"Part 1"

47 24 2
                                    

"Agni...?"

Aku membuka mataku perlahan dan kulihat perempuan berambut panjang dengan warna coklat gelap dan berkepang kuda begitu khawatir melihatku.

"Agni? Kamu nggak apa-apa?" Tanya dia kembali.

Kulihat sekelilingku, serba putih, apa aku bermimpi? Aku memegang kepalaku yang sedikit terasa pusing. Ah, iya aku ingat, sebelum sampai di sini aku sedang berjalan di depan kantor, tapi kenapa sekarang ada di sini?

"Ndin? " lirihku mencoba untuk duduk. Dan kurasakan sakit yang lumayan menusuk pinggangku. "Aw, sakit banget."

"Udah, kamu tiduran aja." Ucapnya.

Usahaku untuk duduk berhasil. Aku melihat sekeliling dan aku mulai menyadari ada di mana aku sekarang. Kulirik jam yang sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi. Seharusnya aku berada di dalam kantor hari ini.

"Aku kenapa, Ndin? Kepala dan pinggangku bisa sakit begini rasanya?' tanyaku pada Andin.

"Tabrakan." Ucapnya.

"Tabrakan? Kapan?" tanyaku mengerutkan dahi.

"Okay, lebih tepatnya ditabrak. Kamu nggak pingsan berhari-hari kok, tapi hampir 2 jam." Jawabnya dengan terkekeh.

"Ditabrak sama apa? Kok bisa?"

"Ditabrak sepeda. Anak itu juga nggak lihat kamu." Ucapnya kesal.

Sebentar, anak-anak yang tabrak aku sampai pingsan? What?! Astaga. "Anak itu nggak apa-apa?"

"Nggak apa-apa kok, dia bisa kabur setelah tabrak kamu." Andin tersenyum geli. "Mungkin karena kamu nggak pernah sarapan, sekalinya ditabrak, pingsan deh." Gerutunya padaku.

"Aku kan nggak bisa sarapan, kamu tau aku dari dulu kan." Jawabku santai.

"Ya, ya." Andin menggelengkan kepalanya. "Hari ini aku antar kamu pulang aja. Sudah ada ijin kok dari Pak Boss."

***

Aku membuka mataku dengan malas. Okay, hari ini hari minggu jadi wajar saja aku merasa sedikit malas. Kurenggangkan badanku yang lumayan kaku dan masih lebam akibat tabrakan beberapa hari kemarin. Kulihat jam di sebelah tempat tidur, masih jam 6 pagi. Lebih baik aku olahraga sebentar sebelum matahari tersenyum lebar.

Aku tinggal sendiri di sebuah apartemen yang nggak jauh dari tempatku bekerja. Yah, aku sengaja memilih tempat tinggal yang nggak jauh dari kantor, nggak hanya menghemat biaya transport tapi juga menghemat waktu, jadi aku nggak perlu bangun sepagi mungkin untuk bekerja. Jarak tempat tinggalku dengan kantor hanya beberapa menit saja, dengan berjalan kaki tentunya.

Kring...

Selesai bersiap untuk pergi jogging, bel pintuku berbunyi nyaring. Siapa lagi kalau bukan dia yang datang sepagi ini.

"Haii.."

Benarkan, Andin. Andin ini salah satu teman baikku yang selalu ada kapan pun aku butuhkan atau sebaliknya, lihat saja sepagi ini dia sudah muncul di depan pintu, berdandan rapi dan aku mulai mencium sesuatu yang bisa dikatakan ada maunya.

"Apa?" ucapku setelah membuka pintu, karena hampir setiap minggu teman-temanku ini bergilir menyita waktu liburku.

Ah, aku memiliki 2 teman yang bisa dikatakan cukup dekat. Gimana nggak, mereka juga tinggal di apartemen yang sama, hanya berbeda lantai. Andin adalah salah satunya, dia berambut coklat dengan poni tengah dan berkacamata, kulit yang putih sangat cocok dengan rambut coklatnya yang sedikit gelap. Dia tinggal di lantai 5, sedangkan aku di lantai 10. Kami bekerja di kantor yang sama.

TRUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang