Arsen menatap lamat kalung yang berhias warna putih dan biru ditangannya tampak sangat cantik kilauannya terpancar indah.
"Kalung siapa?" Tanya arsen menatap arya yang asik memainkan game dihandphonenya.
"Ditanya jawab sayang, bukannya didiemin" centuk andre dari belakang arsen yang ikut penasaran tentang kalung indah digenggaman arsen.
"Jijik" sahut arya memasukkan handphonenya kesaku celananya lalu beranjak mendekati arsen.
"Kalo gue tau siapa yang punya gak bakalan nanya kekalian, bodoh!" Ucap arya lalu mengambil kalung itu dari tangan arsen yang mendengus kesal karena perkataan arya.
"Sensi amat mas" ucap deva lalu disambut gelak tawa oleh temannya yang lain.
Arya yang merasa kesal dengan teman-temannya memilih pergi meninggalkan mereka yang masih mentertawainya.
"Gue rasa kalo arya punya pacar bakalan dianggurin mulu, paling lama pacaran cuma 2 jam" ucapan dion kembali membuat mereka tertawa membayangkan kisah asmara arya yang kandas karena sifatnya yang dingin.
"Gue rasa pernah liat tuh kalung, tapi lupa dimana" ucap arsen mencoba berpikir dimana dia pernah melihat kalung indah itu tetapi ingatannya pendek tidak begitu jelas teringat.
"Udah sih lupain, besok kalo ada yang kehilangan kalung tersangkanya arya hahahaha" ucap andre lalu diikuti tawa yang menggelar, dari mereka semua hanya andre saja yang memiliki humor receh.
"Bayangin aja kalo cewek yang punya kalung galak dan cerewet pasti lucu liat arya kesal karena dimarahin"
"Boro-boro dimarahin paling dimodusin" centuk dion diikuti kekehan khasnya.
Mereka tertawa puas saat memikirkan tentang pemilik kalung itu, sedangkan arsen terus mengingat siapa orang familiar pemilik kalung indah itu.
"Gak usah dipikirin, ayo bolos?" Ajakan yang menggiurkan itu membuat arsen menggangguk semangat.
Mereka berlima duduk di pojok kantin sambil bermain game tanpa peduli jika mereka dihukum karena bolos.
"Njir dion kenapa lo lawan temen sendiri bangke" ucap andre yang masih fokus dengan handphonenya tangannya bergerak lincah saat dion menyerangnya.
"Woi rean jelek lo ngapain serang gue?" Tanya dion kesal menatap andre yang masih fokus dengan gamenya.
"Lo tolol yang duluan nyerang gue" balas andre sinis.
"Untung kalian gak saudaraan kalo iya hancur rumah kalian ckck" ucap deva yang sedari tadi diam.
"Ogah banget gue saudaraan sama si curut babi" ucap dion menatap andre dengan kilat ejekan.
"Dion! Inget lo bayar utang sama gue. Karena lo udah bilang gue yang cakep ini jelek utang lo dikali 5!" Ucap andre kesal menatap dion yang menutup mulutnya yang hendak protes.
"Yaelah baperan banget sih" ucap dion.
"Udah,udah. Lama-lama gila punya sahabat kaya kalian" ucap arsen merasa jengah dengan pertengkaran andre dan dion.
"Sen, kalung yang ditemuin arya bukannya punya agena ya? Cewek yang ngejar-ngejar lo?" Ucapan abraham membuat suasana hening menatap arsen yang terdiam.
"Gue gak peduli!" Ucap arsen lalu beranjak pergi meninggalkan teman-temannya.
"Arsen kenapa sih? Yang bilang dia peduli sama agena siapa?" Ucap dion memakan snack milik abraham.
"Gue rasa..."
"Rasa apa? Kopi?" Tanya andre.
"Pahit goblok!" Centuk deva menepuk kepala andre
"Yang bilang manis siapa?" Ucap andre sinis mengusap kepalanya yang nyeri.
"Gue rasa arsen suka sama agena?" Ucap dion.
"Gak mungkin" ucap mereka serentak.
"Kenapa?" Tanya dion lagi.
"Arsen gak suka cewek" ucap dion santai, sebelum sebuah botol kosong mengenai kepalanya yang dilempar abraham.
"Sakit bego!" Pekik dion membuat yang lain tertawa puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasers of love
Teen Fiction"Kak gue suka sama lo" -Agena "Tapi gue gak suka sama lo, gimana dong?" -Arsenio