1🍁 Stranger

148 22 60
                                    

Dentuman musik mengisi penjuru klub, lampu kelap-kelip menyorot orang yang meliukkan badannya di lantai dansa dengan bebas. Tak luput dari itu, di pojokan, banyak sepasang insan tengah bercumbu dengan mesra.

Klub malam ini tengah padat-padatnya.

Tak jauh dari pintu masuk, tiga remaja yang baru saja menginjak masa dewasanya masuk dengan pakaian mini terbaik mereka.

"Let's play!!" Gadis dengan tubuh mungil dan wajah baby face itu berteriak girang mengimbangi lantunan dj. Namanya Jene, Ruby Jane.

"Yooo!!" timpal gadis tinggi dan seksi di samping Jane. Dia Naraya Adista. "Ra kita ke sana dulu yah cari cowok ganteng, kali aja bisa diporotin hihihi," pamit Naraya, sembari menarik Jane ikut dengannya.

"Anjing banget punya sahabat kek kalian," gumam Alnara. Merasa ditinggalkan, gadis belesteran Australia-indonesia itu akhirnya ikut pergi dan duduk di bar yang tidak terlalu ramai dikarenakan banyak pengunjung sedang asik menari.

Alnara mengangkat tangannya rendah diikuti anggukan kepala ringan ke arah bartender, mengisyaratkan akan membuat sebuah pesanan. "Sampanye," ujar Alnara singkat kepada bartender-sedikit meninggikan suaranya mengimbangi suara dj.

Bartender hanya menggangguk lalu menyiapkan pesanan Alnara. Tidak lama, segelas sampanye telah disajikan padanya.

Jemari lentik nan putihnya meraih gelas tinggi itu, sedikit menggoyangkannya sekali-duakali kemudian menegak isinya.

"Fuck! " Satu umpatan itu lolos menyisipi pendengaran Alnara. Dia menoleh dan netranya menagkap sesosok pria dewasa tengah menarik surainya gusar.

Penasaran, Alnara meniti setiap inci pria itu dari atas sampai bawah. Rambut yang sedikit berantakan akibat ulahnya sendiri, kemeja putih dengan balutan jas, celana chinos dan sapatu pantofel. Alnara mulai menerka-nerka dari mana pria dewasa ini datang dengan setelan seperti itu. Menatap lebih lekat, Alnara berharap pria itu menurunkan tangan dan menampakkan wajahnya.

Merasa diperhatikan, objek yang dari tadi Alnara tatap lekat-lekat mulai terusik. Mengangkat kepalanya dan membalas tatapan Alnara. Manik coklat mereka beradu.

Alnara yang tertangkap basah menatap pria itu seketika bedahem kikuk, kemudian menyelipkan rambutnya ke daun telinga mencoba mengurangi kegugupannya. Setelah merasa sedikit kegugupannya berkurang, Alnara menyapa dengan seyuman walau cenderung masih kikuk.

Secepat yang kau bayangkan ekspresi pria itu yang tadinya gusar telah memberikan senyuman terbaiknya, membalas sapaan Alnara. Mendapat respon yang baik, Alnara beranjak dari duduknya yang berjarak 3 kursi dari pria itu dan duduk tepat di sampingnya.

"Datang sendiri?" tanya pria itu basa basi masih dengan seyuman andalannya.

"Ngak ..., tadi dateng bareng temen," jawab Alnara kemudian kembali menegak sampanye miliknya.

"Ohhh ..." balasnya singkat. "Kok cuma minum sampanye?" tanyanya lagi kemudian.

"Well, karena gue suka rasanya." Alnara tersenyum menggoda sembari menumpu dagunya, menatap pria itu lebih dekat. Alis tebal, hidung mancung, dan sebuah tahilalat di bawah mata yang menjadi ikon.

"Mau ku rekomendasikan minuman yang enak?" tawarnya.

"Apa emangnya?" Alnara mulai tertarik. Tangannya yang sedari tadi anteng memegangi gelas sampanye-nya akhirnya meletakkan gelas itu.

Pria itu tertawa geli memperlihatkan lesung pipi di balik rambut dagunya yang masih tersisa. "Sepertinya jangan, nanti kamu mabuk," tuturnya sambil tersenyum miring.

Hello Stranger (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang