2🍁 Big Mistake

72 20 41
                                    

Matahari mulai mengintip dari balik tirai kamar bernuansa putih yang di mana sang empuhnya kamar masih nyaman berbaring di atas tempat tidur king size spray berwarna putih polos.

Rambut coklat panjang terurai kusut di atas bantal, klopak mata Alnara bergerak kecil mengisyaratkan sedikit kesadarannya yang perlahan mulai terkumpul sayangnya, tidak membuat gadis kelelahan itu bangun dari tidur cantiknya. Alnara tetap berbaring di atas tempat tidur dengan mata terpejam, berharap bisa kembali berlabuh ke pulau kapuk.

Disela tidurnya, Alnara mendengar suara keran air yang menyala. Rasa pengar yang baru saja melanda Alnara membuat dia enggan untuk berfikir jauh. Kepalanya pusing hingga rasanya ingin muntah diselingi dengan badan yang lesu dan pegal.

Beberapa saat, keran akhirnya mati meninggalkan suara langkah mendekat ke tempat tidur. Seseorang naik ke ranjang dan memeluk Alnara di balik selimut namun tidak di gubris sama sekali

"Morning sweet ... "

Suara serak dan berat itu lolos membuat bulu kuduk Alnara berdiri. Seketika kedua matanya membelalak dan bertubrukan dengan netra colat pria asing yang ada di sampingnya.

Rambut acak-acakan, iris coklat, jambang yang masih tersisa dan bulu mata lentik sukses membuat Alnara gagal fokus. Sedetik kemudian ia kembali sadar di iringi dengan rasa pengar yang hebat.

"Gua di mana?!!" pekik Alnara seraya menutupi tubuhnya dengan selimut. "Hup! " nyaris saja isi perut Alnara keluar di tempat tidur jika saja dia tidak segera berlari ke kamar mandi.

Terus mengeluarkan apa yang mengganjal di tenggorokannya hingga tandas, akhirnya Alnara terkapar di atas ubin kamar mandi. Tidak cukup sampai di situ, sekelebat ingatan absurd muncul di benaknya seperti sebuah film komedi yang diputar tanpa aba-aba. Bodohnya tokoh utama film absurd itu adalah dia sendiri.

"Sial." umpatnya. "Gua buat apa aja semalam?" gumamnya setengah menahan tangis.

"Well, aku bisa memberitahu mu semuanya," sela seseorang dari arah
daun pintu yang hanya menggunakan handuk di pinggangnya.

Alis Alnara bertaut, jutaan umpatan Alnara lontaran dalam hati melihat wajah tampan namun menyebalkan itu. "Diam lo om-om bangsat!" akhirnya tangis Alnara tumpah.

Dia manangis bak anak kecil yang kehilangan permen.

Dengan cepat turun dari tempat tidur dan saat aku hendak berdiri aku langsung merasakan sengatan yang sangat luar bisa dari daerah intimku dan itu membuatku jatuh cantik di atas karpet.

"Sial," umpatku sambil memukul lantai.

Kuabaikan rasa sakit itu dan dengan cepat aku memungut kembali pakaianku yang sudah berserakan di lantai dan memakainya kembali.

"Sialan, di mana braku?"

Aku berkeliling ruangan mencari braku namun tidak ketemu. "Sial! Sial! Apes banget gue, udah di en*** sama om-om, eh bra gue malah ilang. Ko***l."

Tiba-tiba suara kran air yang mengalir berhenti. Keringat dingin lolos membanjiri pelipis ku.

Alah persetan dengan bra! Pokoknya cabut dulu!!

Kuambil tasku yang tergeletak di lantai, mengeluarkan uang 500 ribu dan menaruhnya di atas tempat tidur kemudian langsung pergi dari tempat itu.

Aku berjalan dengan pakaian mini dan tipis tanpa bra di tempat umum dan cara jalanku yang terbilang aneh karena area sensitif ku masih terasa sangat sakit, belum lagi aku yang harus menutupi tengkukku yang dipenuhi kissmark.

Hello Stranger (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang