Keluh yang Terdengar

4 2 0
                                    

Hangatnya dekapan seseorang terkadang memang mampu untuk mengenyahkan segala beban untuk sejenak. Terkadang memang kita membutuhkannya, bahu tegap seseorang yang akan menyembunyikan sisi terlemah yang dimiliki. Seperti Salsa yang tanpa sadar jatuh tertidur dengan begitu nyenyaknya dalam dekapan hangat seorang Gio hingga pagi menjelang.

Ketika terbangun pagi tadi Salsa begitu terkejut mendapati dirinya berada di dalam kamarnya. Ia tidak sadar bahwa Gio membawanya ke kamar ketika ia tertidur di pelukan pria itu kemarin sore. Sungguh, ia merasa sangat malu dan juga resah. Sejujurnya ia belum menceritakan kepada siapa pun tentang kondisi keluarganya saat ini. Entahlah, hanya saja ia merasa malu. Memiliki keluarga yang hancur tentunya membuat Salsa merasa sedikit berbeda. Namun ia yakin, bahwa Gio akan tetap mempertanyakan kejadian yang dilihatnya kemarin. Hal itu diperkuat dari pesan yang ia terima tadi pagi, pesan dari Gio yang mengatakan bahwa pria itu akan menjemputnya dan meminta penjelasan.

"Ma," panggil Salsa ketika mendapati Maya yang sedang menyiapkan sarapan di meja makan.

Maya menoleh melihat putri semata wayangnya sudah turun dengan seragam sekolah yang membalut tubuh tingginya. Ia pun menggerakkan tangannya seolah menyuruh Salsa untuk duduk di salah satu kursi di depan meja makan. Salsa berjalan mendekat dan duduk di depan Maya dengan raut wajah yang sedikit bingung. Maya terlihat baik-baik saja. Sangat baik-baik saja dan itu sungguh aneh.

"Kamu pulang jam berapa kemarin?" tanya Maya sambil meminum jus jambu miliknya.

"Sekitar jam 2 siang, Ma. Kemarin guru ada rapat jadi pelajaran terakhir kosong," jawab Salsa sembari menyendokkan sesuap oatmeal ke mulutnya.

Maya menghela napasnya mendengar jawaban Salsa, "Sal, ada yang mau mama omongin soal keadaan rumah kemarin. Kamu pasti kaget liat keadaan rumah yang kacau kemarin dan Mama punya penjelasan tentang itu."

Seketika tubuh Salsa menegang. Walaupun ia sudah tahu tentang kondisi keluarganya yang tidak baik, tetapi sejujurnya ia tidak pernah siap mendengar kenyataan yang sesungguhnya. Ia tidak ingin mengetahui hal yang hanya akan menyakitkan untuknya. Ia tidak siap untuk tersakiti.

"Mama sama Ayah kamu, kita berdua punya hal yang kam ..." Suara klakson motor yang terdengar di depan rumah membuat ucapan Maya terhenti.

"Nanti ya, Ma. Gio udah jemput aku, hari ini aku harus berangkat pagian karena ada jadwal piket," ujar Salsa sembari bangkit dari duduknya.

Salsa mengambil tasnya, lalu mencium pipi Maya dan berlari keluar begitu saja meninggalkan Maya yang hanya mampu menatap sendu putri cantiknya.

***

"Kenapa kita ke sini?" tanya Salsa ketika Gio menghentikan motornya di sebuah Taman Bunga yang menjadi tempat favorit mereka sejak kecil.

Gio tak menghiraukan pertanyaan Salsa dan hanya memberikan isyarat yang menyuruh Salsa untuk turun dan mengikutinya. Salsa hanya bisa mendesah pasrah dan mengikuti Gio dalam diam. Sejujurnya ia benci dengan suasana menegangkan yang terjadi antara dirinya dan Gio. Sejak tadi berangkat dan bahkan ketika di sekolah sekali pun Gio sama sekali tidak mau berbicara dengannya. Lalu ketika pulang sekolah tadi, Gio hanya menariknya untuk naik ke atas motornya tanpa mengatakan apa pun.

"Gue butuh penjelasan tentang kemarin." Akhirnya suara Gio memecah keheningan yang terjadi setelah beberapa menit yang mereka habiskan hanya untuk duduk di bangku taman menatap hamparan bunga tulip merah dan air mancur kecil di depan mereka.

Salsa memejamkan matanya sejenak. Ia tidak siap untuk ini. Tidak akan pernah siap sampai kapan pun. Ini adalah permasalahan keluarganya. Ia sendiri bahkan belum tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara kedua orangtuanya.

Dear My RomeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang