❁─》──6───❥

7.3K 995 37
                                    

Before Chapter ~

Dan kuputuskan untuk membersihkan diri dan bersiap untuk berangkat ke sekolah. Appa juga sudah tidak ada di kamar, tidak tahu kapan perginya, mungkin saat aku di kamar mandi.

"Kau tidak apa jika harus bekerja?"

Tidak sengaja kudengar pertanyaan eomma yang diajukan pada appa. Niat untuk masuk ke dapur harus kuurungkan, memilih untuk diam mendengarkan. Jangan meniru perbuatanku ini, tapi apalah dayaku yang lebih mementingkan rasa penasaran.

Continue ~

Chapter 6 •
_____________

"Kau tidak percaya padaku?"

Appa malah balik bertanya pada eomma.

"Eh, bukan itu maks-"

"Jangan khawatir, aku bisa menjaga diri, lagipula aku harus mengantar Renjun ke sekolah. Tidak tega jika aku tiba-tiba saja menyuruhnya untuk pergi dengan transportasi umum."

"Tap-"

"Sudahlah sayang, aku tidak mau berdebat karena hal sepele seperti ini."

"Baiklah."

Huh, appa tidak boleh memaksakan kehendaknya seperti itu. Dengan langkah seolah tak tahu apa-apa, aku memasuki dapur.

"Selamat pagi," kataku saat sudah masuk ke dapur, kulihat orang tuaku terkejut tapi segera disembunyikan. Aku pura-pura bingung karena mereka tak membalas kalimatku. "Apa terjadi sesuatu?"

"Kau sudah siap?" tanya appa. Beliau mencoba mengalihkan topik. Aku mengangguk saja sebagai jawaban.

"Yasudah mari kita sarapan dulu, bukankah kau lelah setelah menangis kemarin, huhu anak appa~"

"Ish appa, Renjun malu jangan diingatkan." Kusembunyikan pipiku dalam tangkupan tangan, pasti sekarang memerah.

Ting!

Getaran terasa di saku celanaku.

~
+822********
|Aku sudah di depan rumahmu,
|-NJM
~

Aku mengerutkan dahi, siapa itu NJM?

"Kau mau kemana?" tanya eomma saat aku bangkit dari kursi.

"Keluar sebentar." Aku berjalan ke ruang tamu, kuintip dunia luar dari balik kaca jendela. Aku terkejut dengan orang yang sekarang di depan pagar. Terpakir motor ninja warna hitam dengan orang yang duduk di atasnya. Ah, mungkin ini menjadi kesempatanku supaya appa tidak perlu bekerja.

"Appa, Renjun akan berangkat dengan teman. Jadi tidak perlu khawatir." Aku menghirup telapak tangan orang tuaku cepat dan langsung saja ke luar rumah.

"Benarkan ingin menebengiku?" tanyaku saat sudah berada di depan orang yang mengirimiku pesan. Dia adalah musuh bebuyutanku. Tapi tak apalah yang penting ada yang memberikan tumpangan. Aku penasaran kalau Jaemin itu sebenarnya seorang cenayang karena waktunya bisa tepat sekali.

Dia mengangguk, aku langsung saja menaiki motor tingginya dengan menumpu di kedua pundaknya.

"Sudah," kataku pelan, "kok tidak jalan?" Aku bingung karena dia tidak kunjung mengendarai motornya dan malah melepaskan jaket.

"Kau sebe-"

"Pakai ini," potongnya yang memuatku kesal. Maksudnya apa sih malah memberikan jaketnya padaku, "untuk menutupi pahamu, celanamu ketat sekali."

"Ei, kau ternyata perhatian sekali padaku."

"Cepatlah aku tidak ingin terlambat."

"Terus mengapa kau malah menjemput-"

"Ingin kutinggal?"

"Eh, jangan, iya ini aku pakai."

"Kenapa tidak jalan-jalan sih?" Aku mulai kesal, dia tidak ada pergerakan untuk mengendarai motor. Dan malah mengambil kedua tanganku dan melingkarkannya pada perutnya.

"Aku tidak ingin terlambat." Selanjutnya dia mengendarai motor ninjanya dengan kecepatan yang dibilang tidak lambat. Aku hanya berfikir maksudnya menyuruhku melingkarkan tangan adalah supaya aku tidak terjatuh.


❁─》──JaemRen───❥


Aku hanya diam selama perjalanan, sampai tidak sadar kalau sudah sampai di parkiran sekolah, segera kutumpukan tangan di pundaknya. Lalu melepaskan jaket yang melingkar di perut rampingku.

"Terimakasih untuk tumpangannya dan ini." Aku memberikan jaketnya. Dia tidak langsung menerima karena melepas helm terlebih dahulu.

Entah aku jadi terpana saat rambut hitam legam miliknya menjadi berantakan saat sudah terbebas dari helm.

"Terpesona denganku?" katanya percaya diri. Tapi, dia kalau dilihat-lihat tampan juga.

"Aku mau masuk saja," kataku tak mengindahkan pertanyaannya. Namun saat aku ingin melangkah harus berhenti karena suara beratnya.

"Tunggu." Dia berjalan menghampiriku, meraih tanganku, aku menatap penuh tanya. "Supaya tidak hilang," katanya diakhiri dengan senyuman.

Tbc

Tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Méprise - JaemRen✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang