Sayang

313 16 0
                                    

8. Sayang

Pagi ini terbangun dengan perasaan malas, padahal malam sudah tidur nyenyak karena makan masakan Sophio yang enak dan cantik banget, bikin napsu makan gue brutal. Ingin bangun dari kasur tuh rasanya malas banget, seperti tubuh ini sudah menyatu dengan kasur, tapi ga boleh malas, ingat pesan ibu! 'Ga boleh malas-malasan, harus jadi teladan!'

Gue usap perut gue yang rata ini, sambil tersenyum gue ajak ngomong calon bayi gue ini.

"Baby, ingat apa kata nenek kalian, 'jangan malas-malasan' ayo kita kerja Mommy harus cari duit yang banyak untuk biaya hidup kita!"

"Mommy ga perlu kerja ya nak, kan ada Daddy yang akan memenuhi kebutuhan kalian."

"Astaga!" Sontak gue melonjak karena kaget, tiba-tiba nih orang ganteng muncul.

"Pak, bisa ga sih kasih salam dulu kalau masuk, atau ketok pintu dulu, jangan kayak Jin Botol tiba-tiba muncul! Bikin kaget aja!" Emosi gue, masih megangin jantung gue yang rasaya mau copot.

"Mommy kalian ternyata lemah, masa begitu aja kaget ya?" Sophio sudah berada disamping gue dan mengusap-usap perut gue, duh kok jadi horny gue.

Sophio tersenyum melihat gue yang acak kadul gini, baru bangun tidur masih bau naga, belom sisiran pula. Sedangkan dia udah ganteng, bekas cambangnya dibersihkan, pakai kemeja warna biru langit cocok dengan warna mataya yang sebiru lautan. "Emmmmhhh..." Nyosor dong dia. Gue dorong dia, supaya lepas ini ciuman.

"Pak!"

"Jangan panggil pak!"

"Emmhhh..." Nyium mulu nih orang sukanya. Gue dorong lagi.

"Kamu tuh, nyosor aja kayak soang!"

Sophio melihat gue sambil tersenyum, manis banget, sialan, gue jadi kepengen kan. "Kamu yang ngajarin aku cara berciuman, jadi kamu harus tanggung jawab, kamu harus sedia aku cium kapan aja."

"Huu... ga mungkin!"

"Apa yang ga mungkin?"

"Ga mungkin kalau kamu belajar ciuman dari aku!"

"Mungkin aja, karena kamu satu-satunya perempuan diseumur hidupku yang aku cium peuh dengan eros."

"Masa sih? Masa kamu belum pernah pacaran?"

"Pernah, dulu saat SMA, tapi ga pernah ciuman."

"Hah? Kenapa?"

"Karena aku ga mau sampai kebablasan. Buktinya, sekalinya ciuman sama kamu, akhirnya kamu hamil."

"Oh..." Merasa bersalah banget gue sama Sophio, seakan gue pemerkosa yang sudah merebut keperjakaannya.

"Maaf ya..." Gumam gue.

"Makanya nikahin aku kalau kamu merasa bersalah."

Jiah nih orang, nikah lagi, nikah lagi, ga ada yang lain apa yang bisa dibahas. Gue berdiri menghindari ajakan pernikahan ini. Sophio mencegah gue dengan menarik lengan kiri gue.

"Kemana?"

"Mandi, kamu mau ikut ga mandi bareng?" Goda gue, semoga dia tergoda jadi bisa terlampiaskan napsu gue pagi ini. Tapi yang ada malah gue disentil dahinya. "Aww..."

"Nikahin aku dulu, baru kamu bisa menikmatinya! Sana mandi, aku bikinin sarapan. Kamu mau makan apa?"

"Apa? Kayaknya aku cuma punya roti, makan roti aja." Jawabku sekenanya, lalu mandi sebentar kemudian berganti pakaian, seperti biasa, kemeja, jas, kacamata, rambut dikonde pakai pulpen sebagai tusuknya, sepatu pantofel.

Gue lihat Sophio di dapur, masih dengan celemeknya, ya ampun pemandagan yang menyenangkan.

"Emhhh wangi banget, kamu masak apa?"

"Ga masak, hanya bikin club sandwich buat kamu."

"Uhh cantki banget, masakan kamu yang kemarin juga enak, kamu ga jadi chef aja?"

"Aku emang punya restoran di Paris, kapan-kapan aku ajak kesana."

Uuuhhh baby, baby dengar ga, daddy nya baby awesome daebak pokmen. Baby kalau besar kayak daddy aja ya.

"Kamu kenapa pakai celana sih Be? Kasiha dedek bayinya kan."

"Ya ampun, bayinya juga belum ada seons disini, perutku juga masih rata!"

"Itu di meja udah aku belikan pakaian hamil untuk persiapan kalau semakin besar."

"Oh... makasih, padahal aku nanti bisa beli sendiri kok."

"Orang pelit seperti kamu apa akan membeli pakaian hamil?"

"Hey siapa yang pelit? Amit-amit jabang bayi!" Gue elus-elus perut gue.

"Kamulah yang pelit, garam aja habis, gula tinggal sedikit, sabun cuci piring diisi air, kulkas kosong!"

"Hey! Itu lupa namanya bukan pelit!" Kayak gini ngajakin nikah, masalah begini aja ribut, ini sih bisa cerai sebelum pernikahan.

"Ayo berangkat, udah telat!" Ajak gue, biar cepat keluar nih boss.

"Ayo, tapi kamu ganti dulu celana kamu!"

"Ihh... udah deh, masih rata nih perutnya."

"Ya ampun, keras kepala banget sih kamu! Mana ada ibu yang egois seperti kamu, tiap ibu pasti akan memikirkan anaknya!"

Duh... marah-marah mulu sih Sophio, bikin bete aja. Gue ambil kunci mobil gue, ransel gue, dan ga lupa sambil gigit sandwich . Sampai depan, kunci mobil gue direbut sama Sophio.

"Mulai sekarang kamu ga boleh nyetir! Naik!" Gue disuruh naik mobilnya. Gue masih mikir nih, naik apa ngga? Kalau naik nanti apa kata orang-orang? Sebrengsek-brengseknya gue, masih malu juga kali kalau digosipin.

"Ga mau ahh, nanti apa kata temen-temen aku bareng kamu?"

"Ya memangnya kenapa?"

"Aduh, kamu itu, nanti aku bisa dikira penjilat atau apalah!" Gue tetap nolak.

"Ya bilang aja yang sebenarnya, kamu calon ibu dari anakku, kita akan segera menikah!"

Hah? Ya ga bisa begitu... tapi benar juga apa yang dia bilang, gue balas apa dong?

"Tapi?"

"Jangan mempersulit hal yang mudah Be."

"Naik!" Bused, itu mata Sophio mau copot, ganteng-ganteng galak. Setengah hati gue naik mobilnya dia, mobil sport merah yang terlalu mencolok ini, semua orang di hotel tahu, kalau mobil sport merah punya boss.

"Kita dengarkan musik klasik ya? Menurut majalah parenting yang aku baca, musik klasik akan menigkatkan kecerdasan bayi." Nada suara Sophio lembut banget, beda dari tadi saat maksa naik mobil.

"Oh? Aku baru tahu. Nanti aku download lagu-lagu klasik deh."

"Majalah pareting-nya udah aku taruh di meja depan, nanti di baca ya sayang."

Sayang? Gue nahan ketawa, dengar kata sayang dari mulutnya, tapi gue ga bisa nahan lama-lama, akhirnya ketawa juga deh gue, "Hahaha."

"Kenapa ketawa tiba-tiba?"

"Gak papa..." Tapi gue tetep ketawa.

"Kenapa?"

"Lucu aja dengar kamu bilang 'sayang'." Gue ketawa sampai keluar air mata sedangkan dia mukanya datar gitu, gue jadi merasa bersalah, ngetawain dia.

"Ma-maaf aku ketawa."

"Memang aku sayang sama kamu, jadi wajarkan kalau aku panggil sayang?"

-Deg-

Bingunglah gue kalau udah ada kata sayang, cinta gini. Diem aja deh, jangan dilanjutin. 

Cewek nakal : Pregnancy love storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang