tiga ( voting )

189 30 39
                                    

Selasa, 2020
Pukul 10.15

"I-itu ... apa?" tanya Cella terisak, masih syok akan kematian kakaknya. Sementara Syifa memeluk Cella agar sahabatnya itu tidak pingsan sewaktu-waktu.

"Gue rasa ini pesan kematian Emma. Agar kita bisa menemukan pelakunya." Gea mendongak, menatap semua orang yang ada di situ. "Yang ada di dalam sekolah saat ini hanya kita. Kemungkinan besar, salah satu di antara kita adalah pelakunya."

"Tapi ...." Hwall berpikir. "Memangnya ada orang sekeji itu di antara kita? Apa motifnya?"

"Bener juga ...." Bintang manggut-manggut. Kemudian ia menoleh ke arah tangan Emma, ada helai rambut berwarna coklat di sana. "Eh, itu ... ada rambut di tangan Emma!"

Semuanya sontak menoleh ke arah yang Bintang tunjuk.

"Ini ... rambutnya panjang! Artinya, kemungkinan besar pelakunya adalah cewek! Karena cowok yang ada di sini nggak punya rambut sepanjang ini!" Gea menatap satu-persatu cewek yang ada di sana. "Artinya, kalian semua adalah tersangka."

"Tapi gimana caranya si pembunuh bikin kita gak nyadar kalo dia bunuh Emma?" tanya Summer bingung.

"Yang pasti, kita geledah semua barang bawaan cewek-cewek. Terutama yang berambut coklat!" ucap Gea mantap. "Karena senjatanya belum ditemukan!"

Tangan Cella terkepal, air matanya masih mengalir membasahi pipi. Ia juga merasa sangat marah pada orang yang membunuh kakaknya. Cella melepaskan diri dari Syifa. "Gue gak terima ada yang bunuh kakak gue!! Gue bakal nemuin pembunuhnya, dan kirim dia ke penjara!!!"

Ia lalu berbalik dan meninggalkan semuanya, entah ke mana ia akan pergi.

"Cella! Lo mau ke mana?!" Syifa berusaha mengejar Cella. Tapi cewek itu berlari begitu cepat. Syifa yang staminanya tidak terlatih kemudian kembali ke toilet dengan napas terengah-engah.

"Ayo, ambil barang-barang kalian!" Ucapan Gea ini ditujukan pada semua cewek yang ada di sana.

Semua cewek langsung berlari ke aula yang berada di samping toilet. Tidak sampai lima menit, semuanya kembali kecuali Cella.

Gea menggeledah isi tas mereka dibantu oleh Bintang. Mereka semua menghela napas karena tidak ditemukannya barang-barang mencurigakan.

"Duh, si Cella kok belum balik, ya?" tanya Syifa celingukan.

"Oh, iya juga. Mungkin dia perlu menyendiri. Kan kakaknya baru aja meninggal," ucap Alin dengan nada prihatin. "Terus, sekarang kita apain mayatnya Emma?"

Ting !

Grup Yang Namanya Grup

Moderator
| Ck, ck, baru hari pertama udah ada yang mati. Kasian banget si Emma.
| Tutup aja mayatnya pake kain. Aku udah siapin segulung kain panjang di aula.
| Alin, Shane, silahkan ambil kain itu, terus bawa ke sini.
| Setelah itu, kita mulai permainan babak pertamanya.

Alin
| Ok. Tapi kita gak bakalan dibunuh kan?

Moderator
| Nggak, kok. Tenang aja.

Vany
| Apa gak sebaiknya kita panggil polisi aja?

Cece
| Bener banget. Kasian si Emma.

Moderator
| Nggak usah. Kalau polisi datang, game ini akan berakhir.

Nata
| Bilang aja lo gak mau kalau polisi sampai tahu permainan ini menyebabkan korban jiwa kan?! Terus lo gak mau ditangkep polisi kan?! Ngaku aja!

Who Are The Killers? ; Thriller Games [CLOSED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang