3. MURDEROUS MOB

130 16 0
                                    

Beruntung tidak terlalu lama bagi kami menemukan Samuel kembali. Holmes yang menemukan, lebih tepatnya. Jejak misterius itu mengarah ke hutan, masuk ke dalamnya. Tapi sahabatku pencari jejak yang ulung. Dia mengamati ranting yang patah dan rumput yang rebah, sampai akhirnya berhasil menemukan orang yang malang itu.

Entah apa yang terjadi, tapi keadaannya memprihatinkan - bahkan mengerikan. Dia kami temukan tergeletak tak sadarkan diri dan berlumuran darah. Persis seperti yang diceritakan Caroline. Tapi ada tambahan mengejutkan. Ada bangkai babi hutan terkapar di dekatnya.

Wujudnya utuh. Tapi bagian perutnya terbuka seperti disobek atau disayat. Yang mengerikan, isi perutnya hilang. Menyisakan rongga terbuka yang mengerikan.

Sebagai dokter, aku langsung memeriksa kondisinya. Kondisi Samuel, tentunya. Bukan kondisi babi hutan. Toh, yang terakhir ini sudah jadi bangkai. Aku merasa lega saat tidak menemukan luka apapun.

Seperti cerita istrinya, darah yang membasahi Samuel bukanlah darahnya sendiri. Tak perlu otak detektif untuk mengetahui itu darah hewan di sebelahnya.

Aku ingin segera membawa pria malang itu kembali ke paviliun. Tapi Sherlock Holmes lebih dulu memeriksa bangkai babi itu. Cukup lama dia melakukannya, sampai aku agak jengkel. Baru setelah itu kami bersama-sama menggotong Samuel kembali ke paviliun.

Ternyata sudah ada sosok baru menanti di sana. Dia adalah dokter Hawthorne, tetangga yang dulu menolong Samuel di kejadian pertama. Orangnya bertubuh besar dan kekar seperti pemain rugby, tapi bicaranya sangat terpelajar. Rupanya dia juga belum lama tinggal di Hornsville. Caroline memanggilnya kembali setelah diberi tahu Barrister apa yang baru saja terjadi.

Kami memberi tahu secara ringkas apa yang kami temukan. Dari mulai jejak aneh sampai soal bangkai babi hutan. Tapi kami tak memberitahu soal hilangnya isi perut hewan malang itu. Kami merasa itu terlalu mengerikan untuk diceritakan.

"Benar-benar sulit dipercaya, Tuan," ujar dokter Hawthorne setelah kami selesai bercerita. "Padahal awalnya saya cenderung beranggapan apa yang menimpa beliau ini tak lebih dari gejala berjalan sambil tidur. Tapi setelah melihat apa yang terjadi sekarang, terutama dengan adanya jejak-jejak itu...."

Hawthorne tak meneruskan kata-katanya. Dia hanya menggeleng-gelengkan kepala. Raut mukanya bingung. Dan juga takut.

"Pada saat Tuan mencarinya di kejadian terdahulu, apakah juga menemukan jejak-jejak serupa?" tanya Sherlock Holmes.

Hawthorne kelihatan ragu-ragu sebelum sebelum menjawab, "Tidak, Tuan Holmes. Saya kira tidak. Tapi masalahnya saya memang tidak mencarinya. Tidak terpikir oleh saya untuk memperhatikan jejak-jejak di tanah. Mungkin saja ada keanehan di sana waktu itu. Saya hanya tidak memperhatikannya."

"Dan di mana anda menemukan Tuan Samuel tergeletak?"

"Pada waktu itu tidak sampai masuk hutan. Saya menemukannya di pinggir hutan. Saya kaget setengah mati melihatnya berdarah-darah seperti itu. Saya kira beliau jadi korban pembunuhan."

Pada waktu itu Caroline kembali bergabung setelah menunggui suaminya. Dia pucat sekali. Dan itu membuat matanya yang memerah basah jadi kelihatan mencolok.

"Suami saya belum bangun," katanya berusaha tabah. "Malah seperti tertidur nyenyak. Nafasnya teratur sekali. Saya kira dia baru bangun esok pagi. Seperti kejadian sebelumnya."

Aku mengangguk, membenarkan. "Kondisi suami anda sangat stabil, Nyonya. Tak ada tanda-tanda trauma fisik macam apapun. Kalau tidak melihat sendiri apa yang terjadi, saya akan beranggapan bahwa dia cuma dibius."

"Persis seperti hasil pemeriksaan saya usai kejadian pertama, Tuan Watson," ujar Hawthorne, tiba-tiba dia bergidik. "Tak ada luka apapun. Waktu itu lebih banyak darah di sekitar mulut. Sampai saya mengira dia muntah darah atau giginya terluka. Mengerikan juga kalau ternyata karena kekenyangan menyantap seluruh isi perut babi hutan....ah, maafkan saya, Nyonya Caroline. Saya seharusnya tidak mengatakan seperti itu."

Caroline menggeleng dengan tegar. "Tak perlu minta maaf, Tuan Hawthorne. Saya malah lebih suka kalau anda terbuka seperti itu. Pendapat seorang dokter seperti anda tidak akan menyakiti saya. Yang saya takutkan adalah pendapat para tetangga jika mereka sampai mengetahui hal ini."

"Anda tidak perlu khawatir," sahut Hawthorne. "Saya tidak akan menceritakan itu pada siapapun. Sebagai dokter, saya sudah terbiasa menjaga kerahasiaan pasien. Dan sejauh ini saya tidak melihat bagaimana orang sekitar akan...eh, suara apa ribut-ribut itu?"

Ya, kami semua mendengarnya. Ada keributan dari arah depan paviliun. Dengan bergegas, kami membuka pintu untuk melihat apa yang terjadi. Firasat buruk seketika membayang di batinku.

Dan ternyata firasat itu benar!

Di halaman depan paviliun ternyata sudah berkumpul puluhan penduduk setempat. Lentera dan obor yang mereka bawa menerangi wajah-wajah penuh amarah. Tidak cuma itu, mereka semua memegang senjata - bahkan senapan.

"Kita terlambat," kata Caroline dengan suara tercekik. "Penduduk sudah tahu apa yang terjadi. Mereka datang untuk membunuh suami saya!"

(BERSAMBUNG)

SHERLOCK HOLMES: THE WEREWOLF'S WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang