c h a p t e r 24

11 2 0
                                    

Happy reading!

--------------------------

“Mark, lo lagi bareng adek gue ngga?”

Nggak bang, ngapain juga gue bareng Hyerin, adik lo kan ngga guna, ucap Mark disebrang telepon.

“Sialan lo, Hyerin sampai sekarang belum pulang, ponsel Hyerin sama Jisung sama – sama nggak aktif .” ucap Kai khawatir.

YEUUU PACARNYA HYERIN KAN JUNGWOO BANG, NGAPA LO TELEPON JISUNG? GREGET GUE.

“Jungwoo ada acara keluarga, nggak mungkin dia bareng Hyerin. Lo ada kontak temennya kagak?”

Matiin bang, gue bantu cari.

Kai mematikan telepon tersebut dan bergegas mengambil jaketnya ke kamar. Untung saja ayah dan bundanya sedang diluar. Ia menyambar kunci motor di nakas dan bergegas pergi mencari adiknya.

---oOo---

Lucas mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Hyerin yang duduk dibelakang hanya diam saja. Pikirannya berkecambah kemana – mana.

Pokoknya gue harus bisa cari Jisung, batin Hyerin.

Lima belas menit di perjalanan. Akhirnya Hyerin dan Lucas sampai di depan gerbang rumah.

“Lo nggak mau masuk dulu?” tanya Hyerin dengan mata sembab.

Lucas mengacak – acak rambut Hyerin sembari tersenyum, “Gue tahu lo pengen banget nangis, luapin semuanya Rin, gue ngerti,”

Hyerin dengan segala emosinya mendekatkan dirinya kepada Lucas dan memeluknya.

Lucas tersenyum getir, “Lo nggak boleh larut sama masalah ini, udah sana masuk,”

“Makasih kak?” ucap Hyerin ragu – ragu.

“Hahahaha, gue sama lo satu angkatan, panggil gue Lucas aja,”

“O-oke, makasih Lucas. Hati – hati ya!”

Lucas mengangkat jempolnya. Dia pun melenggang meninggalkan Hyerin.

---oOo---


Kai tidak menemukan Hyerin dimana – mana.  Dia mendatangi sekolahnya takut – takut ada yang menjahili Hyerin disana, namun nihil. Sekolahpun sudah ditutup.

Gelapnya malam yang sangat mencekam membuatnya semakin takut Hyerin kenapa – napa.

Dengan pasrah Kai memaksakan diri untuk pulang ke rumah terlebih dahulu. Dia mengendarai motornya dengan kecepatan penuh.

Kai memarkirkan motornya dihalaman rumah. Ia bergegas memasuki rumahnya. Saat hendak menyalakan lampu, ia melihat siluet seseorang.

Hyerin? Batinnya.

Kai yang sedari tadi ketar – ketir menjadi sedikit tenang karena adik bodohnya itu tahu jalan pulang.

Dia menghampiri adiknnya, terlihat mata adiknya sangat sembab. Lantas ia menggendong adiknya ke kamar.

Kai membaringkan Hyerin di atas kasur, namun saat hendak melepaskannya, Hyerin memeluk lehernya dengan sangat kuat.

“Abang,” ucap Hyerin dengan setengah menangis.

“Iya abang temenin, jangan nangis,” ucap Kai dengan sangat lembut.

Kai merebahkan tubuhnya disamping Hyerin. Biarlah, untuk saat ini ia pun ingin mengistirahatkan pikirannya yang sedari tadi memikirkan hal buruk. Kai memeluk Hyerin sembari mengelus – elus puncak kepalanya.

------------------
Huwaa, mentok bangett:(
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

Pro(miss) UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang