkan para pelayan yang membungkuk padanya. Wajahnya yang awalnya datar berubah menjadi raut bingung khas dengan alis yang menekuk dan menatap gadis berponi yang ternyata masih mengikutinya sampai pada pintu toilet.

"Apa?" tanya Jiyong.

"Apa?"

"Kau sedang apa?"

"Kita sedang apa?"

"Melakukan sex."

"Hah?! Kyaaaaaaaa!" teriak Lisa lalu berputar hendak melarikan diri namun kalah cepat dengan tangan Jiyong yang dengan cepat menarik bahunya dan memeluknya dari belakang.

"Kyaaaa! Lepas. Dasar penjahat kelamin! Aku tidak ma! Humm!" Teriakan keras Lisa tertahan oleh tangan Jiyong yang membekam mulutnya.

"Apa yang kau lakukan, hah?" Bisik Jiyong di telinga gadis itu. Hidungnya tanpa sengaja mencium helaian rambut Lisa.

"Wangi." bisik Jiyong lagi. Tapi kali ini  kepala pria itu tidak tinggal diam. Jiyong menyusuri surai hitam. Mengendus wangi yang baru saja menjadi favoritnya.

Lisa menggeleng memberontak. Badannya juga ikut bergerak berusaha melepaskan diri. Merasa kegiatannya terganggu. Tangan Jiyong meremas bahu Lisa. Lalu naik ke tengkuk gadis itu dan menekannya kebelakang kearah tubuhnya. Kaki Jiyong maju menyilang ke depan kaki Lisa. Memperkuat pelukannya.

Wanginya. Sungguh wangi. Bagaimana bisa dia sewangi ini?

"Hiks! Jangan! Hiks!? Mama.... " Isak Lisa saat tangan Jiyong yang awalnya berada di wajahnya pindah ke bahunya.

Isakan Lisa mengejutkan Jiyong. Pria itu sontak memutar gadis itu menghadapnya. Dan benar saja, mata besar Lisa sudah penuh dengan genangan air mata. Jiyong kaget, apalagi dengan ruam merah di daerah bibir gadis itu. Itu pasti karena tangannya tadi.

"Astaga! Mian, mian. Sakit kah? Aku tidak sengaja. Aku tadi.... " Sekarang Jiyong yang diam. Sedang apa dia tadi bingungnya. Dia menjadi gila karena wangi gadis didepannya. Dan bagaimana cara Jiyong menjelaskannya?

"Jangan. Hiks! A-aku per-pergi dari Thailand ka-karena tid-tidak mau begini... Jangan... " Isak nya lagi dengan tubuh bergetar. Menambah rasa bersalah pada pria yang ada di depannya.

"Sini, ayo."

Rasanya kepalanya akan meledak. Kepala Jiyong akan meledak. Dia memang sering membuat gadis menangis. Tapi itu karena ia mencampakkan mereka. Bukan karena merasa di lecehkan. Jiyong terbiasa dengan para gadis yang membuka kaki padanya. Tapi gadis ini? Hanya mencium rambut saja dan dia merasa sudah diperkosa.

"Mian... Berhenti menangis, hm? Kau boleh mengambil apa saja yang ada di sini." Mohon Jiyong sambil berlutut dan memegang tangan Lisa yang terus memberontak. Mereka saat ini berada di kantor manager butik itu. Butik itu milik kakak perempuan nya dan itu memberikannya akses di sana.

"Kau pikir aku pelacur?! Aku bukan pelacur! Aku bukan pelacur!" Pekik Lisa keras.

"Anii, aku tidak bilang begitu. Berhenti menangis Lisa. Oppa minta maaf. Oppa khilaf."

"Tidak mau. Aku mau pulang!"

"Pulang ke apartemen? Kau tidak punya rumah bukan? " Tanya Jiyong bingung. Pasalnya, gadis itu tadi berteriak kalau dia pergi dari Thailand bukan? Itu menjelaskan wajahnya yang oriental. Selain itu, managernya juga baru memberinya informasi jika Lisa baru di Korea dan selama ini gadis itu menumpang tidur di restoran temannya. Bukankah artinya dia tidak punya rumah?

Mendengar perkataan Jiyong, gadis cantik itu semakin menangis dengan kencang. "Mama... Mama... " isaknya.

"Ya! Kwon Jiyong! Beraninya kau memperkosa seorang gadis di butik ku!"




MaybeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang