9| Kena Pinalti

2.8K 571 103
                                    

Laper... Mau roti. Paman itu lama banget si beli rotinya.

Telingaku mendengar grasak-grusuk dari ranjang samping, lantas kepalaku menoleh ke sana. Hum? Aku melihat Jin-Woo yang sudah sadar dari komanya, tapi aku tetap diam.

Bodoamat ga peduli. Yang penting sekarang ini gua butuh ngemil, huhuhu.

Krieet

Oh, itu mereka udah dateng.

Aku menempatkan jari telunjukku di bibir, supaya dia memberikan roti yang ku pesan tanpa bicara. Dan dia ngerti. Pria itu melempar roti murah selayaknya melempar baju kotor ke keranjang.

Lantas aku mengarahkan tatapan tajam. Sialnya dia tidak terpengaruh. Emang si ajg yang kayak ajg astaghfirullah aku ngomong ajg, batinku kesal.

"Apa kamu sudah sadar sekarang?" Tanya si paman.

Kenapa dia bego banget, sih? Padahal dia ngeliat jin-Woo melek gitu, masih aja ditanya.

Aku ngebuka plastik roti dengan tidak santuy. Jadi greget sendiri, 'kan.

"Siapa kalian?" tanya Jin-Woo. Ia mengabaikan pertanyaan enggak bermutu tadi.

Mampus kagak di jawab.

"Maaf bila kami mengagetkanmu," ucap paman itu sambil mengeluarkan kartu pengenalan diri atau apalah itu. Sama kayak waktu awal aku bangun.

"Asosiasi penyelidik pemburu Korea. Mengapa para penyelidik ingin menemuiku?" Jin-Woo kembali bertanya sambil melihat kartu tersebut.

Dan mereka pun menjelaskan dari zero sampe triliunan kata.

"AKU TELAH TERTIDUR SELAMA 3 HARI?!" Teriak Jin-Woo, membuat kupingku sakit.

Jangan teriak dong, Jin-Woo. Aku aja yang bangun 2 hari ngerasa kurang.

Flashback

"2 hari?" Si paman dan pengawalnya mengangguk pada pertanyaanku.

"Pukul aku lagi," suruhku yang membuat mereka terkejut.

"K-kenapa?"

"2 hari itu masih kurang. Banyak malahan. Kukira, aku sudah tidak sadar selama 1 tahun lebih," jawabku datar. "Ah... Membosankan! Aku mau koma lagi saja!" Seraya menutupi diriku dengan selimut lagi.

Mereka berdua sweatdrop.

Flashback Off

Seperti itu.

"B-bagaimana dengan keadaan [Y/n]? Dia selamat?!" Tanya Jin-Woo mengkhawatirkan keadaanku.

Yaampun dikhawatirin doi... Aduh aku terharu.

"Ah... Perempuan itu berada persis di samping ranjangmu," jawab paman sambil menunjukku yang sedang santai-santai makan roti.

Lantas Jin-Woo langsung menoleh kepadaku. Tersirat kelegaan di matanya ketika dia melihatku hidup.

"Yaho~! Jin-Woo. Bagaimana keadaanmu?" Sapaku sembari melambai-lambaikan tangan.

Jin-Woo tersenyum. "Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?"

"Tidak lebih dari baik."

"Nona (Name) sudah bangun sehari sebelummu. Dia bangun-bangun sudah meminta sebungkus roti," curhat Paman.

A Magician | Solo Leveling [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang