2| Double Dungeon

3.1K 608 32
                                    

"Jin-Woo, mengapa kau bersikeras bekerja sebagai pemburu?" Tanya Jun-Hee seraya mengobati Jin-Woo yang terluka dengan kekuatannya. "Pertarungan seperti ini hanya akan memperbesar resiko!"

Jun-Hee menoleh ke arah (Name) yang sedang melamun sambil melihat lukanya. "Kau juga, (Name)!" Seketika dirinya tersadar dari lamunan, ia menatap Jun-Hee bingung.

"Eh? Apa?" (Name) langsung melirik Jin-Woo yang sedang menatap proses penyembuhan lututnya.

"Maaf..."

"Aku tidak ingin kalian minta maaf! Aku hanya khawatir!" Jun-Hee menatap ke arah (Name) dan Jin-Woo bergantian. Wanita itu menghela napas, lalu melihat orang-orang yang bertarung dengan keras. Tak lama kemudian dia pun kembali melihat luka Jin-Woo yang sedang diobati olehnya.

Setidaknya penyerangan ini hampir selesai.

Jin-Woo terdiam memandangi wajah Jun-Hee, lalu beralih ke orang-orang yang sedang bertarung, dan matanya pun terkunci saat melihat (Name). Sedangkan gadis tersebut tidak sadar tengah diperhatikan, soalnya dia lagi fokus merasakan sihir yang luar biasa kuatnya.

Jin-Woo POV

"Perasaanku tidak enak..." ucapnya dengan gemetar.

Aku baru pertama kali melihat (Name) ketakutan sampai seperti itu. Tangannya juga mencengkram erat baju lenganku. Dia ketakutan, tetapi ia berjuang untuk melawan rasa takutnya dengan ikut masuk ke dalam gate. Bohong kalau aku tidak merasa kagum.

Aku penasaran... Sebenarnya apa yang membuatnya takut hingga seperti itu?

(Name) menoleh kepadaku, aku segera memalingkan wajahku darinya. Tanpa kusadari rona merah muncul di pipiku.

Aku ketahuan!

Jin-Woo POV End

(Name) memiringkan kepalanya heran dengan kelakuan lelaki yang bernama Sung Jin-Woo. Tak mau ambil pusing karena memikirkan hal sepele, (Name) pun melihat ke arah sekumpulan orang-orang yang bertarung tadi.

"Sepertinya sudah selesai!"

"MR. Bak, kau masih belum mati, huh?"

"Ha, ini terlalu mudah."

(Name) melirik ke arah Jin-Woo yang matanya menyipit, sedetik kemudian Jun-Hee pun memanggil Jin-Woo.

"Jin-Woo, apa kau punya alasan..." Jun-Hee memandang Jin-Woo penasaran. "Untuk tidak berhenti sebagai pemburu?"

"Aku hanya berburu untuk bersenang-senang. Jika aku tak melakukan ini, maka aku mungkin akan mati karena bosan!"

Memberitahunya alasan pribadi akan membuatku semakin malu... Yah... Sudah ada satu orang yang tau, sih. Bahkan dia sampai ikut membantuku mencari uang.

"Sepertinya dengan 'bersenang-senang' dua kali akan membuatmu bertarung di akhirat," ucap Ju-Hee tanpa pikir panjang.

"PFFFTTT-ACK!"

"JANGAN TERTAWA! KAU AKAN MEMBUAT LUKAMU TERBUKA!"

(Name) hanya tersenyum melihat interaksi Jin-Woo dan Jun-Hee.

"Ah." Jun-Hee menoleh ke arah (Name). "Kalau alasanmu apa, (Name)? Omong-omong... Lukamu nanti akan kusembuhkah sehabis Jin-Woo."

"Tidak ada alasan khusus, aku hanya menyukai pekerjaanku sebagai hunter. Tidak apa-apa, tidak usah disembuhkan. Ini hanya luka biasa kok," jawabnya diakhiri senyum lembut.

"Aku akan menjadi penggemarmu mulai sekarang, (Name)! Lukamu akan tetap kusembuhkan!" Seru Jun-Hee terlihat antusias.

(Name) hanya terkekeh menanggapi Jun-Hee. Ia tidak sadar, sedari tadi ada sepasang mata yang melihatnya secara lekat.

Dia tidak membocorkannya.

***

"Yeah, yeah..." Chi-Yul terlihat sedang bahagia saat ini. "Inilah yang kau dapatkan setelah membunuh monster, Inti Magis."

Di tangan Chi-Yul terdapat sebuah–yang tampak seperti–kristal bercahaya. Kristal itu bernama Inti Magis.

Bahkan Inti Magis dari monster peringkat-C bernilai ribuan. Namun, karena Jin-Woo dan (Name) seorang pemburu peringkat-E, monster peringkat-C tidak mungkin bagi mereka.

Jin-Woo menatap Inti Magis di tangannya dengan muram. Lagipula dengan lukaku dan masalahku, aku hanya bisa memperoleh satu Inti Magis peringkat-E... Membayangkan aku mempertaruhkan nyawa hanya untuk ini, ini terlalu kecil.

Seseorang menyodorkan Inti Magis tepat di depan wajah Jin-Woo. Lantas pria itu mengangkat wajahnya untuk melihat orang yang menyodorkan Inti Magis kepadanya, dan itu ternyata (Name).

"Ambil ini." (Name) melihat mimik wajah Jin-Woo yang keberatan. Gadis tersebut memperlihatkan satu Inti Magis yang ia punya. "Aku ada dua."

Jin-Woo menghela napas lega. Senyum bersyukur terpatri di wajah tampannya. "Terima kasih..."

"HEY! SEMUANYA! DI SANA ADA PINTU MASUK YANG LAIN!"

Seketika keringat dingin menetes dari dahi (Name) saat mendengar teriakan orang yang menemukan Double Dungeon. Dengan berat hati, (Name) pun mengikuti gerombolannya yang lain bersama dengan Jin-Woo, dan tanpa sadar (Name) mencengkram erat baju lengan Jin-Woo.

Jin-Woo yang melihat teman masa kecilnya ketakutan lagi, langsung waspada.

***

Di depan para hunter sekarang terdapat lobang goa yang ukurannya lumayan besar. Chi-Yul menyenderkan tangannya di sisi goa tersebut. Ia berkata, "Double Dungeon... Sepertinya itu sungguhan."

Pak Tua itu mengeluarkan api di tangannya, lalu melemparkan api tersebut ke dalam goa.

Chi-Yul berdiri di tengah-tengah lobang gua. Kemudian ia menunjuk tempat yang berada dibelakangnya dengan jempolnya. "Karena gerbangnya masih terbuka, kelihatannya bos ada di dalam sana."

"Biasanya, kita perlu menghubungi serikat kita dan menunggu perintah, tapi..." Chi-Yul menggantung ucapannya.

Hunter-hunter yang lain menatap satu sama lain lalu mengangguk.

"Jika pemburu lain menyelesaikannya lebih dulu, keuntungan kita akan berkurang. Jadi aku harap kita semua pergi mengalahkan bos bos itu..." Lanjutnya sambil menopang dagu.

M-mau ikut sih... T-tapi... Isi pikiran dan hati (Name) sedang labil saat ini.

"Karena ini bisa berbahaya, mengapa tidak 18 dari kita melakukan pemungutan suara?" ujar Chi-Yul. "Dan tak ada yang mengeluh setelah hasil pemungutan suara."

"Kami pilih bertarung," ucap Bak dan Sang-Shik berbarengan.

"Gak, ah."

"Aku pilih bertarung."

"Kalau aku tidak."

"Ayo bertarung!"

"Maaf, tapi aku tak mau pergi," ucap Jun-Hee lesu.

"Sejauh ini sudah 8:8, huh?" Chi-Yul menatap Jin-Woo dan (Name) bergantian. "Bagaimana dengan Tuan Sung, dan Nona (Name)?"

Jin-Woo menunduk, tangan yang memegang dua Inti Magis terkepal. Saat wajahnya terangkat, ia berseru dengan lantang. "Aku pilih bertarung!"

(Name) menghela naps pasrah. Kalau sudah begini aku tidak bisa mundur. "Aku, juga... Bertarung."

• ────── ✾ ────── •

Capek cok ngerevisi gini doang gek, pdhl baru 2 + prolog taik.

A Magician | Solo Leveling [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang