❁─》──3───❥

13.6K 1.2K 17
                                    

Before Chapter ~

Berapa lama dalam dekapannya tidak kupikirkan karena sudah kalut dengan perasaan yang tidak masuk akal ini. Menghapus sisa air mataku dan menenangkan diri sebelum menarik tubuhku dari rengkuhannya. Aku tidak menatapnya, memilih melihat ke arah lain, pasti tahulah betapa jeleknya orang sehabis menangis.

"Kau bisa kembali ke kelas, tidak seharusnya ikut membolos," kataku dengan tetap mengalihkan pandangan.

"Aku bukanlah udara yang tembus pandang jika kau tahu." Aku mendengus kesal, dia ini tidak tahu apa jika aku sedang malu.

Continue ~

Chapter 3 •
_____________

"Bukankah kau punya telinga untuk mendengar? Jadi, aku tidak perlu melihatmu." Aku mendengar dia terkekeh pelan, spontanitas aku menatapnya tajam.

"Apa yang kau tertawakan, hah?!" ketusku yang malah membuatnya tidak lagi terkekeh, tetapi berubah menjadi tawa lepas.

Hei, apa ada yang salah denganku?

Ah, pelupanya aku jika sedari tadi kusembunyikan wajah bengkak dan sekarang malah terang-terangan menatapnya. Segera saja kualihkan pandangan saat tak sengaja menatap matanya.

"Lihatlah kau lucu saat kesal, haha." Aku berdecak malas mendengar pernyataannya, basi jika kau tahu, dasar Na Jaemin. "Ugh, jadi ingin kucubit."

"Kau bisa diam tidak, sih?!" tegasku dengan posisi yang masih sama.

Tidak tahu kenapa detak jantungku malah berdetak dua kali lebih cepat, mungkin aku akan segera berpisah dengan raga ini.

"Ei, lihatlah kau malah semakin menggemaskan." Dia akhirnya mencubit pipiku keras dengan aku berusaha melepaskan. Aku tidak mau pipi tirus ini jadi kendur.

"Sakit bodoh!" kataku dan dia malah bergantian menangkup kedua pipiku, "Subunurnyu upu muunyu, suh!" Duh karena tangan jeleknya perkatanku sampai tidak jelas.

"Ingin tahu atau sekedar penasaran?"

"Sumu suju buduh!"

"Wajahmu seperti ikan, hahaha-"

Duagh.

Tangan kananku langsung saja memukul kepalanya, spontan dia melepaskan tangkupannya. Dan ini saatnya aku menjauhkan pipiku darinya. Huh, pipiku jadi sakit kan.

"Lagi-lagi kau memukul kepalaku, nanti kalau aku jadi benaran bodoh bagaimana dengan anak-anak kita nan-"

"Dasar Na Jaemin Pabboooo!!" Aku mengetuk kepalanya keras, menjulurkan lidah lalu meninggalkannya sendirian di rooftop.

Aku memilih untuk mampir ke kantin sebelum ke kelas. Ugh, perutku rasanya lapar sekali, meraung-raung minta segera diisi. Setelah mendapatkan makanan, aku langsung saja melahap habis dan segera kembali ke kelas.


❁─》──Jaemren───❥


Masuk ke kelas dengan muka masam, tak peduli dengan pandangan teman-teman yang menatapku bingung. Belum saja duduk, Donghyuck sudah menyindirku.

"Enaknya membolos~"

"Apalagi ditemani kekasih-"

"Diam Donghyuck! Jangan berlaga tahu, huh!" kesalku sambil mendaratkan pantatku di bangku. Dan kurasakan basah? Aku berdiri dan melihat ke arah bangku. Lalu melihat ke arah sekitar, mencari tahu siapa dalangnya.

"Siapa yang membasahi kursiku?!" Mereka serentak menggelengkan kepala. Aku menggeram marah, mengalihkan pandangan malah tidak sengaja melihat seseorang yang mengintip dari jendela. Orang itu membalas tatapanku dengan senyum yang memperlihatkan deretan gigi rapinya.

"NA JAEMIN BODOH!!"


❁─》──JaemRen───❥


Sepatu hitam pantofel kuketukan pelan ke tanah sambil menengok ke arah kanan lalu ke kiri secara bergantian. Kugigiti kuku jari kananku dengan perasaan cemas. Dan tangan kiriku yang lain menggemgam erat benda pipih persegi panjang. Menunggu popup muncul di layar.

Matahari mulai menyembunyikan dirinya, digantikan oleh awan hitam menggumpal. Bulan ini sepertinya memang sedang musim penghujan.
Atensiku kembali teralih pada layar ponselku, tetap saja bewarna hitam, tak menandakan ada notif yang masuk. Kecemasanku semakin bertambah, mana aku tidak membawa payung. Itu akan membuatku terkena serbuan hujan jikalau tetap bersikeras pergi ke halte yang memang jaraknya tidak bisa dikatakan dekat. Dan akan kupastikan esoknya daftar hadirku kosong.

Sampai ada cahaya yang menyorot ke arahku. Berharap itu adalah lampu mobil appa, tapi harapanku ternyata belum terkabul, lampu itu berasal dari motor ninja hitam yang entah siapa pemiliknya dikarenakan orang itu memakai helm full face.

Aku menatap tajam ke arah orang itu saat dengan lancangnya malah membuyikan klakson. Aku berdecak lalu berniat untuk menyingkir, mungkin orang itu mungkin terganggu akan keberadaanku. Aku ingin mengumpat saja saat orang itu malah turun dari motor dan berjalan menghampiriku.

"Ikut denganku," katanya sambil menarik tanganku untuk menuju ke motornya. Aku berusaha untuk melepaskan cengkeraman yang malah semakin kuat.

Tbc

Tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Méprise - JaemRen✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang