6🍁 Positif

41 17 169
                                    

Happy reading, jangan lupa vote dan komen yang banyak.
Pokoknya aku butuh saran sebanyak mungkin 🙏🙏🙏

***

Sahan yang hampir tersulut emosi berusaha menahan amarahnya dan bersabar.

Sahan mengembuskan nafasnya dan tidak berbicara selama beberapa saat. Dia hanya terdiam sambil menatap ubin rumah sakit seolah memilih perkataan yang akan ia ucapkan.

Suasana rumah sakit yang awalnya didominasi dengan suara bisikan membicarakan mereka kembali menjadi normal.

"Saya memang hanya orang asing yang pernah bertemu dengan kamu karena ketidak sengajaan, tetapi siapa yang sangka bahwa ketidak sengajaan itu membuat kita terikat bahkan melebihi ikatan ayah dan anak," cakap Sahan. Suaranya menjadi dingin dan mengintimidasi masih pada tatapannya yang terpaku pada ubin.

"... Anda harus ingat Nona Alnara Herely bahwa mungkin saja di dalam perut anda sekarang itu ada anak saya yang sudah mulai berkembang dan itu akan membuat kita saling terikat," lanjutnya.

Dahi Alnara berkerut, tangannya yang gemetaran mengepal kuat menahan tekanan dari nada suara Sahan yang sangat mengintimidasi.

"Te-terus?" Alnara terbata. "Kalau memang di dalam perut gue ada anak lo—ngak, ngak, maksud gue anak gue, lo mau apa? Sok-sok tanggung jawab?! Cih! Gue ngak butuh orang kayak lo! Gue pasti bisa besarin anak gue sendiri, jadi plis yah Tuan ... Anda tidak perlu mencampuri urusan saya dan anak saya. Anda tidak memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab atas kesalahan saya sendiri jadi, tolong tidak usah ikut campur."

Tatapan Sahan teralihkan ke Alnara dan menatapnya dengan sayu. Tidak!! Itu bukan tatapan sayu ... itu ... sangat sulit diartikan! Tatapannya benar-benar mengintimidasi, mengerikan.

"Bagaimana kalau orang tua anda membuang anda?" Sahan menjeda kalimatnya sambil tersenyum miring.

"Seorang gadis yang masih SMA hamil tanpa diketahui ayah dari anaknya. Tentu keluarga Herely tidak akan membiarkan nama baiknya tercoreng kan?" Raut wajah Sahan sulit diartikan sekarang, dia ... AKU TIDAK BISA MENGATAKANNYA!

Aura hitam menyelimutinya tanpa ia sadari. Tatapan itu ... sulit dijelaskan hanya dengan kata-kata. Dia benar-benar sedang menahan amarahnya.

"Ya udah kan gue tinggal bunuh diri aja, gampang kan?" balas Alnara sarkas. Dia mendapatkan keberaniannya kembali entah dari mana.

Alnara berdiri dari duduknya dan langsung merampas ponselnya dari tangan Sahan dan keluar begitu saja dari rumah sakit.

"Al! Berhenti!" teriak Sahan dengan penuh penekanan, tetapi tidak digubris Alnara.

Sahan tidak bergeming dari tempatnya dan masih membeku. Sungguh, amarahnya sudah meluap-meluap hampir tak tertahankan. Kesalahan sedikit saja, dia benar-benar akan menggila di hadapan Alnara.

.
.
.
.

Di sisi lain, Alnara yang baru turun dari taksi segera membayar ongkosnya. Setelahnya, dia langsung masuk ke dalam rumah menuju kamar.

Alnara masuk ke dalam kamar mandi dan menampung air seninya pada sebuah wadah bening kemudian mengeluarkan sebuah testpack dari sebuah kantong plastik hitam yang ia beli di apotek tadi.

Ia mencelupkan ujung testpack tersebut kedalam wadah dan menunggu beberapa saat dengan gelisah.

Setelah beberapa saat, Alnara mengeluarkan testpack tersebut dari wadah dan meletakkan testpack itu di atas wastafel dengan enggan melihat hasilnya.

Hello Stranger (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang