Apa yang dikhawatirkan Caroline ternyata benar-benar terjadi. Orang-orang itu memang mendatangi paviliun karena mendengar kejadian yang menimpa Samuel. Anehnya, sampai terperinci. Termasuk tentang jejak kakinya yang berubah wujud.
Dan yang lebih gawat, mereka datang bukan untuk menunjukkan perasaan simpati. Apalagi untuk membantu memecahkan misteri ini. Sebaliknya, mereka semua ingin membunuh Samuel. Mereka tidak ingin desa Hornsville dicemari oleh apa yang mereka anggap sebagai 'penjelmaan iblis'.
Lebih celaka lagi, Sherlock Holmes tahu-tahu menghilang.
Aku baru menyadari itu saat berdebat sengit dengan orang-orang yang mudah percaya takhayul itu, dibantu dokter Hawthorne. Kami berdua berusaha keras mencegah mereka menyerbu masuk, dengan berbagai argumen dan bujukan.
Tapi bukanlah semua itu yang akhirnya berhasil mengusir mereka.
Yang terjadi adalah, ketika kami tidak mungkin lagi menahan mereka, tiba-tiba terdengar lolongan yang keras dan menyeramkan dari arah hutan. Sama seperti yang kami dengar sebelumnya.
Tentu saja aku kaget. Bukankah Samuel ada di dalam kamarnya. Jadi tidak mungkin dia yang melolong itu. Kecuali....
Dengan pikiran yang dipenuhi ketakutan, aku berlari masuk ke paviliun. Hawthorne menyusul di belakangku. Demikian juga dengan Caroline. Sebagian orang-orang desa itu tetap di luar, tapi sebagian mengikuti kami.
Berbondong-bondong kami menghambur masuk ke kamar Samuel. Aku sangat was-was bahwa dia kabur ke dalam hutan lagi. Tapi ternyata tidak. Dia masih tertidur pulas di ranjangnya. Ditunggui Barrister yang justru kaget melihat kedatangan kami yang terburu-buru.
Pada saat yang sama, terdengar lagi suara lolongan yang menyeramkan itu. Jelas sekali arahnya dari hutan di belakang sana.
Sekalipun dibuat terkejut dan bingung oleh lolongan itu, aku memanfaatkannya untuk meyakinkan orang-orang desa yang ikut masuk. "Kalian lihat sendiri, Tuan Samuel tidur pulas di sini, sementara lolongan itu di luar sana! Bagaimana mungkin kalian menuduhnya yang bukan-bukan?"
Tampaknya usahaku berhasil. Orang-orang itu saling berpandangan dengan sikap salah tingkah, sebelum akhirnya meminta maaf dan mengundurkan diri. Mereka pun menceritakan fakta itu pada penduduk yang menunggu di luar. Dan tak lama kemudian, kerumunan tersebut bubar.
Caroline menarik nafas lega. "Benar-benar mengerikan orang-orang itu. Untung anda bisa meyakinkan mereka, Tuan Watson."
"Bukan saya, Nyonya," ujarku tak kalah lega. "Jika tak ada lolongan misterius itu, mungkin keadaannya akan berbeda."
"Tapi dari mana pula lolongan itu?" Hawthorne benar-benar kebingungan. "Sebelum ini kesannya Tuan Samuel adalah...eh, werewolf tersebut. Sekarang sepertinya ada yang lain di luar sana. Apa yang sebenarnya terjadi? Dan di mana pula Tuan Holmes?"
Sebelum ada yang menyahut, tiba-tiba kami semua mendengar suara mengendap-endap dari luar jendela yang masih terbuka. Dengan sigap, Hawthorne mengambil kursi dan merapat ke samping jendela. Siap menghantam makhluk apapun yang mencoba masuk.
Dan ternyata memang ada yang mencoba masuk. Tapi bukan werewolf atau makhluk mengerikan lainnya. Dia adalah.....
"Sherlock!" seruku kaget.
Sahabatku itu menyeringai. "Anda bisa meletakkan kursi itu, Tuan Hawthorne. Maafkan kemunculan saya yang agak dramatis ini. Tapi saya hanya ingin memastikan tidak ada penduduk sekitar yang melihat saya keluar dari hutan di belakang sana."
Seketika aku mengerti apa yang terjadi. "Lolongan yang mengerikan itu! Kaulah yang melakukannya! Maksudku, kaulah yang meniru lolongan itu!"
"Apa?" Hawthorne terkejut sekali.
Sherlock meringis sekali lagi. "Begitu melihat gerombolan itu, saya tahu harus bertindak cepat untuk menyelamatkan Tuan Samuel. Beruntung saya punya pengalaman meniru suara orang lain. Suara serigala melolong memang lebih sulit. Beruntung yang kita bicarakan adalah serigala jadi-jadian."
Ada sesuatu dalam kalimatnya yang terakhir. Tapi sebelum aku sempat bertanya lebih lanjut, sahabatku sudah melanjutkan, "Dan sekarang kita harus bertindak cepat sebelum orang-orang itu menyadari ada yang mengecoh mereka."
Caroline nampak cemas membayangkan kemungkinan itu. "Apa yang harus kita lakukan, Tuan Holmes?"
"Anda tetap di sini, Nyonya. Orang-orang itu memburu suami anda. Mereka tidak akan menyakiti anda. Saya yakin itu. Yang harus kita lakukan adalah memindahkan Tuan Samuel ke tempat yang lebih aman."
"Dan di mana itu?" aku bertanya.
Sherlock menatap Hawthorne. "Anda tidak keberatan kalau kita memindahkan ke rumah anda? Hanya malam ini saja. Besok kita akan membawanya ke London."
Dokter Hawthorne mengangguk tanpa berpikir lagi. "Itu gagasan yang sangat bagus, Tuan Holmes. Tentu saja saya bersedia. Saya akan melakukan apa saja untuk menolong tetangga saya yang malang ini."
Setelah itu kami pun bergegas. Setelah memberitahu Barrister untuk menjaga Caroline, kami bertiga membawa Samuel (yang masih tak sadar) ke rumah Hawthorne. Atau lebih tepat, dokter itu sendiri yang membawanya. Tubuh Hawthorne yang besar dan kekar itu membuatnya tidak kesulitan memanggul Samuel yang bertubuh kecil, walau dengan berlari sekalipun.
Beruntung. Berkat kegesitannya, tidak ada yang memergoki kami. Hawthorne segera membaringkan Samuel di kamar tidurnya. Lalu mengajak aku dan Holmes ke ruang duduk.
"Saya akan menyiapkan sedikit kudapan untuk menemani kita begadang," ujarnya. "Kebetulan saya tidak punya pelayan. Jadi harus menyiapkan sendiri."
Aku setuju saja, karena kerongkonganku memang butuh sesuatu yang segar setelah semua kejadian di atas.
Karena itu bisa dibayangkan betapa terkejutnya diriku saat Sherlock Holmes mengatakan sesuatu yang tidak kusangka-sangka.
"Tidak perlu repot-repot, Tuan Hawthorne. Katakan saja apa tindakan anda selanjutnya setelah rencana anda menghabisi Samuel gagal-total?"
(BERSAMBUNG)
KAMU SEDANG MEMBACA
SHERLOCK HOLMES: THE WEREWOLF'S WIFE
Mystery / ThrillerSherlock Holmes dan Dokter Watson dimintai bantuan seorang wanita yang mencurigai suaminya adalah seorang manusia serigala.