Menunggu itu tak pernah menjadi hal yang menyenangkan, selalu akan ada rasa gundah yang menyertai. Apalagi harus menunggu sesuatu yang tidak pasti, sungguh menyiksa bagi yang menanti. Setiap harinya hanya mampu berharap dengan kecemasan yang tak pernah reda. Seperti dirinya, laki-laki yang selalu setia menunggu sang kekasih hati untuk bangun dari tidurnya.
Laki-laki itu melangkah masuk ke dalam sebuah ruangan dengan membawa sebuket Bunga Tulip merah di tangannya. Laki-laki itu tersenyum sedih melihat perempuan cantiknya masih tertidur nyenyak di atas ranjang pesakitan dengan berbagai alat terpasang di tubuhnya. Bau obat-obatan dan disinfektan tercium begitu menyengat. Ia berjalan perlahan, mendekati perempuan cantiknya dan mengusap lembut rambutnya. Hanya keheningan dan rasa dingin yang melingkupi ruang putih tersebut.
"Hari ini, aku bawa bunga tulip kesukaan kamu. Semoga kamu bisa bangun dan lihat langsung keindahan bunga ini," ucapnya dengan seribu harapan tersirat lalu menaruh bunga tulip itu ke dalam vas bunga menggantikan bunga mawar yang telah mengering.
Setelahnya, laki-laki itu terduduk di samping ranjang perempuan cantiknya dengan matanya yang terus menatap dengan berbagai perasaan tercampur menjadi satu. Namun, rasa rindu dan bersalah itu terlihat mendominasi dibanding rasa yang lainnya. Ia rindu, rindu sosok ceria yang selalu berhasil membawa tawa ke dalam hidupnya. Namun ia juga merasakan bersalah karena menjadi sebab dari segala kehancuran yang sedang menimpa perempuan cantiknya. Perempuan cantiknya ini selalu tersenyum dan tertawa dengan ceria sebelum akhirnya tertidur untuk waktu yang sangat lama.
"Aku rasa udah saatnya kamu bangun, ini udah terlalu lama untuk tidur."
Namun, bukan itu yang didapatkan olehnya, melainkan suara panjang yang di keluarkan dari monitor yang ada di samping ranjanglah yang menjawab segala tanya. Hal itu sukses membuatnya menegang kaku, pikirannya seketika kosong hingga seorang dokter dan perawat memasuki ruangan dengan tergesa. Ia masih terdiam bahkan ketika seorang perawat mendorong tubuhnya untuk keluar dari ruangan.
Tubuhnya bergetar menatap ruangan yang ada di depanya. Wajahnya berubah pucat dan air mata mulai mengalir dari sudut matanya. Ia menangis. Untuk pertama kalinya dalam tiga bulan ini, benteng pertahanan yang ia bangun hancur begitu saja. Apa yang salah? Kenapa perempuan cantik yang selama tiga bulan ini tertidur tenang tiba-tiba memberontak? Bahkan hari ini ia datang membawakan bunga tulip merah kesukaannya.
"Tahu ngga legenda tentang Bunga Tulip merah? Bunga yang melambangkan cinta abadi ini punya kisah yang menarik, dulu ada seorang pangeran bernama Farhad. Ia jatuh cinta dengan seorang gadis bernama Shirin. Namun Shirin meninggal dunia, hingga akhirnya Pangeran Farhad merasa sangat sedih dan putus asa. Ia pun memilih mengakhiri hidupnya untuk mengikuti gadis pujaannya. Akhirnya pangeran Farhad pun melompat dari tebing dan tetesan darah pangeran Farhad yang muncul pada Tulip merah itu akhirnya dijadikan sebagai lambang kesempurnaan cinta sejati."
Tubuh itu lantas meluruh jatuh di atas dinginnya lantai bersamaan dengan asa yang telah ia coba bangun setinggi mungkin. Tergantikan dengan pilu yang seakan mengoyak habis hatinya dan menancapkan sebilah belati menghunus telak jantungnya. Sakit itu hadir kala suara perempuan cantiknya terngiang kembali di dalam pikirannya, mengulang lagi satu kenangan indah yang kini berubah menyakitkan. Satu tamparan kenyataan menyentaknya kembali dalam jurang kesakitan yang seperti tidak memiliki ujung. Lagi-lagi Ini salahnya, harusnya ia tidak membawa bunga itu hari ini. Mungkin, perempuan cantiknya itu sudah memutuskan untuk mengikuti jejak Pangeran Farhad yang menyusul kekasihnya.
Seperti Juliet yang menyusul Romeonya.
Dan perempuan cantiknya sangat menyukai kisah Pangeran Farhad dan juga Romeo.
***
Lagi. Seakan tak cukup, Tuhan terus-menerus menyiksanya dengan asa yang tidak bisa ia genggam lagi keberadaannya. Terlalu rapuh, terlalu tinggi, dan mengawang begitu jauh hingga tak tercapai. Asanya ada di dalam sana, bersama dengan para pejuang yang masih terus berusaha mengembalikan detak-detak kehidupan itu. Detik-detik ini seperti merambat begitu pelan, seakan menggodanya dengan kejam untuk terus menunggu tanpa kepastian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Romeo
Teen FictionBagaimana jika kamu hanya memiliki satu orang dalam hidupmu setelah semua orang meninggalkanmu? Lalu seakan tak cukup, Tuhan dengan kejam mengambilnya dari hidupmu. Sendirian, Salsa benci sendirian. Salsa tumbuh bersama Gio sejak kecil hingga menim...