❁─》──10───❥

5.8K 767 4
                                    

Before Chapter ~

Kemudian aku beranjak dan meninggalkannya yang masih tersungkur. Masuk ke dalam kelas dengan senyum kemenangan, Donghyuck yang melihatnya bingung. Saat aku sudah duduk, Donghyuck memegangi dahiku.

"Kau tidak sakit, tapi kenapa senyum-senyum sendiri?" Aku hanya mengangkat bahu acuh. Memilih memainkan ponsel.    

Karena sibuk bermain ponsel, tiba-tiba saja seseorang merebutnya dari tanganku.

"Ck, maumu apasih sebenarnya?!"

Continue ~

Chapter 10 •
_______________

"Kau tidak lihat ini." Dia menunjuk hidungnya yang tersumpal tisu, hampir saja aku tertawa jika dia tidak menarik tanganku dan membawaku ke luar kelas.

Aku jelas memberontak dikala dia malah membawaku ke rooftop. Dia ingin apa sebenarnya.

"Aku mau ke kelas!" Aku beranjak jika dia tidak menarik pergelangan  tanganku sampai terduduk di sampingnya.

"Tidak segampang itu."

"Sebentar lagi masuk, aku tidak ingin terlambat."

"Temani aku membolos."

"Ya! Ini masih pagi dan kau!" Aku memegang surai kesal, tujuan ke sekolah itu belajar dan dia?!

Arghh.

"Biaya sekolah mahal Jaemin dan kau apa tidak kasihan dengan orang tuamu?!" Dia malah  memejamkan mata, tanpa persetujuan dia menaruh kepalanya di pundakku.

"Hidungku sakit, jadi begini dulu."

Apa hubungannya?!


❁─》──JaemRen───❥


Keheningan menyelimuti, pagi hari ini benar-benar harus rela kehilangan dua jam pelajaran. Ingin sekali kutarik rambutnya sampai tercabut dari kepalanya, namun kuurungkan. Melihat wajah teduhnya dan deru nafas beraturan mengalun bagaikan lagu insrumental di pendengaranku, membuatku merasa iba.

Sebenarnya apa alasan dari ia yang tiba-tiba saja ingin membolos?

Ah, dia kan memang orang yang malas.

Dulu aku sering melihatnya masuk kelas sesudah istirahat pertama berakhir, pukul sembilan.

Tapi kali ini berbeda, karena dia menyeretku!

Benar-benar menyebalkan.

Akan tetapi bukan sepenuhnya merasa iba saat menatapnya, melainkan suara detak jantungku yang bergemuruh saat melihat wajah damainya, kelopak matanya yang mengatup, hidung mancungnya, dan bibir merahnya.

Hah! Sepertinya aku benar sakit.

"Eughh." Terdengar lenguhan pelan dan perlahan dia menarik kepalanya dari pundakku yang sekarang terasa kebas.

"Maaf," ucapnya membuatku menyatukan alis, "kau harus rela kehilangan waktu berhargamu." Ah, aku mulai mengerti.

"Sebenarnya apa alasanmu selalu membolos?" dia menatapku datar.

"Sejak kapan kau peduli?"

Aku mendengus kesal. "Yasudah."

"Kau marah?"

"Buat apa, tidak berpengaruh juga."

"Tapi, dari nada bicaramu terdengar ketus." Aku membuang nafas kasar, aku juga tak tahu kenapa aku tiba-tiba saja terbawa suasana.

"Aku akan kembali ke kelas."

"Ikut~"


❁─》──JaemRen───❥


"Ya! Huang Renjun sebenarnya hubunganmu dengan Jaemin apa sih?!" Seperti biasa Donghyuck akan selalu melontarkan pertanyaannya itu. Apalagi Jaemin yang malah mengekoriku dan sekali-dua kali mengendus ceruk leherku.

"Pergilah!" suruhku dengan nada ketus, dia menurut.

Tumben.

"Kita hanya musuh," jawabku pada Donghyuck yang malah memasang ekspresi tidak percaya.

"Tidak-tidak." Dia menggeleng. "Beberapa akhir ini kalian bersama dan selalu saja kau mengelak."

"Kau kenapa jadi tidak percayaan begini, sih?" Dia memutar bola mata malas.

"Begini ya, memang kau menganggapnya musuh, tapi dari penglihatanku Jaemin itu menyukaimu."

"YA! KAU GILA!" Dan kuruntuki kebodohanku karena membuat  seluruh atensi kelas mengarah padaku.


❁─》──JaemRen───❥


"Chan, kantin yuk," ajakku ke Donghyuck yang sedang fokus pada layar ponselnya.

"Eh, aku mau ke perpus."

"Tumben?"

"Iya kan ditemani aa' Jeno," katanya lalu menghampiri Jeno yang ternyata sudah berdiri di bingkai pintu.

Dan sekarang aku malas pergi ke kantin.

Dugh.

Aku yang sedang menelungkupkan kepala di meja harus terusik dikala ada yang menendang mejaku.

"Apa?!"

"Benarkan kalau kau marah." Aku menatap tajam ke si pelaku penggangu tidur malasku.

"Jangan sok tau."

"Pergi!" suruhku saat dia malah mendaratkan tubuhnya di bangku milik Donghyuck.

"Maaf."

Lagi-lagi kata itu, aku dibuat pusing oleh sikap anehnya.

"Kalau begitu aku saja yang pergi." Aku beranjak dan meninggalkanya sendiri.

Suasana hatiku hancur tanpa tahu  alasan jelasnya.

Tbc

Tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Méprise - JaemRen✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang